Ketua Pemuda Perindo: Kader IMM Harus Siap Hadapi MEA
A
A
A
MEDAN - Menyambut milad ke-52 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pengurus DPD IMM Sumatera Utara menggelar forum diskusi bertajuk Young Leader Speak di kampus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Sabtu (12/3/2016). Ketua Umum DPP Pemuda Perindo Effendi Syahputra hadir sebagai salah satu pemateri.
Diskusi ini mengupas tentang strategi dan peranan pemuda dalam menghadapi MEA. Effendi mengatakan, dalam menghadapi MEA 2016, mau tidak mau para pemuda, khususnya mahasiswa harus mengubah pola dan paradigma mereka.
Selama ini mereka hanya berorientasi lulus kuliah dengan nilai tinggi dan melamar menjadi PNS. Saat ini mereka sudah harus berpikir sedini mungkin bagaimana bisa tumbuh sebagai wirausaha muda dan setelah lulus kuliah bisa menjadi pengusaha yang dapat berperan penting bagi kemajuan ekonomi bangsa.
Jika hal itu tidak dilakukan, Effendi khawatir pemuda-pemuda Indonesia nantinya hanya akan menjadi penonton dan objek dari MEA 2016. Padahal posisi Indonesia sangat strategis dan menjadi negara penentu bagi MEA. Alasannya setengah pasar MEA ada di Indonesia.
”MEA ini positifnya membuka pasar yang lebih luas kepada kita. Tadinya pasar kita 250 juta masyarakat Indonesia. Dengan adanya MEA, pasar menjadi 600 juta lebih masyarakat ASEAN. Masalahnya apakah kita dapat merebut pasar baru tersebut atau malah kebalikan pasar kita yang luas ini yang menjadi lahan baru bagi masyarakat dari luar?” ungkap Effendi.
Pendiri Partai Perindo ini pun berharap para mahasiswa ke depan tidak sekadar belajar secara akademis. Mahasiswa juga harus mengembangkan diri untuk meningkatkan keahlian dan kreativitas yang berguna untuk menjadikan dirinya terampil dan memiliki keahlian khusus.
”Kita harus mulai berpikir bahwa kita tidak hanya menjadi raja di kandang kita sendiri, tapi bisa menjelajah pasar Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura, dan negara-negara ASEAN lainnya,” tandasnya.
Effendi juga berpesan kepada kader IMM agar tidak perlu lagi protes, demo atau mendebat kehadiran MEA. Hal ini karena MEA telah disepakati bersama negara-negara ASEAN 10 tahun lalu. Yang perlu dilakukan adalah kebijakan ini harus dikawal agar tidak terjadi kecolongan regulasi model MEA ini.
”Bagi saya mari sama-sama kita hadapi MEA ini dengan ”jantan”. Bangsa kita ini bangsa pejuang, nenek moyang kita aja dulu heroik mengusir penjajah, masa kita disuruh perang skill aja keder (takut),” tegasnya.
Hadir sebagai pemateri dalam diskusi tersebut Mora Harahap (Ketua DPP Pemuda Muhammadiyah) dan Taufan Putrev Korompot (Ketua DPP IMM). Ketua Panitia Muhammad Gusti menjelaskan, acara tersebut sengaja mengundang tokoh-tokoh muda nasional agar lebih memberi pencerahan bagi kader-kader IMM Sumut bahwa pentingnya persiapan dini mereka dalam menghadapi MEA 2016.
Diskusi ini mengupas tentang strategi dan peranan pemuda dalam menghadapi MEA. Effendi mengatakan, dalam menghadapi MEA 2016, mau tidak mau para pemuda, khususnya mahasiswa harus mengubah pola dan paradigma mereka.
Selama ini mereka hanya berorientasi lulus kuliah dengan nilai tinggi dan melamar menjadi PNS. Saat ini mereka sudah harus berpikir sedini mungkin bagaimana bisa tumbuh sebagai wirausaha muda dan setelah lulus kuliah bisa menjadi pengusaha yang dapat berperan penting bagi kemajuan ekonomi bangsa.
Jika hal itu tidak dilakukan, Effendi khawatir pemuda-pemuda Indonesia nantinya hanya akan menjadi penonton dan objek dari MEA 2016. Padahal posisi Indonesia sangat strategis dan menjadi negara penentu bagi MEA. Alasannya setengah pasar MEA ada di Indonesia.
”MEA ini positifnya membuka pasar yang lebih luas kepada kita. Tadinya pasar kita 250 juta masyarakat Indonesia. Dengan adanya MEA, pasar menjadi 600 juta lebih masyarakat ASEAN. Masalahnya apakah kita dapat merebut pasar baru tersebut atau malah kebalikan pasar kita yang luas ini yang menjadi lahan baru bagi masyarakat dari luar?” ungkap Effendi.
Pendiri Partai Perindo ini pun berharap para mahasiswa ke depan tidak sekadar belajar secara akademis. Mahasiswa juga harus mengembangkan diri untuk meningkatkan keahlian dan kreativitas yang berguna untuk menjadikan dirinya terampil dan memiliki keahlian khusus.
”Kita harus mulai berpikir bahwa kita tidak hanya menjadi raja di kandang kita sendiri, tapi bisa menjelajah pasar Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura, dan negara-negara ASEAN lainnya,” tandasnya.
Effendi juga berpesan kepada kader IMM agar tidak perlu lagi protes, demo atau mendebat kehadiran MEA. Hal ini karena MEA telah disepakati bersama negara-negara ASEAN 10 tahun lalu. Yang perlu dilakukan adalah kebijakan ini harus dikawal agar tidak terjadi kecolongan regulasi model MEA ini.
”Bagi saya mari sama-sama kita hadapi MEA ini dengan ”jantan”. Bangsa kita ini bangsa pejuang, nenek moyang kita aja dulu heroik mengusir penjajah, masa kita disuruh perang skill aja keder (takut),” tegasnya.
Hadir sebagai pemateri dalam diskusi tersebut Mora Harahap (Ketua DPP Pemuda Muhammadiyah) dan Taufan Putrev Korompot (Ketua DPP IMM). Ketua Panitia Muhammad Gusti menjelaskan, acara tersebut sengaja mengundang tokoh-tokoh muda nasional agar lebih memberi pencerahan bagi kader-kader IMM Sumut bahwa pentingnya persiapan dini mereka dalam menghadapi MEA 2016.
(poe)