Kecanggihan Teknologi Giring Anak Berpikir Instan
A
A
A
JAKARTA - Teknologi berkembang secara pesat. Tidak dipungkiri kondisi tersebut memengaruhi cara siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan, misalnya terkait keberadaan buku digital.
Atas kondisi tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelaraskan antara fungsi buku dan peran kemajuan teknologi.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, hal tersebut merupakan tantangan demi menyeimbangkan kecanggihan teknologi. "Teknologi digital membuat hidup kita lebih cepat," kata Hilmar saat berbicara dalam acara bertajuk Kopi Darat Kongko Pendidikan, Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat di ruang serbaguna perpustakaan Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Rabu (22/6/2016).
Kendati demikian, dia menegaskan tulisan tangan tetap harus dibudayakan di tengah kecenderungan anak menulis dengan perangkat elektronik.
"Anak-anak banyak enggak punya referensi karena bisa akses sendiri. Anak-anak ini aksesnya tak terbatas dan cepat tapi kehilangan referensi bersama. Padahal harusnya ada. Platform sudah tersedia, membaca 15 menit," tuturnya.
Dia menganggap sampai kini belum ada langkah nyata untuk menangani fenomena ini. "Ini bidang yang belum dipelajari secara sistematis," tandasnya.
Dia kembali menegaskan mendukung untuk mempertahankan budaya tulis tangan, membaca dan "Masih banyak hal (aktivitas) lainnya agar anak bisa dimobilisasi dan dihimpun dengan aktivitas bersama," tuturnya.
Hilmar berpendapat kecanggihan teknologi telah menggiring anak-anak kepada hal-hal yang bersifat cepat dan instan.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Totok Suprayitno berpendapat setiap anak harus ditumbuhkan karakternya. Dia meyakini pengaruh karakter sangat kuat dan dapat membawa seseorang kepada suatu pencapaian.
"Kita itu harus bekali siswa dengan sifat membangun, menumbuhkan karakter. Jadi bukan menanam tapi menumbuhkan. Karena karakter sudah ada di semua anak pada dasarnya. karakter itu pada setiap anak berbeda jadi beragam karakter pastinya. Pak Menteri (Menteri Pendidikan Anies Baswedan) juga menyebut itu menumbuhkan," kata Totok.
Atas kondisi tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelaraskan antara fungsi buku dan peran kemajuan teknologi.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, hal tersebut merupakan tantangan demi menyeimbangkan kecanggihan teknologi. "Teknologi digital membuat hidup kita lebih cepat," kata Hilmar saat berbicara dalam acara bertajuk Kopi Darat Kongko Pendidikan, Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat di ruang serbaguna perpustakaan Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Rabu (22/6/2016).
Kendati demikian, dia menegaskan tulisan tangan tetap harus dibudayakan di tengah kecenderungan anak menulis dengan perangkat elektronik.
"Anak-anak banyak enggak punya referensi karena bisa akses sendiri. Anak-anak ini aksesnya tak terbatas dan cepat tapi kehilangan referensi bersama. Padahal harusnya ada. Platform sudah tersedia, membaca 15 menit," tuturnya.
Dia menganggap sampai kini belum ada langkah nyata untuk menangani fenomena ini. "Ini bidang yang belum dipelajari secara sistematis," tandasnya.
Dia kembali menegaskan mendukung untuk mempertahankan budaya tulis tangan, membaca dan "Masih banyak hal (aktivitas) lainnya agar anak bisa dimobilisasi dan dihimpun dengan aktivitas bersama," tuturnya.
Hilmar berpendapat kecanggihan teknologi telah menggiring anak-anak kepada hal-hal yang bersifat cepat dan instan.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Totok Suprayitno berpendapat setiap anak harus ditumbuhkan karakternya. Dia meyakini pengaruh karakter sangat kuat dan dapat membawa seseorang kepada suatu pencapaian.
"Kita itu harus bekali siswa dengan sifat membangun, menumbuhkan karakter. Jadi bukan menanam tapi menumbuhkan. Karena karakter sudah ada di semua anak pada dasarnya. karakter itu pada setiap anak berbeda jadi beragam karakter pastinya. Pak Menteri (Menteri Pendidikan Anies Baswedan) juga menyebut itu menumbuhkan," kata Totok.
(dam)