Luruskan Full Day School, Mendikbud Berdialog dengan Redaksi Sindo
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meluruskan pemberitaan yang berkembang tentang program pendidikan seharian (full day school) di sekolah. Menurut dia, program ini bukan memberatkan siswa untuk seharian menerima pelajaran dari sekolah, tetapi lebih pada penekanan upaya untuk memberikan kegiatan yang positif kepada siswa melalui kegiatan di lingkungan sekolah.
"Yang saya maksud itu pembelajaran yang diperluas, kokurikuler, pembentukan karakter," ujar Muhadjir saat berdialog dengan Redaksi SINDO di Gedung SINDO, Jakarta, Kamis (11/8/2016) malam.
Dijelaskan Muhadjir, kokurikuler sendiri adalah membuat kegiatan yang memosisikan siswa nyaman berada di sekolah. Kegiataan ini bisa disertai dengan menyisipkan kearifan lokal masyarakat setempat.
Seperti di Jawa yang kental dengan budaya musik gamelan, maka berdasarkan kokurikuler siswa akan diberikan kegiatan yang berkaitan dengan alat musik tersebut. "Yang Sunda ya angklung, yang (daerah) lain ya lain," tutur Muhadjir.
Menurut Muhadjir, wacana kokurikuler sendiri muncul berdasarkan program nawacita yang digagas oleh Presiden Joko Widodo. Di sana jelas mengatakan pentingnya pembangunan karakter dan pengetahuan siswa.
"Termasuk kita kembali mendefinisikan (konsep) Trisakti kebudayaan yang berkepribadian, ya harus kembali ke kearifan lokal," kata Muhadjir.
Di dalam nawacita juga disinggung mengenai penyiapan tenaga kerja, SDM yang handal yang diawali dengan pembentukan karakter. Yang penekannya berasal dari pendidikan dasar (basic education) yaitu SD dan SMP. "Bahkan di situ (nawacita) ketika saya baca pembentukan karakter SD 70% , SMP 60%," papar Muhadjir.
Penyiapan SDM yang handal ini sejalan dalam menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia yang akan jatuh pada 2045 akan datang. Dimana anak-anak yang saat ini duduk dibangku SD dan SMP lah yang akan memegang peranan.
"Kalau ini tidak digarap sungguh-sungguh saya tidak tahu nanti kita memanen apa 2045 yang katanya tahun emas. Dan itu sangat jelas tercantum di nawa cita," tambah Muhadjir.
Melihat fakta tersebut, Muhadjir memastikan wacana program seharian di sekolah ini akan terus dilanjutkan. Meskipun untuk proses awal Kemendikbud sebelumnya akan menetapkan pilot project terlebih dahulu sebelum program benar-benar diterapkan di masyarakat luas.
"Nanti ada pilot project dulu, ini sudah saya pertajam konsep-konsepnya untuk kita mulai detail mana yang bisa disisipkan," tandas Muhadjir.
Dari pilot project juga diharapkan dapat melihat sejauh mana program seharian di sekolah ini bisa terlaksana dengan baik. "Yang belum itu kita akan memotret membuat peta, misalnya nanti bagaimana nanti perkotaan, bagaimana pelaksanaan itu nanti," tuntasnya.
"Yang saya maksud itu pembelajaran yang diperluas, kokurikuler, pembentukan karakter," ujar Muhadjir saat berdialog dengan Redaksi SINDO di Gedung SINDO, Jakarta, Kamis (11/8/2016) malam.
Dijelaskan Muhadjir, kokurikuler sendiri adalah membuat kegiatan yang memosisikan siswa nyaman berada di sekolah. Kegiataan ini bisa disertai dengan menyisipkan kearifan lokal masyarakat setempat.
Seperti di Jawa yang kental dengan budaya musik gamelan, maka berdasarkan kokurikuler siswa akan diberikan kegiatan yang berkaitan dengan alat musik tersebut. "Yang Sunda ya angklung, yang (daerah) lain ya lain," tutur Muhadjir.
Menurut Muhadjir, wacana kokurikuler sendiri muncul berdasarkan program nawacita yang digagas oleh Presiden Joko Widodo. Di sana jelas mengatakan pentingnya pembangunan karakter dan pengetahuan siswa.
"Termasuk kita kembali mendefinisikan (konsep) Trisakti kebudayaan yang berkepribadian, ya harus kembali ke kearifan lokal," kata Muhadjir.
Di dalam nawacita juga disinggung mengenai penyiapan tenaga kerja, SDM yang handal yang diawali dengan pembentukan karakter. Yang penekannya berasal dari pendidikan dasar (basic education) yaitu SD dan SMP. "Bahkan di situ (nawacita) ketika saya baca pembentukan karakter SD 70% , SMP 60%," papar Muhadjir.
Penyiapan SDM yang handal ini sejalan dalam menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia yang akan jatuh pada 2045 akan datang. Dimana anak-anak yang saat ini duduk dibangku SD dan SMP lah yang akan memegang peranan.
"Kalau ini tidak digarap sungguh-sungguh saya tidak tahu nanti kita memanen apa 2045 yang katanya tahun emas. Dan itu sangat jelas tercantum di nawa cita," tambah Muhadjir.
Melihat fakta tersebut, Muhadjir memastikan wacana program seharian di sekolah ini akan terus dilanjutkan. Meskipun untuk proses awal Kemendikbud sebelumnya akan menetapkan pilot project terlebih dahulu sebelum program benar-benar diterapkan di masyarakat luas.
"Nanti ada pilot project dulu, ini sudah saya pertajam konsep-konsepnya untuk kita mulai detail mana yang bisa disisipkan," tandas Muhadjir.
Dari pilot project juga diharapkan dapat melihat sejauh mana program seharian di sekolah ini bisa terlaksana dengan baik. "Yang belum itu kita akan memotret membuat peta, misalnya nanti bagaimana nanti perkotaan, bagaimana pelaksanaan itu nanti," tuntasnya.
(kri)