Tamansiswa Tak Bisa Dipisahkan dari Sejarah Pendidikan Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mengapresiasi kepada Persatuan Tamansiswa atas segala kontribusinya dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Apresiasi ini disampaikan melalui Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani ketika membuka Kongres XXI Persatuan Tamansiswa Tahun 2016 di Yogyakarta.
Tamansiswa tidak bisa dipisahkan dari sejarah pendidikan di Indonesia. Tamansiswa didirikan pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta oleh Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
"Tamansiswa selain sebagai alat perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka juga berperan sebagai Kawah Candradimuka atau tempat kaderisasi para pejuang bangsa,” ujar Puan, Yogyakarta, Selasa (6/12/2016).
Menurutnya ajaran Ki Hajar Dewantara sangat populer di hati masyarakat, yaitu trilogi kepemimpinan sangat relevan dengan dunia pendidikan. Pertama, kata dia Ing Ngarso Sung Tulodho yaitu ketika berada di depan publik, guru dan pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan yang baik untuk orang lain.
Kedua, lanjut dia Ing Madyo Mangun Karsa yaitu ketika di tengah atau di antara publik, guru dan pemimpin harus mampu membangun semangat untuk bekerja keras dan membangun kinerja yang baik. Ketiga, Tut Wuri Handayani yaitu ketika berada di belakang guru dan pemimpin harus mampu memberi dorongan dan menggugah semangat sehingga orang-orang di sekitarnya dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Ajaran yang dikenal dengan nama Patrap Triloka tersebut mempunyai makna yang dalam dan masih relevan dengan kehidupan masa sekarang maupun masa akan datang,” ucapnya. (Baca: Minat Sains pada Anak Perlu Ditingkatkan)
Hadir dalam acara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X dan Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Sri Edi Swasono.
Tamansiswa tidak bisa dipisahkan dari sejarah pendidikan di Indonesia. Tamansiswa didirikan pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta oleh Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
"Tamansiswa selain sebagai alat perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka juga berperan sebagai Kawah Candradimuka atau tempat kaderisasi para pejuang bangsa,” ujar Puan, Yogyakarta, Selasa (6/12/2016).
Menurutnya ajaran Ki Hajar Dewantara sangat populer di hati masyarakat, yaitu trilogi kepemimpinan sangat relevan dengan dunia pendidikan. Pertama, kata dia Ing Ngarso Sung Tulodho yaitu ketika berada di depan publik, guru dan pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan yang baik untuk orang lain.
Kedua, lanjut dia Ing Madyo Mangun Karsa yaitu ketika di tengah atau di antara publik, guru dan pemimpin harus mampu membangun semangat untuk bekerja keras dan membangun kinerja yang baik. Ketiga, Tut Wuri Handayani yaitu ketika berada di belakang guru dan pemimpin harus mampu memberi dorongan dan menggugah semangat sehingga orang-orang di sekitarnya dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Ajaran yang dikenal dengan nama Patrap Triloka tersebut mempunyai makna yang dalam dan masih relevan dengan kehidupan masa sekarang maupun masa akan datang,” ucapnya. (Baca: Minat Sains pada Anak Perlu Ditingkatkan)
Hadir dalam acara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X dan Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Sri Edi Swasono.
(kur)