Mendikbud Beberkan Alasan Penerapan Full Day School di Semarang
A
A
A
SEMARANG - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menegaskan tak akan surut dalam penerapan full day school (FDS) meski banyak ditentang berbagai kalangan masyarakat. FDS disebutnya menjadi jawaban untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Tanah Air.
"Sekolah ini sebagai school base management of education yaitu mengandaikan sekolah menjadi pusat manajemen belajar, sekolah sebagai manajemen masyarakat, dan sekolah sebagai manajemen keluarga," kata Muhadjir, saat menjadi pembicara dalam acara "Bimbingan Teknis Pengawas Sekolah dan Pengumpulan Data Mutu Pendidikan di Semarang, Kamis (20/7/2017).
Menurutnya, tiga hal tersebut saat ini berjalan sendiri-sendiri sehingga perlu sinkronisasi. Dengan penerapan FDS, pemerintah bisa menyamakan irama dari ketiga lingkungan itu untuk menanamkan pendidikan berbasis karakter kepada peserta didik.
"Tiga lingkungan itu kita gandeng sehingga ada tautan. Sebagai intinya adalah sekolah sebagai base management. Centernya adalah sekolah. Kenapa harus sekolah, karena pemerintah hanya memiliki akses langsung ke sekolah, bukan ke keluarga atau masyarakat," katanya.
Dalam pelaksanaan FDS, pemerintah tetap menerapkan Kurikulum 2013 (K13) sebagai bahan ajar wajib di sekolah. Kurikulum tersebut juga telah mencakup beragam materi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di masing-masing daerah.
"Setelah kita hitung penambahan jam pelajaran pada FDS pada Senin-Jumat, tiap harinya bertambah 1 jam 20 menit. Anak SD paling molor sampai pukul 12.30 WIB. Kalau SMP hingga 13.30. Jadi untuk kegiatan ekskul itu tidak mengganggu sama sekali," ujarnya.
"Sekolah ini sebagai school base management of education yaitu mengandaikan sekolah menjadi pusat manajemen belajar, sekolah sebagai manajemen masyarakat, dan sekolah sebagai manajemen keluarga," kata Muhadjir, saat menjadi pembicara dalam acara "Bimbingan Teknis Pengawas Sekolah dan Pengumpulan Data Mutu Pendidikan di Semarang, Kamis (20/7/2017).
Menurutnya, tiga hal tersebut saat ini berjalan sendiri-sendiri sehingga perlu sinkronisasi. Dengan penerapan FDS, pemerintah bisa menyamakan irama dari ketiga lingkungan itu untuk menanamkan pendidikan berbasis karakter kepada peserta didik.
"Tiga lingkungan itu kita gandeng sehingga ada tautan. Sebagai intinya adalah sekolah sebagai base management. Centernya adalah sekolah. Kenapa harus sekolah, karena pemerintah hanya memiliki akses langsung ke sekolah, bukan ke keluarga atau masyarakat," katanya.
Dalam pelaksanaan FDS, pemerintah tetap menerapkan Kurikulum 2013 (K13) sebagai bahan ajar wajib di sekolah. Kurikulum tersebut juga telah mencakup beragam materi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di masing-masing daerah.
"Setelah kita hitung penambahan jam pelajaran pada FDS pada Senin-Jumat, tiap harinya bertambah 1 jam 20 menit. Anak SD paling molor sampai pukul 12.30 WIB. Kalau SMP hingga 13.30. Jadi untuk kegiatan ekskul itu tidak mengganggu sama sekali," ujarnya.
(zik)