Media Massa Bagian Penting dalam Pembentukan Karakter Siswa
A
A
A
JAKARTA - Media dinilai menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter para siswa. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, media massa bisa menjadi sumber belajar para siswa, baik itu konten, sarana, hingga pelaku media dalam proses pembentukan karakter.
Oleh karena itu Kemendikbud memiliki program Wartawan Masuk Sekolah. ”Kita ingin media mainstream itu beredar di sekolah dalam rangka literasi dan penguatan karakter,” katanya usai beraudiensi dengan jajaran redaksi KORAN SINDO dan iNews TV di kantor Kemendikbud, Rabu (4/10/2017).
Hadir dalam audiensi tersebut Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Pung Purwanto, Pemimpin Redaksi iNews TV Yadi Hendriana, dan Wakil Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Djaka Susila. Sementara Mendikbud didampingi Setditjen Dikdasmen Kemendikbud Thamrin Kasman dan Kepala BKLM Kemendikbud Ari Santoso.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini mengatakan, pelaku media memiliki tanggung jawab untuk memberikan arahan tentang bagaimana dan untuk apa media bagi para siswa. Namun jika dikaitkan dengan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), katanya, bukan untuk mengarahkan penguasaan anak pada pemakaian teknologinya. Melainkan harus ada pembelajaran mengenai mendidik mereka menggunakan teknologi yang tepat sesuai dengan tujuan pendidikan.
Muhadjir menjelaskan, PPK merupakan salah satu fokus pemerintah saat ini. Pada level sekolah dasar, pendidikan karakter dan budi pekerti mendapat porsi 70% dan pengetahuan 30%.
Pendidikan karakter ini memang telah menjadi perhatian dunia. Ini karena dunia menyadari bahwa selama ini pendidikan tidak memberi perhatian pada pendidikan karakter dan hanya mengejar ketertinggalan pendidikan semata.
Mendikbud menegaskan, melalui program PPK pemerintah berupaya mengubah pola pikir yang keliru selama ini tentang pendidikan terlebih lagi pendidikan dasar. Ke depan, tugas berat guru adalah memberikan perhatian yang seutuhnya kepada siswanya. Guru sebagai pendidik harus mampu memberikan keteladanan, memberikan inspirasi, dan memotivasi siswanya.
Sekolah dalam upaya menumbuhkan karakter siswa perlu membuka diri dengan lingkungan sekitarnya dan menjadikannya sumber belajar bagi siswa. Sumber belajar tidak harus selalu dari buku, guru, dan laboratorium sekolah saja tetapi lingkungan sekitar sekolah seperti pasar, taman budaya, sanggar seni, tempat ibadah, dan lainnya.
Termasuk sumber daya manusia di lingkungan sekitar seperti tokoh agama, pegiat seni, dokter, bidan, pemadam kebakaran, dan lainnya. “Itu semua yang ada di lingkungan sekolah harus dioptimalkan menjadi sumber belajar bagi siswa,” jelasnya.
Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Pung Purwanto sepakat dengan Mendikbud bahwa media perlu terlibat aktif dalam penguatan karakter siswa. KORAN SINDO sendiri mempunyai event edukasi yang sudah rutin dilakukan selama dua tahun ini yang bernama Edufair.
Rangkaian acara Edufair telah dimulai dengan menggelar talkshow di 25 sekolah di Jabodetabek. Dalam talkshow ini tidak hanya peserta didik yang menerima informasi tentang pendidikan namun juga orang tua sebagai bagian dari pendidikan keluarga.
Pung menerangkan, puncak acara Edufair tahun ini akan digelar di Mal Kota Kasablanka, Kuningan, Jakarta Selatan, pada 20-22 Oktober nanti. Beragam workshop yang akan mengakrabkan anak dengan dunia digital akan dihadirkan di puncak acara ini. “Ada workshop fotografi, pembuatan video dan juga workshop jurnalistik kita masukkan di sini dengan cara yang fun tetapi bernilai edukasi,” katanya.
Oleh karena itu Kemendikbud memiliki program Wartawan Masuk Sekolah. ”Kita ingin media mainstream itu beredar di sekolah dalam rangka literasi dan penguatan karakter,” katanya usai beraudiensi dengan jajaran redaksi KORAN SINDO dan iNews TV di kantor Kemendikbud, Rabu (4/10/2017).
Hadir dalam audiensi tersebut Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Pung Purwanto, Pemimpin Redaksi iNews TV Yadi Hendriana, dan Wakil Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Djaka Susila. Sementara Mendikbud didampingi Setditjen Dikdasmen Kemendikbud Thamrin Kasman dan Kepala BKLM Kemendikbud Ari Santoso.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini mengatakan, pelaku media memiliki tanggung jawab untuk memberikan arahan tentang bagaimana dan untuk apa media bagi para siswa. Namun jika dikaitkan dengan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), katanya, bukan untuk mengarahkan penguasaan anak pada pemakaian teknologinya. Melainkan harus ada pembelajaran mengenai mendidik mereka menggunakan teknologi yang tepat sesuai dengan tujuan pendidikan.
Muhadjir menjelaskan, PPK merupakan salah satu fokus pemerintah saat ini. Pada level sekolah dasar, pendidikan karakter dan budi pekerti mendapat porsi 70% dan pengetahuan 30%.
Pendidikan karakter ini memang telah menjadi perhatian dunia. Ini karena dunia menyadari bahwa selama ini pendidikan tidak memberi perhatian pada pendidikan karakter dan hanya mengejar ketertinggalan pendidikan semata.
Mendikbud menegaskan, melalui program PPK pemerintah berupaya mengubah pola pikir yang keliru selama ini tentang pendidikan terlebih lagi pendidikan dasar. Ke depan, tugas berat guru adalah memberikan perhatian yang seutuhnya kepada siswanya. Guru sebagai pendidik harus mampu memberikan keteladanan, memberikan inspirasi, dan memotivasi siswanya.
Sekolah dalam upaya menumbuhkan karakter siswa perlu membuka diri dengan lingkungan sekitarnya dan menjadikannya sumber belajar bagi siswa. Sumber belajar tidak harus selalu dari buku, guru, dan laboratorium sekolah saja tetapi lingkungan sekitar sekolah seperti pasar, taman budaya, sanggar seni, tempat ibadah, dan lainnya.
Termasuk sumber daya manusia di lingkungan sekitar seperti tokoh agama, pegiat seni, dokter, bidan, pemadam kebakaran, dan lainnya. “Itu semua yang ada di lingkungan sekolah harus dioptimalkan menjadi sumber belajar bagi siswa,” jelasnya.
Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Pung Purwanto sepakat dengan Mendikbud bahwa media perlu terlibat aktif dalam penguatan karakter siswa. KORAN SINDO sendiri mempunyai event edukasi yang sudah rutin dilakukan selama dua tahun ini yang bernama Edufair.
Rangkaian acara Edufair telah dimulai dengan menggelar talkshow di 25 sekolah di Jabodetabek. Dalam talkshow ini tidak hanya peserta didik yang menerima informasi tentang pendidikan namun juga orang tua sebagai bagian dari pendidikan keluarga.
Pung menerangkan, puncak acara Edufair tahun ini akan digelar di Mal Kota Kasablanka, Kuningan, Jakarta Selatan, pada 20-22 Oktober nanti. Beragam workshop yang akan mengakrabkan anak dengan dunia digital akan dihadirkan di puncak acara ini. “Ada workshop fotografi, pembuatan video dan juga workshop jurnalistik kita masukkan di sini dengan cara yang fun tetapi bernilai edukasi,” katanya.
(poe)