Lulusan Pendidikan Vokasi Lebih Siap Diserap Industri

Selasa, 05 Juni 2018 - 13:45 WIB
Lulusan Pendidikan Vokasi...
Lulusan Pendidikan Vokasi Lebih Siap Diserap Industri
A A A
DEPOK - Pemerintah melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) terus mendorong lembaga pendidikan vokasi untuk melakukan pengembangan. Bahkan, kementerian juga gencar mendorong pengembangan pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan pasar kerja saat ini. Upaya tersebut sebagai salah satu wujud peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar siap dan mampu persaingan era industri 4.0.

Direktur Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) Abdillah mengatakan, anak didik yang mengenyam pendidikan di vokasi sudah barang tentu memiliki keunggulan karena mereka dibekali kemampuan lebih di bidang keterampilan. "Secara landasan hukum kami harus akui anak didik kami memang dibekali keterampilan. Ini yang menjadikan mereka lebih unggul," katanya.

Jika anak didik berpandangan dirinya akan langsung terjun ke industri nanti, mereka harus dipersiapkan dengan sistem pendidikan vokasi. Dengan kata lain, saat mengenyam pendidikan di vokasi, maka akan lebih banyak praktik yang didapat dibandingkan dengan teori. "Sebagai contoh, ada jurusan yang pada semester satu sudah diajarkan mengaduk semen dan pasir. Tujuannya ketika nanti mereka kerja di industri sudah paham karena memang sudah dibekali praktik saat kuliah," ujarnya.
Lulusan pendidikan vokasi yang dibekali keterampilan sejak awal memang sangat menjanjikan untuk diserap industri. Mereka tidak lagi kikuk saat terjun langsung ke industri karena sudah belajar sejak awal. "Yang dibutuhkan memang keterampilan. Mereka yang lulus dari vokasi adalah tenaga siap pakai untuk industri," paparnya.

Direktur Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Sigit P Hadiwardoyo mengatakan, program pendidikan vokasi dilaksanakan di sekolah menengah (SMK) maupun di pendidikan tinggi seperti di universitas, institut, sekolah tinggi dan akademi, maupun politeknik. Pendidikan tinggi vokasi merupakan program lanjutan dari pendidikan vokasi di sekolah menengah kejuruan. Karakteristik pendidikan ini mengutamakan kegiatan praktik 70% dan teori 30%. Dengan demikian, lulusan pendidikan vokasi akan memiliki keterampilan kerja cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan industri.
"Kurikulum pendidikan vokasi disusun bersama dengan industri sehingga program studi di pendidikan tinggi vokasi harus fleksibel sesuai kebutuhan industri. Setiap saat program studi ini dapat dibuka maupun ditutup sesuai kebutuhan industri sebagai program studi pesanan," katanya.

Menurut dia, kerja sama industri dengan lembaga pendidikan vokasi sangatlah penting karena lulusan dari pendidikan vokasi itu berdasarkan pesanan industri. Jika kerja sama ini sudah terbangun, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di institusi kementerian dan industri tidak perlu ada lagi. Ini dapat menghemat biaya pada Badan Pendidikan dan Latihan (Badiklat) untuk tenaga kerja baru. Anggaran pada Badiklat untuk pegawai baru dapat dialihkan untuk membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi vokasi. Kerja sama antara penyelenggara pendidikan tinggi vokasi dengan industri pengguna harus dekat dan bersinergi.

Pendidikan tinggi vokasi sejatinya memerlukan biaya besar sesuai kebutuhan industri terutama untuk bidang kesehatan dan keteknikan. "Peralatan praktik untuk memenuhi kemajuan teknologi yg terus berkembang pesat memerlukan bantuan dari industri pengguna," tuturnya.

Keunggulan dari lulusan pendidikan vokasi adalah adanya bekal yang cukup selama mengenyam pendidikan vokasional. Karena lulusan pendidikan tinggi vokasi melalui proses pendidikan praktik cukup panjang. Program kemenristekdikti mengarahkan tidak hanya pendidikan praktik 70%, tetapi juga pelaksanaan pendidikan selama enam semester yang harus diselenggarakan dengan cara 3-2-1, yaitu 3 semester di kampus (laboratorium), 2 semester pendidikan di industri, dan 1 semester magang di industri.

Artinya, 50% waktu pendidikan dilakukan bersama industri dan ini pasti akan sesuai dengan kebutuhan industrinya. Pada saat mahasiswa melakukan pendidikan praktik berada di industri para dosen mendampinginya di industri. Dengan demikian, kurikulum dapat di-update sesuai perkembangan kebutuhan industri. "Di sinilah fleksibilitas administrasi pendidikan harus diterapkan agar perkembangan pendidikan tinggi vokasi tidak terkendala oleh persoalan administrasi. Kinerja pendidikan tinggi vokasi diukur oleh industri mitra, tidak melulu memenuhi persyaratan administrasi lembaga akreditasi yang sarat dengan persoalan administrasi seperti nomenklatur program studi serta ketentuan-ketentuan lainnya," paparnya.

Dia menjelaskan, pendidikan tinggi vokasi diperuntukkan kepada mahasiswa yang tidak mencari gelar semata. Pendidikan ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang ingin memiliki keterampilan profesi yang andal dan mumpuni. Karena di pendidikan ini tidak memerlukan kemampuan berpikir yang tinggi, tetapi cukup bagi yang sangat kreatif, disiplin, dan mampu bekerja sama. Itulah dunia kerja di masa depan.

"Itulah mengapa orang-orang sukses yang tidak lulus sarjana, tetapi punya kemampuan kreativitas dan keterampilan yang tangguh tetap bisa berhasil. Pendidikan ini diperuntukkan pada industri zaman now yang tidak lagi terikat pada aturan gelar kesarjanaan, tetapi merujuk pada kemampuan ketrampilan yang sudah teruji melalui uji sertifikasi yang diakui secara nasional maupun internasional," pungkasnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5692 seconds (0.1#10.140)