Bertemu Para Santri di Lamongan, Mendikbud Sampaikan Rumus 5 C
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy berkunjung ke sejumlah pondok pesantren di Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Minggu (17/10/18).
Dia meninjau sekolah-sekolah yang diasuh oleh pondok pesantren (ponpes) tersebut dan memberi tausiah di depan ribuan santri dan pengurus.
Sejumlah ponpes itu, yakni Ponpes Karangasem Muhammadiyah, Ponpes Modern Muhammadiyah dan Ponpes Al-Islah Sendang Agung di Paciran Lamongan. Mendikbud juga menyerahkan bantuan komputer untuk SMP Muhammadiyah Karangasem, SMP Muhammadiyah Modern, SMP Muhammadiyah 12 Al Islah dan SMK Muhammadiyah Karangasem.
Di hadapan santri, alumni, guru dan ustaz di Ponpes Karangasem, Mendikbud mengajak santri untuk menyiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0.
“Santri harus lebih siap dan terbuka menghadapi tantangan,” ujarnya.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini berpesan agar memperhatikan rumus 5C, yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), communication skill (kemampuan berkomunikasi), collaboration (berkolaborasi) dan confidence (percaya diri).
Meski dalam tradisi pesantren dikenal ketat dengan pelajaran teks agama, dia berpesan agar santri diajak berpikir kritis melihat dunia luar.
Menurut dia, ilmu harus digali secara lebih luas dan mendalam, sesuai konteks, tetapi harus tetap kuat memegang akidah.
Di sisi lain, kreativitas juga harus ditunjukkan sepanjang waktu dengan cara membuat terobosan dan menemukan sesuatu yang baru.
“Di Muhammadiyah tradisi kreatif sudah dimulai sejak KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), yakni dengan membuat sistem pendidikan modern pada zamannya. Santri yang tidak kreatif akan ditinggalkan oleh zaman,” katanya.
Di samping memiliki jaringan luas dan berkolaborasi, kata dia, keterampilan menulis dan berbicara di hadapan publik juga menjadi keharusan. Kata Mendikbud, seseorang tidak akan kelihatan cerdas jika tidak bisa menyampaikan gagasannya dengan baik.
“Untuk itu ketererampilan komunikasi dan kepercayaan diri sangat penting,” tuturnya.
Mendikbud juga menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo untuk senantiasa menjaga negara yang sangat besar ini. Indonesia adalah negara luas seperti daratan Eropa dengan ratusan suku dan ribuan pulau.
Dia mengungkapkan, tokoh-tokoh Muhammadiyah terdahulu telah merintis nilai-nilai kebangsaan yang sangat kuat. Sebut misalnya, Jenderal Sudirman yang mendirikan TNI, Ki Bagus Hadikusumo perintis kemerdekaan dan perumus UUD 45, dan Ir Juanda yang memperjuangkan wilayah laut sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Sebagai penerus kemerdekaan, tidak mungkin Muhammadiyah mengkhianati apa yang sudah diperjuangkan oleh pendahulunya,” papar Mendikbud.
Oleh karena itu bagi Muhammadiyah, kata dia, NKRI adalah negara yang sudah final sebagai hasil kesepakatan (darul ahdi wa sahadah).
Sementar aitu, Pengasuh Ponpes Karangasem, KH Hakam Mubarrok mengatakan, kehadiran Mendikbud sangat strategis untuk memotivasi santrinya. “Setiap tokoh, apalagi tokoh Muhammadiyah sangat kita harapkan menjadi panutan bagi santri-santri kami,” tuturnya.
Hal serupa juga dikemukakan pengasuh Ponpes Modern KH Abdul Munir dan Ponpes Al-Islah KH M Dawam Soleh. Munir berharap Mendikbud tetap memperhatikan basis pendidikan di Muhammadiyah meski sudah menjadi pejabat publik.
“Alhamdulillah Pak Muhadjir tidak melupakan kita. Semoga beliau selalu sehat dan selamat mengemban amanah negara yang berat ini,” ucapnya.
Kunjungan kerja Mendikbud ke Lamongan didampingi pejabat Kemendikbud, antara lain staf khusus Menteri Nasrullah, Direktur Pembinaan SMK Bakrun, Direktur Pembinaan SMP Enang Ahmadi dan Kepala Pustekkom Gogot Suharwoto.
Dia meninjau sekolah-sekolah yang diasuh oleh pondok pesantren (ponpes) tersebut dan memberi tausiah di depan ribuan santri dan pengurus.
Sejumlah ponpes itu, yakni Ponpes Karangasem Muhammadiyah, Ponpes Modern Muhammadiyah dan Ponpes Al-Islah Sendang Agung di Paciran Lamongan. Mendikbud juga menyerahkan bantuan komputer untuk SMP Muhammadiyah Karangasem, SMP Muhammadiyah Modern, SMP Muhammadiyah 12 Al Islah dan SMK Muhammadiyah Karangasem.
Di hadapan santri, alumni, guru dan ustaz di Ponpes Karangasem, Mendikbud mengajak santri untuk menyiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0.
“Santri harus lebih siap dan terbuka menghadapi tantangan,” ujarnya.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini berpesan agar memperhatikan rumus 5C, yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), communication skill (kemampuan berkomunikasi), collaboration (berkolaborasi) dan confidence (percaya diri).
Meski dalam tradisi pesantren dikenal ketat dengan pelajaran teks agama, dia berpesan agar santri diajak berpikir kritis melihat dunia luar.
Menurut dia, ilmu harus digali secara lebih luas dan mendalam, sesuai konteks, tetapi harus tetap kuat memegang akidah.
Di sisi lain, kreativitas juga harus ditunjukkan sepanjang waktu dengan cara membuat terobosan dan menemukan sesuatu yang baru.
“Di Muhammadiyah tradisi kreatif sudah dimulai sejak KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), yakni dengan membuat sistem pendidikan modern pada zamannya. Santri yang tidak kreatif akan ditinggalkan oleh zaman,” katanya.
Di samping memiliki jaringan luas dan berkolaborasi, kata dia, keterampilan menulis dan berbicara di hadapan publik juga menjadi keharusan. Kata Mendikbud, seseorang tidak akan kelihatan cerdas jika tidak bisa menyampaikan gagasannya dengan baik.
“Untuk itu ketererampilan komunikasi dan kepercayaan diri sangat penting,” tuturnya.
Mendikbud juga menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo untuk senantiasa menjaga negara yang sangat besar ini. Indonesia adalah negara luas seperti daratan Eropa dengan ratusan suku dan ribuan pulau.
Dia mengungkapkan, tokoh-tokoh Muhammadiyah terdahulu telah merintis nilai-nilai kebangsaan yang sangat kuat. Sebut misalnya, Jenderal Sudirman yang mendirikan TNI, Ki Bagus Hadikusumo perintis kemerdekaan dan perumus UUD 45, dan Ir Juanda yang memperjuangkan wilayah laut sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Sebagai penerus kemerdekaan, tidak mungkin Muhammadiyah mengkhianati apa yang sudah diperjuangkan oleh pendahulunya,” papar Mendikbud.
Oleh karena itu bagi Muhammadiyah, kata dia, NKRI adalah negara yang sudah final sebagai hasil kesepakatan (darul ahdi wa sahadah).
Sementar aitu, Pengasuh Ponpes Karangasem, KH Hakam Mubarrok mengatakan, kehadiran Mendikbud sangat strategis untuk memotivasi santrinya. “Setiap tokoh, apalagi tokoh Muhammadiyah sangat kita harapkan menjadi panutan bagi santri-santri kami,” tuturnya.
Hal serupa juga dikemukakan pengasuh Ponpes Modern KH Abdul Munir dan Ponpes Al-Islah KH M Dawam Soleh. Munir berharap Mendikbud tetap memperhatikan basis pendidikan di Muhammadiyah meski sudah menjadi pejabat publik.
“Alhamdulillah Pak Muhadjir tidak melupakan kita. Semoga beliau selalu sehat dan selamat mengemban amanah negara yang berat ini,” ucapnya.
Kunjungan kerja Mendikbud ke Lamongan didampingi pejabat Kemendikbud, antara lain staf khusus Menteri Nasrullah, Direktur Pembinaan SMK Bakrun, Direktur Pembinaan SMP Enang Ahmadi dan Kepala Pustekkom Gogot Suharwoto.
(dam)