UI Gelar Simposium Pemberdayaan Perdesaan
A
A
A
DEPOK - Universitas Indonesia menggelar simposium mengenai pemberdayaan perdesaan atau kampung berbasis komunitas.
Pada acara ini dikupas mengenai dinamika-dinamika perdesaan yang berdampak pada konfigurasi ruang perkotaan dan perdesaan di masa depan serta bagaimana kolaborasi lintas disiplin antara akademisi dan para aktivis kampung memperkuat pemberdayaan budaya di kampung-kampung.
Pembiara dalam simposium ini, yakni Associate Professor Department of Southeast Asia Studies, National University of Singapore, Goh Beng Lan; Associate Professor The Institute of Rural Reconstruction of China, Southwest University, China, Margaret Sit Tsui.
Assistant Professor in the Department of Social Sciences, Faculty of Liberal Arts, Ubon Ratchathani University, Thailand, Natedao Taotawin.
Dari Universitas Indonesia hadir Melani Budianta, profesor di Studi Sastra di Fakultas Pengetahuan Ilmu Budaya, Universitas Indonesia; Dosen Departemen Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Suraya Afiff.
Wakil Rektor Bidang III Riset dan Inovasi UI, Rosari Saleh mengungkapkan simposium ini sangat penting karena menjadi jembatan nyata bagi pertemuan antara akademisi dan aktivis lapangan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.
“Selama ini kami (akademisi-red) kerap dituding sebagai menara gading dan ternyata pertemuan dengan para aktivis lapangan ini membuka banyak jalan bagaimana sinergi terjadi antara apa yang kami teliti dengan aplikasi di lapangan,” katanya, Selasa (30/10/2018).Dia menmgatakan, melalui simposium ini para akademisi bisa belajar banyak dari kerja nyata yang dilakukan para aktivis dalam “membumikan” ilmu pengetahuan yang selama ini mereka pelajari dan teliti.
“Diharapkan simposium ini dapat menghasilkan buku mengenai dinamika perdesaan-perkotaan yang bisa dipublikasikan dalam Palgrave Macmillan atau Springer Nature pada 2019,” tandasnya.
Simposium bertujuan agar diperoleh pengetahuan mengenai kerangka kerja konseptual, isu mutakhir serta studi kasus tentang praksis pemberdayaan pedesaan dan kampung dari berbagai negara di Asia.
“Simposium ini juga untuk mengidentifikasi peluang terhadap penelitian kolaboratif, publikasi Bersama dan komunitas berbasis aktivisme pada pemberdayaan perdesaan,” tuturnya.
Pada acara ini dikupas mengenai dinamika-dinamika perdesaan yang berdampak pada konfigurasi ruang perkotaan dan perdesaan di masa depan serta bagaimana kolaborasi lintas disiplin antara akademisi dan para aktivis kampung memperkuat pemberdayaan budaya di kampung-kampung.
Pembiara dalam simposium ini, yakni Associate Professor Department of Southeast Asia Studies, National University of Singapore, Goh Beng Lan; Associate Professor The Institute of Rural Reconstruction of China, Southwest University, China, Margaret Sit Tsui.
Assistant Professor in the Department of Social Sciences, Faculty of Liberal Arts, Ubon Ratchathani University, Thailand, Natedao Taotawin.
Dari Universitas Indonesia hadir Melani Budianta, profesor di Studi Sastra di Fakultas Pengetahuan Ilmu Budaya, Universitas Indonesia; Dosen Departemen Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Suraya Afiff.
Wakil Rektor Bidang III Riset dan Inovasi UI, Rosari Saleh mengungkapkan simposium ini sangat penting karena menjadi jembatan nyata bagi pertemuan antara akademisi dan aktivis lapangan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.
“Selama ini kami (akademisi-red) kerap dituding sebagai menara gading dan ternyata pertemuan dengan para aktivis lapangan ini membuka banyak jalan bagaimana sinergi terjadi antara apa yang kami teliti dengan aplikasi di lapangan,” katanya, Selasa (30/10/2018).Dia menmgatakan, melalui simposium ini para akademisi bisa belajar banyak dari kerja nyata yang dilakukan para aktivis dalam “membumikan” ilmu pengetahuan yang selama ini mereka pelajari dan teliti.
“Diharapkan simposium ini dapat menghasilkan buku mengenai dinamika perdesaan-perkotaan yang bisa dipublikasikan dalam Palgrave Macmillan atau Springer Nature pada 2019,” tandasnya.
Simposium bertujuan agar diperoleh pengetahuan mengenai kerangka kerja konseptual, isu mutakhir serta studi kasus tentang praksis pemberdayaan pedesaan dan kampung dari berbagai negara di Asia.
“Simposium ini juga untuk mengidentifikasi peluang terhadap penelitian kolaboratif, publikasi Bersama dan komunitas berbasis aktivisme pada pemberdayaan perdesaan,” tuturnya.
(dam)