Minat Warga Arab Saudi Belajar Bahasa Indonesia Tinggi

Kamis, 10 Januari 2019 - 08:19 WIB
Minat Warga Arab Saudi Belajar Bahasa Indonesia Tinggi
Minat Warga Arab Saudi Belajar Bahasa Indonesia Tinggi
A A A
RIYADH - Festival Janadriyah tidak hanya sebagai ajang promosi budaya namun juga bahasa. Keikutsertaan Indonesia di Festival Janadriyah pun sukses mengajak ratusan warga untuk mendaftar mengikuti program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Staf Diplomasi Kebahasaan Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Choris Wahyuni mengatakan, hingga saat ini jumlah masyarakat Riyadh yang mendaftar mau mengikuti BIPA sebanyak 144 orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga malam penutupan Festival Janadriyah pada 9 Januari.

"Kami memfasilitasi secara khusus pelatihan Bahasa Indonesia bagi orang Arab. Antusias mereka sangat tinggi untuk mendaftar ikut BIPA. Kami mencatat ada 144 orang yang mendaftar," katanya ketika ditemui di Paviliun Indonesia kemarin.

BIPA adalah program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia (berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan) bagi penutur asing. BIPA diselenggarakan dalam upaya untuk mendukung usaha peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional yang sedang digalang oleh Kemendikbud.

Choris mengungkapkan, ketika seminggu pertama Festival Janadriyah dibuka hanya untuk para kalangan atas seperti pangeran dan juga pejabat mereka juga banyak yang mendaftar. Setelah itu banyak juga mahasiswa dan masyarakat umum yang mau ikut berlatih bahasa Indonesia. Dia menjelaskan, rata-rata motivasi mereka ikut BIPA ialah karena alasan bisnis dan pariwisata. "Kursus bahasa Indonesia ini gratis. Lokasi belajarnya nanti di Sekolah Indonesia Riyadh," jelasnya.

Menurut Choris, para pengunjung juga banyak yang bertanya-tanya mengenai bahasa Indonesia. Choris yang juga piawai berbahasa Arab menerangkan dengan jelas kepada para pengunjung melalui brosur hingga membagikan souvenir seperti gantungan kunci hingga kipas kepada mereka yang mampir ke stannya.

Alumnus S2 UIN Sunan Kallijaga ini menerangkan, selain membuka pendaftaran BIPA mereka juga membuka simulasi Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). UKBI adalah sarana uji untuk mengukur kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia lisan dan tulisan. Bagaimana tingkat pemahaman mendengar, membaca, menulis dan juga berbicara. Selain itu juga UKBI menguji pemahaman seseorang dalam penerapan kaidah bahasa Indonesia.

Pengunjung juga bisa melihat Laboratorium Kebhinekaan yang berisi perkumpulan bahasa-bahasa daerah yang menampilkan cerita-cerita rakyat hingga tembang-tembang daerah. Lalu juga ada permainan kata dan juga penjelasan 668 bahasa daerah yang saat ini beredar di Indonesia.

Menurut Choris, metode pembelajaran bahasa Indonesia melalui BIPA ialah langsung pada pendekatan praktek. Para siswa nantinya tidak belajar tata bahasa namun langsung kepada praktek percakapan. "Bahasa kita itu termasuk gampang dipelajari. Kita akan langsung mengajari mereka ke prakteknya misalnya bagaimana cara berkenalan" ujarnya.

Salah satu mantan peserta BIPA Abdul Azis Mohammed Shahib mengatakan, dia memperoleh sertifikat UKBI pada tahun 2008. Dia mengaku untuk memperlancar kemahiran berbahasa Indonesia tidak bisa hanya mengikuti kursus namun harus banyak praktek di lapangan. Mahirnya Azis ini ternyata dibuktikan dengan ikut memenangkan lomba pidato dan esai peserta BIPA. Dia pun diundang ke Istana Merdeka pada 2016 untuk menerima penghargaan.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Riyadh Ahmad Ubaedillah mengatakan, peminat BIPA di Riyadh memang rata-rata orang dewasa yang sudah bekerja. Mereka ingin menguasai bahasa Indonesia untuk kelancaran dalam bekerja misalnya dibidang keimigrasian di Riyadh atau karena mereka memang bekerja di Indonesia. Ataupun kelancaran dalam berbisnis karena memiliki usaha di Indonesia.

Ubaedillah menuturkan, pihaknya akan memasifkan pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Dia berpendapat, jika bahasa Indonesia disosialisasikan sejak awal di kampus maka akan lebih efektif untuk menarik mahasiswa asing belajar bahasa Indonesia. "BIPA ini mendapat antusiasme tinggi dari warga Arab Saudi khususnya di Riyadh," jelasnya.

Ubaedillah menjelaskan bahwa ada peluang untuk memasifkan pemakaian bahasa Indonesia di Arab Saudi. Hal ini karena sebagian kosa kata bahasa Indonesia itu mempunyai akar dari bahasa Arab. Dia pun kerap menjelaskan kepada warga Arab bahwa sejatinya tidak ada alasan mereka sulit mempelajari bahasa Indonesia karena kosa katanya tidak jauh berbeda.

Selain itu, terangnya, bahasa Indonesia juga sudah semakin dikenal karena arus masyarakat Indonesia yang setiap tahun berangkat haji ataupun umroh ke tanah suci. Selanjutnya juga dengan banyaknya pekerja migran Indonesia yang bermukim di tanah Arab semakin membuka peluang penggunaan bahasa Indonesia yang lebih banyak lagi. (Neneng Zubaidah)

(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7046 seconds (0.1#10.140)