Kemendikbud Bekali 900 Prajurit TNI Ilmu Pengajaran
A
A
A
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memberi pembekalan pengajaran kepada 900 prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD). Dengan ilmu yang didapat, para prajurit ini pun bisa mengisi kekosongan tenaga pengajar di sekolah kawasan 3T.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Supriano mengatakan, 900 guru ini akan diberi pelatihan pedagogi (ilmu menjadi guru) sehingga mereka bisa mengajar dan memberi pelajaran yang menyenangkan. Pelatihannya sendiri akan dimulai Maret nanti. Dia menjelaskan bahwa prajurit ini bisa menggantikan peran kekosongan guru di sekolah-sekolah di kawasan 3T.
“Jika sekolah membutuhkan guru olahraga, bela negara, membaca, tulis, dan menghitung, mereka ini bisa masuk. Ini (pembekalan) jaga-jaga apabila di perbatasan tak ada guru, apabila di perbatasan dibutuhkan narasumber atau apa mereka (prajurit) bisa masuk,” kata Supriano seusai penandatanganan nota kesepahaman bersama dengan TNI AD di kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Lokasi penempatan guru ini ke wilayah perbatasan Kalimantan, yakni di Nunukan dan Malinau. Sebanyak 900 prajurit ini akan diberikan pelatihan selama 40 jam di Tarakan dan Garut. Dia menyampaikan bahwa pelatihan mengajar kepada prajurit ini adalah yang pertama kali dilakukan secara sinergi oleh Kemendikbud dan TNI AD.
Dia mengatakan, pembekalan ini awalnya dipicu setelah mendikbud ada kunjungan ke Mimika, Papua di mana ada satu sekolah terdiri atas 230 siswa, namun yang mengajar ialah prajurit TNI karena tidak ada gurunya. “Lalu, kami juga melihat kondisi di Nunukan dan bertemu dengan prajurit di perbatasan. Kami pun berdiskusi untuk menindaklanjuti karena di perbatasan, gurunya terbatas,” katanya.
Supriano menjelaskan, sinergi Kemendikbud dan TNI AD merupakan langkah yang tepat sebab keduanya bisa melindungi kedaulatan bangsa, namun juga mampu mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain bisa mengisi kekosongan guru, katanya, para prajurit ini pun bisa memberi masukan kepada Kemendikbud tentang mana daerah yang masih belum terbangun gedung sekolah.
Selain itu, katanya, kerja sama jangka panjang yang bisa dilakukan adalah di sektor pembangunan sekolah karena di daerah perbatasan banyak sekolah yang rusak. “Ini menjawab program Nawacita karena pembangunan harus mulai dari pinggiran. Jika bisa terus sinergi maka Nawacita akan bisa menjawab pemerataan. Tidak ada lagi disparitas antara pendidikan di desa dan kota,” jelasnya.
Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari menjelaskan, ada dua batalion yang akan bertugas yakni 450 orang dari Batalion 303 Garut dan 450 prajurit dari Batalion Raider 600 yang berada di Balikpapan. Dia mengungkapkan, para prajurit ini selain menjaga perbatasan, memang dengan sukarela membantu proses pembelajaran jika ada kekosongan guru.
Sebelum ada pembekalan dari Kemendikbud seperti yang diberikan saat ini, katanya, para prajurit biasanya berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat untuk meminta bahan-bahan pembelajaran. “Dengan ilmu (pembekalan) yang diberikan kepada prajurit, tidak ada kekhawatiran dari kementerian bahwa apa yang disampaikan para prajurit itu sudah sesuai standar apa yang diharapkan kementerian,” jelasnya.
Dia menyampaikan, selama ini para prajurit memang hanya diberikan pendidikan keterampilan untuk bertugas di lapangan. Oleh karena itu, dengan pembekalan dari Kemendikbud ini akan bisa memberi nuansa baru. Pasalnya, ilmu yang dibekalkan ini akan mendukung proses pembelajaran sains atau yang bersifat keilmuan daripada sekadar keterampilan.
Bakti menjelaskan, pembekalan ilmu ini sangat luar biasa manfaatnya dan dia berharap agar ada kerja sama lagi di waktu yang akan datang sehingga bisa menjawab kebutuhan yang ada di masyarakat. “Tujuan program ini juga dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi bagi prajurit,” jelasnya.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Supriano mengatakan, 900 guru ini akan diberi pelatihan pedagogi (ilmu menjadi guru) sehingga mereka bisa mengajar dan memberi pelajaran yang menyenangkan. Pelatihannya sendiri akan dimulai Maret nanti. Dia menjelaskan bahwa prajurit ini bisa menggantikan peran kekosongan guru di sekolah-sekolah di kawasan 3T.
“Jika sekolah membutuhkan guru olahraga, bela negara, membaca, tulis, dan menghitung, mereka ini bisa masuk. Ini (pembekalan) jaga-jaga apabila di perbatasan tak ada guru, apabila di perbatasan dibutuhkan narasumber atau apa mereka (prajurit) bisa masuk,” kata Supriano seusai penandatanganan nota kesepahaman bersama dengan TNI AD di kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Lokasi penempatan guru ini ke wilayah perbatasan Kalimantan, yakni di Nunukan dan Malinau. Sebanyak 900 prajurit ini akan diberikan pelatihan selama 40 jam di Tarakan dan Garut. Dia menyampaikan bahwa pelatihan mengajar kepada prajurit ini adalah yang pertama kali dilakukan secara sinergi oleh Kemendikbud dan TNI AD.
Dia mengatakan, pembekalan ini awalnya dipicu setelah mendikbud ada kunjungan ke Mimika, Papua di mana ada satu sekolah terdiri atas 230 siswa, namun yang mengajar ialah prajurit TNI karena tidak ada gurunya. “Lalu, kami juga melihat kondisi di Nunukan dan bertemu dengan prajurit di perbatasan. Kami pun berdiskusi untuk menindaklanjuti karena di perbatasan, gurunya terbatas,” katanya.
Supriano menjelaskan, sinergi Kemendikbud dan TNI AD merupakan langkah yang tepat sebab keduanya bisa melindungi kedaulatan bangsa, namun juga mampu mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain bisa mengisi kekosongan guru, katanya, para prajurit ini pun bisa memberi masukan kepada Kemendikbud tentang mana daerah yang masih belum terbangun gedung sekolah.
Selain itu, katanya, kerja sama jangka panjang yang bisa dilakukan adalah di sektor pembangunan sekolah karena di daerah perbatasan banyak sekolah yang rusak. “Ini menjawab program Nawacita karena pembangunan harus mulai dari pinggiran. Jika bisa terus sinergi maka Nawacita akan bisa menjawab pemerataan. Tidak ada lagi disparitas antara pendidikan di desa dan kota,” jelasnya.
Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari menjelaskan, ada dua batalion yang akan bertugas yakni 450 orang dari Batalion 303 Garut dan 450 prajurit dari Batalion Raider 600 yang berada di Balikpapan. Dia mengungkapkan, para prajurit ini selain menjaga perbatasan, memang dengan sukarela membantu proses pembelajaran jika ada kekosongan guru.
Sebelum ada pembekalan dari Kemendikbud seperti yang diberikan saat ini, katanya, para prajurit biasanya berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat untuk meminta bahan-bahan pembelajaran. “Dengan ilmu (pembekalan) yang diberikan kepada prajurit, tidak ada kekhawatiran dari kementerian bahwa apa yang disampaikan para prajurit itu sudah sesuai standar apa yang diharapkan kementerian,” jelasnya.
Dia menyampaikan, selama ini para prajurit memang hanya diberikan pendidikan keterampilan untuk bertugas di lapangan. Oleh karena itu, dengan pembekalan dari Kemendikbud ini akan bisa memberi nuansa baru. Pasalnya, ilmu yang dibekalkan ini akan mendukung proses pembelajaran sains atau yang bersifat keilmuan daripada sekadar keterampilan.
Bakti menjelaskan, pembekalan ilmu ini sangat luar biasa manfaatnya dan dia berharap agar ada kerja sama lagi di waktu yang akan datang sehingga bisa menjawab kebutuhan yang ada di masyarakat. “Tujuan program ini juga dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi bagi prajurit,” jelasnya.
(don)