Hasil Olahan Limbah Jerami Bisa Jadi Pengganti Freon AC
A
A
A
Produk inovasi tidak hanya dihasilkan di perguruan tinggi. Kecintaan akan sains dan lingkungan hidup pun menggugah pelajar untuk mengolah limbah menjadi sesuatu yang berharga. Di era milenial yang booming virus games dan media sosial, siswa-siswi SMA Cendekia Harapan Bali mampu menemukan solusi atas permasalahan lingkungan yang dihadapi masyarakat.
Temuan tersebut berupa pengolahan limbah jerami menjadi silica gel yang menjadi pengganti freon AC. Menurut Fina Setiawan, timnya tertarik mengolah limbah jerami yang sering kali dibakar. Padahal asap pembakarannya bisa menyebabkan polusi udara.
Dibantu para guru, mereka pun mengolah sisa jerami yang tak berguna itu menjadi produk bernilai tinggi. Caranya, jerami dibakar selama 18 jam dengan temperatur 750 derajat lalu diekstraksi dan diolah menjadi silica gel yang bisa menggantikan freon AC.
“Kami namakan ini JAC atau jerami untuk AC,” kata siswi berusia 15 tahun itu saat ditemui di HUT PP-Iptek di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, kemarin. Tidak hanya berguna sebagai pengganti freon, dari penelitian mereka menemukan bahwa limbah jerami juga bisa diolah menjadi keramik yang menyala dalam gelap dan gigi palsu.
Fina yang bercita-cita menjadi marine biologist ini memang mengaku prihatin dengan kondisi lingkungan saat ini. Menurut dia, harus ada inovasi untuk menjawab permasalahan polusi baik yang ada di darat, laut maupun udara. Misalnya saja pemakaian plastik dari bahan singkong yang aman bagi lingkungan bisa dipakai sebagai pengganti kantong plastik biasa.
Fina sendiri sudah setahun ini tidak pernah memakai sedotan plastik untuk minum. Adapun principal tim Cendekia Harapan Lidia Sandra menambahkan, siswa-siswinya juga mampu mengolah minyak jelantah menjadi barang berharga.
“Minyak jelantah yang biasanya dibuang langsung ke tanah dan terkadang beberapa pedagang gorengan membuangnya ke sungai sebetulnya bisa diolah menjadi sabun cuci tangan, sabun pel, dan sabun cuci piring yang higienis,” jelasnya.
Adapun sampah bunga kenanga dan kamboja serta kulit jeruk diubah menjadi pewangi untuk sabun. Tak hanya bagian dari tanaman yang sudah berguguran, daun liligundi pun tak luput dari tangan-tangan mungil ini dan diubah menjadi essential oil dalam obat nyamuk elektrik.
Tanaman toga lainnya yang cenderung tidak disukai karena aroma dan rasanya yang kurang enak juga diubah menjadi produk-produk yang menarik seperti dodol jahe, wedang, dan cokelat rempah. Berbagai inovasi yang dipamerkan ini ditemukan siswa sekolah yang berasal dari kebangsaan yang berbeda beda, tetapi menunjukkan kecintaan yang besar dan kepedulian mendalam akan masalah di Indonesia.
Selain masalah limbah Sandra, juga mengulas bagaimana produk Tirta Amerta dibuat para siswanya atas dasar keprihatinan terhadap kondisi sungai-sungai di Indonesia yang kian hari semakin mendekati ambang batas mutu baku air terburuk.
Tirta Amerta bisa dikembangkan untuk manfaat lebih luas bagi bangsa dengan menggunakan parameter derajat keasaman (pH), kekeruhan, dan kesadahan air. “Kita mengajak anak-anak untuk menyadari masalah di sekeliling dan berbagi apapun yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan tersebut,” paparnya.
Temuan tersebut berupa pengolahan limbah jerami menjadi silica gel yang menjadi pengganti freon AC. Menurut Fina Setiawan, timnya tertarik mengolah limbah jerami yang sering kali dibakar. Padahal asap pembakarannya bisa menyebabkan polusi udara.
Dibantu para guru, mereka pun mengolah sisa jerami yang tak berguna itu menjadi produk bernilai tinggi. Caranya, jerami dibakar selama 18 jam dengan temperatur 750 derajat lalu diekstraksi dan diolah menjadi silica gel yang bisa menggantikan freon AC.
“Kami namakan ini JAC atau jerami untuk AC,” kata siswi berusia 15 tahun itu saat ditemui di HUT PP-Iptek di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, kemarin. Tidak hanya berguna sebagai pengganti freon, dari penelitian mereka menemukan bahwa limbah jerami juga bisa diolah menjadi keramik yang menyala dalam gelap dan gigi palsu.
Fina yang bercita-cita menjadi marine biologist ini memang mengaku prihatin dengan kondisi lingkungan saat ini. Menurut dia, harus ada inovasi untuk menjawab permasalahan polusi baik yang ada di darat, laut maupun udara. Misalnya saja pemakaian plastik dari bahan singkong yang aman bagi lingkungan bisa dipakai sebagai pengganti kantong plastik biasa.
Fina sendiri sudah setahun ini tidak pernah memakai sedotan plastik untuk minum. Adapun principal tim Cendekia Harapan Lidia Sandra menambahkan, siswa-siswinya juga mampu mengolah minyak jelantah menjadi barang berharga.
“Minyak jelantah yang biasanya dibuang langsung ke tanah dan terkadang beberapa pedagang gorengan membuangnya ke sungai sebetulnya bisa diolah menjadi sabun cuci tangan, sabun pel, dan sabun cuci piring yang higienis,” jelasnya.
Adapun sampah bunga kenanga dan kamboja serta kulit jeruk diubah menjadi pewangi untuk sabun. Tak hanya bagian dari tanaman yang sudah berguguran, daun liligundi pun tak luput dari tangan-tangan mungil ini dan diubah menjadi essential oil dalam obat nyamuk elektrik.
Tanaman toga lainnya yang cenderung tidak disukai karena aroma dan rasanya yang kurang enak juga diubah menjadi produk-produk yang menarik seperti dodol jahe, wedang, dan cokelat rempah. Berbagai inovasi yang dipamerkan ini ditemukan siswa sekolah yang berasal dari kebangsaan yang berbeda beda, tetapi menunjukkan kecintaan yang besar dan kepedulian mendalam akan masalah di Indonesia.
Selain masalah limbah Sandra, juga mengulas bagaimana produk Tirta Amerta dibuat para siswanya atas dasar keprihatinan terhadap kondisi sungai-sungai di Indonesia yang kian hari semakin mendekati ambang batas mutu baku air terburuk.
Tirta Amerta bisa dikembangkan untuk manfaat lebih luas bagi bangsa dengan menggunakan parameter derajat keasaman (pH), kekeruhan, dan kesadahan air. “Kita mengajak anak-anak untuk menyadari masalah di sekeliling dan berbagi apapun yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan tersebut,” paparnya.
(don)