Sinergi Lembaga Komunitas Diharapkan Permudah Akses Pendidikan
A
A
A
JAKARTA - Pendidikan merupakan permasalahan serius yang perlu penanganan secara massif terutama para pihak-pihak yeng memiliki kewenangan untuk memajukan bidang pendidikan. Terutama dalam hal pemerataan pendidikan hingga pelosok daerah.
Selain lembaga terkait, ada juga komunitas-komunitas yang cukup memberikan perhatian terhadap dunia pendidikan, salah satunya dari komunitas GreatEdu.
CEO GreatEdu, Robert E Sudarwan mengatakan, Jakarta memiliki banyak potensi tidak hanya potensi materil, melainkan juga potensi kumpulan manusianya yakni komunitas. Data Jakarta mencatat ada 33 komunitas di Jakarta yang aktif di berbagai aktivitas pendidikan.
"Banyak komunitas yang tentunya belum tercatat dan memiliki banyak potensi dan prestasi.
Acara ini diinisiasi oleh GreatEdu bahwa hadirnya komunitas memberikan banyak impact bagi lingkungan sekitar," kata Robert dalam acara Rembuk Komunitas Pendidikan di Kedai Kepikiran Kopi, Pasar Minggu, Kamis 23 Mei 2019.
"Jika komunitas-komunitas tersebut bersinergi dan berkolaborasi untuk pendidikan, akan lebih banyak lagi manfaat yang bisa dirasakan masyarakat. Terutama kemudahan akses pendidikan berkualitas yang merupakan salah satu persoalan utama dibalik keberadaan sekolah-sekolah berprestasi," sambungnya.
Robert mengungkapkan, rembug ini bertujuan menyamakan kepahaman dan sinergi mengenai keresahan dan masalah yang dihadapi oleh masing-masing komunitas. Acara yang dihadiri oleh 17 komunitas ini membuka mata bahwa masih banyak masyarakat yang belum bisa menerima akses pendidikan yang baik.
"Komunitas ini banyak bercerita sulitnya akses pendidikan itu tidak hanya milik masyarkat desa tetapi yang utama justru berada di masyarakat miskin kota. Mengenai pendidikan pada masyarakat miskin kota ini menjadi konsern bagi komunitas
Dalam Rembuk Komunitas Pendidikan Jakarta ini," ungkapnya.
M Chozin Amirullah, pemantik diskusi mengatakan, ini adalah awal dari terciptakanya kemudahan akses pendidikan yang digerakan langsung oleh orang terdekat di masyarakat yaitu komunitas.
"Acara ini akan berlanjut untuk mensinergikan antar komunitas agar tergali lagi potensi masing-masing yang belum termaksimalkan. Harapannya komunitas ini mampu membantu masyarakat untuk akses pendidikan yang lebih baik," pungkasnya.
Acara rembuk komunitas ini dihadiri 17 komunitas dari berbagai latar belakang aktivitas seperti Pendidikan Kesehatan reproduksi oleh Youthizen Indonesia, parenting (Komunitas Rumah Imajinasi Literasi Anak; Komunitas Teman Main), filantropi (Filantrust, Satu Hari Satu Ayat), gerakan literasi (FLP, Beribuku, Rumah Imaginasi Anak, Kamu Indonesia).
Kemudian sanggar belajar (Rumah Belajar Rawamangun, Sanggar Anak Akar), pendampingan masyarakat (Ayo Mengajar, Yayasan Rumah Kita, Jejak Seribu, Gerakan Banten Mengajar,), pengembangan softskil (YAI8, Mari Mengabdi), pendidikan seni (Red Nose Foundation,) Hobi (Komunitas Pendaki Muslim), peserta lainnya adalah perseorangan non-komunitas.
Selain lembaga terkait, ada juga komunitas-komunitas yang cukup memberikan perhatian terhadap dunia pendidikan, salah satunya dari komunitas GreatEdu.
CEO GreatEdu, Robert E Sudarwan mengatakan, Jakarta memiliki banyak potensi tidak hanya potensi materil, melainkan juga potensi kumpulan manusianya yakni komunitas. Data Jakarta mencatat ada 33 komunitas di Jakarta yang aktif di berbagai aktivitas pendidikan.
"Banyak komunitas yang tentunya belum tercatat dan memiliki banyak potensi dan prestasi.
Acara ini diinisiasi oleh GreatEdu bahwa hadirnya komunitas memberikan banyak impact bagi lingkungan sekitar," kata Robert dalam acara Rembuk Komunitas Pendidikan di Kedai Kepikiran Kopi, Pasar Minggu, Kamis 23 Mei 2019.
"Jika komunitas-komunitas tersebut bersinergi dan berkolaborasi untuk pendidikan, akan lebih banyak lagi manfaat yang bisa dirasakan masyarakat. Terutama kemudahan akses pendidikan berkualitas yang merupakan salah satu persoalan utama dibalik keberadaan sekolah-sekolah berprestasi," sambungnya.
Robert mengungkapkan, rembug ini bertujuan menyamakan kepahaman dan sinergi mengenai keresahan dan masalah yang dihadapi oleh masing-masing komunitas. Acara yang dihadiri oleh 17 komunitas ini membuka mata bahwa masih banyak masyarakat yang belum bisa menerima akses pendidikan yang baik.
"Komunitas ini banyak bercerita sulitnya akses pendidikan itu tidak hanya milik masyarkat desa tetapi yang utama justru berada di masyarakat miskin kota. Mengenai pendidikan pada masyarakat miskin kota ini menjadi konsern bagi komunitas
Dalam Rembuk Komunitas Pendidikan Jakarta ini," ungkapnya.
M Chozin Amirullah, pemantik diskusi mengatakan, ini adalah awal dari terciptakanya kemudahan akses pendidikan yang digerakan langsung oleh orang terdekat di masyarakat yaitu komunitas.
"Acara ini akan berlanjut untuk mensinergikan antar komunitas agar tergali lagi potensi masing-masing yang belum termaksimalkan. Harapannya komunitas ini mampu membantu masyarakat untuk akses pendidikan yang lebih baik," pungkasnya.
Acara rembuk komunitas ini dihadiri 17 komunitas dari berbagai latar belakang aktivitas seperti Pendidikan Kesehatan reproduksi oleh Youthizen Indonesia, parenting (Komunitas Rumah Imajinasi Literasi Anak; Komunitas Teman Main), filantropi (Filantrust, Satu Hari Satu Ayat), gerakan literasi (FLP, Beribuku, Rumah Imaginasi Anak, Kamu Indonesia).
Kemudian sanggar belajar (Rumah Belajar Rawamangun, Sanggar Anak Akar), pendampingan masyarakat (Ayo Mengajar, Yayasan Rumah Kita, Jejak Seribu, Gerakan Banten Mengajar,), pengembangan softskil (YAI8, Mari Mengabdi), pendidikan seni (Red Nose Foundation,) Hobi (Komunitas Pendaki Muslim), peserta lainnya adalah perseorangan non-komunitas.
(maf)