Kemendikbud Ajak Siswa Berkompetisi
A
A
A
SEMARANG - Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom Kemendikbud) mengajak para pelajar di Tanah Air untuk berkompetisi di ajang Kuis Kihajar dan Lomba Coding Edusiber dalam rangkaian Anugerah Ki Hajar 2019.
Kuis Kihajar (Kita Harus Belajar) merupakan ajang kompetisi bagi peserta didik SD, SMP, SMA, dan SMK atau sederajat di seluruh Tanah Air dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN). Sedangkan Lomba Coding Edusiber 2019 merupakan wadah untuk mencari bakat-bakat baru dalam kreasi aplikasi pada jenjang guru dan siswa.
Dalam upaya menyosialisasikan kedua ajang tersebut di Jawa Tengah, Pustekkom Kemendikbud bekerja sama dengan Balai Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (BPTIK Dikbud) Provinsi Jawa Tengah di Semarang.
Pengelola Sistem Informasi dan Jaringan Pustekkom Kemendikbud Maria Triyani Pusponingrum mengatakan, memasuki revolusi industri 4.0, masyarakat dituntut lebih kreatif dalam menciptakan aplikasi penunjang untuk kemudahan informasi dan komunikasi. Sehingga, Pustekkom berinisiatif mengadakan Lomba Coding Edusiber yang ditujukan untuk para guru dan SMA/SMK.
“Lomba ini bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan para guru dan siswa dalam pemrograman komputer sekaligus memeriahkan rangkaian Anugerah Kihajar yang sudah dilaksanakan sejak 2006,” kata Maria seusai berbicara dalam Talkshow Hot Topic di Studio MNC Trijaya 89.9 FM Semarang
Dia menjelaskan, peserta Lomba Coding Edusiber 2019 merupakan peserta individu yang dibagi menjadi 2 kategori, yakni guru dan siswa SMA/SMK. “Sekolah asal peserta harus berasal dari 12 provinsi yang sudah ditentukan (Aceh, Riau, Jambi, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan),” sebutnya.
Untuk karya aplikasi yang dilombakan merupakan hasil karya sendiri (bukan hasil karya orang lain). Karya aplikasi yang dilombakan sesuai dengan tema “Kepedulian terhadap Keamanan Informasi (Edusiber)”. Persyaratan lainnya, ungkap dia, peserta membawa laptop dan modem sendiri. Kemudian, setiap peserta wajib menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh panitia selama mengikuti lomba. “Karya aplikasi yang dibuat peserta tidak melanggar hak cipta, tidak mengandung SARA dan pornografi, dan dapat dipertanggungjawabkan,” terangnya.
Menurut dia, karya aplikasi yang dilombakan dapat berupa games dan aplikasi keamanan siber. Proposal karya aplikasi diunggah di laman https://edusibercoding.kemdikbud.go.id. “Proposal karya aplikasi yang telah dikumpulkan dapat diedit/diperbaiki kembali oleh peserta sampai dengan penutupan pendaftaran,” ujarnya. (Ahmad Antoni)
Kuis Kihajar (Kita Harus Belajar) merupakan ajang kompetisi bagi peserta didik SD, SMP, SMA, dan SMK atau sederajat di seluruh Tanah Air dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN). Sedangkan Lomba Coding Edusiber 2019 merupakan wadah untuk mencari bakat-bakat baru dalam kreasi aplikasi pada jenjang guru dan siswa.
Dalam upaya menyosialisasikan kedua ajang tersebut di Jawa Tengah, Pustekkom Kemendikbud bekerja sama dengan Balai Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (BPTIK Dikbud) Provinsi Jawa Tengah di Semarang.
Pengelola Sistem Informasi dan Jaringan Pustekkom Kemendikbud Maria Triyani Pusponingrum mengatakan, memasuki revolusi industri 4.0, masyarakat dituntut lebih kreatif dalam menciptakan aplikasi penunjang untuk kemudahan informasi dan komunikasi. Sehingga, Pustekkom berinisiatif mengadakan Lomba Coding Edusiber yang ditujukan untuk para guru dan SMA/SMK.
“Lomba ini bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan para guru dan siswa dalam pemrograman komputer sekaligus memeriahkan rangkaian Anugerah Kihajar yang sudah dilaksanakan sejak 2006,” kata Maria seusai berbicara dalam Talkshow Hot Topic di Studio MNC Trijaya 89.9 FM Semarang
Dia menjelaskan, peserta Lomba Coding Edusiber 2019 merupakan peserta individu yang dibagi menjadi 2 kategori, yakni guru dan siswa SMA/SMK. “Sekolah asal peserta harus berasal dari 12 provinsi yang sudah ditentukan (Aceh, Riau, Jambi, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan),” sebutnya.
Untuk karya aplikasi yang dilombakan merupakan hasil karya sendiri (bukan hasil karya orang lain). Karya aplikasi yang dilombakan sesuai dengan tema “Kepedulian terhadap Keamanan Informasi (Edusiber)”. Persyaratan lainnya, ungkap dia, peserta membawa laptop dan modem sendiri. Kemudian, setiap peserta wajib menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh panitia selama mengikuti lomba. “Karya aplikasi yang dibuat peserta tidak melanggar hak cipta, tidak mengandung SARA dan pornografi, dan dapat dipertanggungjawabkan,” terangnya.
Menurut dia, karya aplikasi yang dilombakan dapat berupa games dan aplikasi keamanan siber. Proposal karya aplikasi diunggah di laman https://edusibercoding.kemdikbud.go.id. “Proposal karya aplikasi yang telah dikumpulkan dapat diedit/diperbaiki kembali oleh peserta sampai dengan penutupan pendaftaran,” ujarnya. (Ahmad Antoni)
(nfl)