Keamanan Indonesia Berpengaruh di Pasifik
A
A
A
JAKARTA - Triliunan dolar Amerika mengalir ke Indo Pasifik. Tak heran jika kawasan itu berperan menggerakkan ekonomi dunia dan jadi ajang rebutan pengaruh. Oleh karena itu Indo Pasifik merupakan potensi besar.
Peran Indonesia pada kawasan Pasifik khususnya ASEAN tersebut menjadi sorotan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam sambutan Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) yang digelar Universitas Pertahanan (Unhan) di Jakarta, Senin (8/7/2019).
Lebih lanjut Menhan menjelaskan gangguan keamanan di Indonesia akan memengaruhi instabilitas di kawasan Indo Pasifik. "Karena itu bagaimana kita bangun kawasan yang damai. Penting untuk memilih teman khususnya di kawasan Indo Pasifik. Dan keamanan Indo Pasifik bergantung pada anggota kawasan itu dalam melihat persoalan pertahanan," ujar Ryamizard Ryacudu.
Menurut Menhan untuk membangun tatanan baru diperlukan kekuatan hati dan mengurangi ego sektoral. "Seluruh bangsa di dunia harus memperbanyak persamaan. Persamaan berdasarkan atas kebaikan merupakan peluang untuk bersatu," tegasnya.
Selain itu Menhan juga menilai kawasan ASEAN merupakan keajaiban dunia. Karena keragaman budayanya bisa bersatu selama 52 tahun. "Ini luar biasa. Bandingkan dengan kawasan lain. Karena itu kedamaian ASEAN adalah peluang," tutur Menhan Ryamizard.
Terkait ancaman di kawasan Indo Pasifik, Menhan menyebut kawasan ini disatukan oleh cara pandang yang sama dalam melihat ancaman. Khususnya ancaman bencana, terorisme dan siber.
"Ancaman yang paling berbahaya yaitu terkait mind set. Misalnya radikal Islam. Sekarang telah tersebar konsep khilafah termasuk di Indonesia. Di beberapa negara konsep itu sudah dihapuskan. Terorisme serta ancaman mind set akan terus menganggu keamanan. Misalnya saat ini terorisme menggunakan modus baru yang melibatkan keluarga dalam melakukan aksi terorisme. Hal itu harus diwaspadai," beber Ryamizard Ryacudu.
Menhan juga mengungkapkan informasi terakhir yang Ia dapatkan mengenai situasi di Philipina terkait ancaman terorisme Daulah Islamiah. "Kita siapkan pasukan gabungan Indonesia Philipina untuk mengatasinya," tuturnya.
Selain kerja sama dengan negara ASEAN Menhan menyebutkan bahwa kebijakan pertahanan Indonesia diarahkan untuk membangun pertahanan yang tangguh guna menangkal berbagai ancaman dan memiliki posisi tawar dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
"Pembangunan pertahanan dilakukan secara terpadu baik dari sisi militer maupun non-militer melalui kebijakan sistem pertahanan negara yang menjadi faktor penting dalam mendukung stabilitas keamanan dalam negeri dan kawasan melalui penguatan kerja sama pertahanan yang terintegrasi di antara Kementerian, Lembaga dan TNI," jelasnya.
Oleh karena kembali Menhan menegaskan kesamaan pandang jadi kekuatan untuk bersatu dalam membangun persamaan. Keamanan bersama, terorisme, siber dan bencana alam harus diatasi dengan konsep yang terpadu.
"Indonesia telah tawarkan kerja sama dalam bidang intilejen. Kerja sama itu mampu mengatasi tiga ancaman tersebut. Kerja sama bilateral lainnya seperti latihan bersama. Hal itu perlu dikembangkan melibatkan negara di kawasan. Lebih luas lagi untuk hadapi bencana alam dan siber," ungkap Ryamizard.
Kerja sama dengan negara lain juga merupakan konsep yang diterapkan oleh Universitas Pertahanan. Hal itu diutarakan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Letjen TNI Dr.Trilegionosuko SIP MAP disela seminar IIDSS.
"Bidang akademik kita ada kerja sama melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ada pertukaran pengajar, meninjau lokasi langsung di luar negeri, penelitian, riset, juga pengabdian masyarakat untuk peduli pada lingkungan," tutur Rektor Unhan.
Dengan digelarnya IIDSS menurut Rektor untuk melakukan perbaikan konsep, menggali ide-ide baru yang akan memperkuat pembuat kebijakan mengenai pertahanan. Selain itu seminar ini sebagai wadah tukar pikiran dengan berbagai negara, apa yang dilakukan negara lain terkait ancaman terorisme, siber dan bencana alam.
"Misalnya ancaman bencana alam, bagaimana mengurangi risiko bencana dan mengurangi korban. Itu sebabnya kita lakukan seminar ini untuk mengetahui apa saja yang bisa kita lakukan," pungkas Rektor.
IIDSS dihadiri praktisi pertahanan dari dalam dan luar negeri mengangkat tema 'meningkatkan kerja sama pertahanan untuk menghadapi ancaman siber dan bencana alam' dan menghadirkan pembicara dari Asia, Eropa dan Amerika.
Peran Indonesia pada kawasan Pasifik khususnya ASEAN tersebut menjadi sorotan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam sambutan Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) yang digelar Universitas Pertahanan (Unhan) di Jakarta, Senin (8/7/2019).
Lebih lanjut Menhan menjelaskan gangguan keamanan di Indonesia akan memengaruhi instabilitas di kawasan Indo Pasifik. "Karena itu bagaimana kita bangun kawasan yang damai. Penting untuk memilih teman khususnya di kawasan Indo Pasifik. Dan keamanan Indo Pasifik bergantung pada anggota kawasan itu dalam melihat persoalan pertahanan," ujar Ryamizard Ryacudu.
Menurut Menhan untuk membangun tatanan baru diperlukan kekuatan hati dan mengurangi ego sektoral. "Seluruh bangsa di dunia harus memperbanyak persamaan. Persamaan berdasarkan atas kebaikan merupakan peluang untuk bersatu," tegasnya.
Selain itu Menhan juga menilai kawasan ASEAN merupakan keajaiban dunia. Karena keragaman budayanya bisa bersatu selama 52 tahun. "Ini luar biasa. Bandingkan dengan kawasan lain. Karena itu kedamaian ASEAN adalah peluang," tutur Menhan Ryamizard.
Terkait ancaman di kawasan Indo Pasifik, Menhan menyebut kawasan ini disatukan oleh cara pandang yang sama dalam melihat ancaman. Khususnya ancaman bencana, terorisme dan siber.
"Ancaman yang paling berbahaya yaitu terkait mind set. Misalnya radikal Islam. Sekarang telah tersebar konsep khilafah termasuk di Indonesia. Di beberapa negara konsep itu sudah dihapuskan. Terorisme serta ancaman mind set akan terus menganggu keamanan. Misalnya saat ini terorisme menggunakan modus baru yang melibatkan keluarga dalam melakukan aksi terorisme. Hal itu harus diwaspadai," beber Ryamizard Ryacudu.
Menhan juga mengungkapkan informasi terakhir yang Ia dapatkan mengenai situasi di Philipina terkait ancaman terorisme Daulah Islamiah. "Kita siapkan pasukan gabungan Indonesia Philipina untuk mengatasinya," tuturnya.
Selain kerja sama dengan negara ASEAN Menhan menyebutkan bahwa kebijakan pertahanan Indonesia diarahkan untuk membangun pertahanan yang tangguh guna menangkal berbagai ancaman dan memiliki posisi tawar dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
"Pembangunan pertahanan dilakukan secara terpadu baik dari sisi militer maupun non-militer melalui kebijakan sistem pertahanan negara yang menjadi faktor penting dalam mendukung stabilitas keamanan dalam negeri dan kawasan melalui penguatan kerja sama pertahanan yang terintegrasi di antara Kementerian, Lembaga dan TNI," jelasnya.
Oleh karena kembali Menhan menegaskan kesamaan pandang jadi kekuatan untuk bersatu dalam membangun persamaan. Keamanan bersama, terorisme, siber dan bencana alam harus diatasi dengan konsep yang terpadu.
"Indonesia telah tawarkan kerja sama dalam bidang intilejen. Kerja sama itu mampu mengatasi tiga ancaman tersebut. Kerja sama bilateral lainnya seperti latihan bersama. Hal itu perlu dikembangkan melibatkan negara di kawasan. Lebih luas lagi untuk hadapi bencana alam dan siber," ungkap Ryamizard.
Kerja sama dengan negara lain juga merupakan konsep yang diterapkan oleh Universitas Pertahanan. Hal itu diutarakan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Letjen TNI Dr.Trilegionosuko SIP MAP disela seminar IIDSS.
"Bidang akademik kita ada kerja sama melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ada pertukaran pengajar, meninjau lokasi langsung di luar negeri, penelitian, riset, juga pengabdian masyarakat untuk peduli pada lingkungan," tutur Rektor Unhan.
Dengan digelarnya IIDSS menurut Rektor untuk melakukan perbaikan konsep, menggali ide-ide baru yang akan memperkuat pembuat kebijakan mengenai pertahanan. Selain itu seminar ini sebagai wadah tukar pikiran dengan berbagai negara, apa yang dilakukan negara lain terkait ancaman terorisme, siber dan bencana alam.
"Misalnya ancaman bencana alam, bagaimana mengurangi risiko bencana dan mengurangi korban. Itu sebabnya kita lakukan seminar ini untuk mengetahui apa saja yang bisa kita lakukan," pungkas Rektor.
IIDSS dihadiri praktisi pertahanan dari dalam dan luar negeri mengangkat tema 'meningkatkan kerja sama pertahanan untuk menghadapi ancaman siber dan bencana alam' dan menghadirkan pembicara dari Asia, Eropa dan Amerika.
(alf)