Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Dorong Mahasiswa Kembangkan Wisata Desa
A
A
A
SAMPANG - Banyak hal positif yang bisa dipetik dalam kegiatan Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Goes To Campus di Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sampang, Madura, Selasa (6/8/2019). Salah satunya mendorong mahasiswa untuk berani menjadi pionir desa wisata di kampungnya.
Menurut Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia Andi Yuwono banyak desa di kabupaten Sampang yang potensi untuk dijadikan desa wisata, seperti di pantai Lon Malang, Toroan, Complang, dan lainnya yang tak jauh dari pantai atau kawasan perbukitan. "Sebenarnya banyak yang bisa dijadikan desa wisata di sini, tinggal bagaimana masyarakatnya mau atau tidak. Kalaupun butuh pendampingan kami pun siap," kata Andi Yuwono di depan peserta pelatihan yang sebagian besar mahasiswa ini.
Pada kesempatan itu Andi juga mendorong mahasiswa yang mengikuti pelatihan agar berani menjadi penggerak desa wisata di daerahnya. Bahkan ketika ada mahasiswa yang bertanya bagaimana menghadapi preman kampung dan aparat desa yang tidak sepaham, yang kadang menjadi penghalang dengan lugas Andi menjawab.
"Justru itu tantangannya. Kita harus bisa menyikapinya dengan bijak dan buktikan kalau dengan gagasan-gagasan kita desa kita bisa maju. Kalau mereka sudah melihat hasilnya, pasti mereka luluh juga. Saya bisa bicara seperti ini karena saya sudah mengalami hal yang demikian," kata Andi.
Andi pun meminta mahasiswa agar tidak sekadar teriak-teriak mengkritik. Apalagi cuman jadi jagoan kampus. "Buat saya kalau cuman teriak-teriak di kampus, itu bukan lelaki. Kecil itu mah. Tapi kalau berani menjadi pendorong desa wisata di desanya, di kampungnya sehingga bermanfaat buat orang banyak, itu baru jempol," kata Andi seraya menunjukkan jempolnya.
Lebih jauh Andi mengatakan untuk bisa menjadi desa wisata tak hanya menciptakan spot-spot foto buat selfi. Kalau sekadar buat spot foto, itu tak terlalu sulit. Yang sulit adalah memenuhi kriteria desa wisata seperti adanya lembaga pengelola, atraksi wisata antara lain unsur budaya atau kesenian desa setempat, kemudian adanya homestay,
batasan wilayah dan keterlibatan masyarakat lokal. "Sekarang ini banyak yang latah ikut-ikutan tapi tidak faham soal desa wisata. Tapi ga ada salahnya juga sih. Kalau sudah ada niat, nanti yang tadinya tidak tahu, jadi tahu," kata Andi.
Saat ini desa wisata menjadi tema yang manarik, apalagi kebijakan pemerintah yang kini mendukung kemajuan desa. Karena itu hadirnya pelaku desa wisata seperti Andi Yuwono dalam Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan diharapkan bisa membawa inspirasi bagi mahasiswa. "Tujuannya agar jika mereka kembali ke desanya mau mencoba menggali potensi desa untuk menjadi sesuatu yang menjadi daya tarik sehingga orang mau datang berwisata ke desa," ujar Andi.
Kepala Dinas Pariwisata Sampang Aji Waluyo juga berharap hasil pelatihan ini bisa diterapkan di lapangan oleh peserta mahasiswa. "Kami minta adik-adik mahasiswa setelah kegiatan ini mau menerapkan apa yang telah didapat dari pelatihan ini. Biar pariwisata di Sampang tambah maju," kata Aji Waluyo.
Sementara sebagai pembicara dari Widyaiswara Kemenpar, Fransiscus Handoko mengatakan pentingnya sadar wisata di kalangan mahasiswa dan generasi milenial. Karena saat ini pariwisata menjadi leading sektor yang bisa menggantikan ESDM. Apalagi diharapkan bisa menjadi penyumbang devisa nomor satu diatas migas.
"Jika mahasiswa dan generasi milenial sudah memiliki kesadaran, mereka bisa langsung mengupload foto-foto tempat wisata di daerah mereka atau tempat lainnya yang mereka kunjungi ke media sosial milik mereka. Tak hanya itu, mereka juga akan menulis keterangan fotonya lengkap. Jadi tidak sekadar foto-foto selfi. Ini bagian dari promosi pariwisata yang efektif. Mereka pun melakukannya dengan kesadaran sendiri tanpa diminta," ujar Fransiscus.
Menurut Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia Andi Yuwono banyak desa di kabupaten Sampang yang potensi untuk dijadikan desa wisata, seperti di pantai Lon Malang, Toroan, Complang, dan lainnya yang tak jauh dari pantai atau kawasan perbukitan. "Sebenarnya banyak yang bisa dijadikan desa wisata di sini, tinggal bagaimana masyarakatnya mau atau tidak. Kalaupun butuh pendampingan kami pun siap," kata Andi Yuwono di depan peserta pelatihan yang sebagian besar mahasiswa ini.
Pada kesempatan itu Andi juga mendorong mahasiswa yang mengikuti pelatihan agar berani menjadi penggerak desa wisata di daerahnya. Bahkan ketika ada mahasiswa yang bertanya bagaimana menghadapi preman kampung dan aparat desa yang tidak sepaham, yang kadang menjadi penghalang dengan lugas Andi menjawab.
"Justru itu tantangannya. Kita harus bisa menyikapinya dengan bijak dan buktikan kalau dengan gagasan-gagasan kita desa kita bisa maju. Kalau mereka sudah melihat hasilnya, pasti mereka luluh juga. Saya bisa bicara seperti ini karena saya sudah mengalami hal yang demikian," kata Andi.
Andi pun meminta mahasiswa agar tidak sekadar teriak-teriak mengkritik. Apalagi cuman jadi jagoan kampus. "Buat saya kalau cuman teriak-teriak di kampus, itu bukan lelaki. Kecil itu mah. Tapi kalau berani menjadi pendorong desa wisata di desanya, di kampungnya sehingga bermanfaat buat orang banyak, itu baru jempol," kata Andi seraya menunjukkan jempolnya.
Lebih jauh Andi mengatakan untuk bisa menjadi desa wisata tak hanya menciptakan spot-spot foto buat selfi. Kalau sekadar buat spot foto, itu tak terlalu sulit. Yang sulit adalah memenuhi kriteria desa wisata seperti adanya lembaga pengelola, atraksi wisata antara lain unsur budaya atau kesenian desa setempat, kemudian adanya homestay,
batasan wilayah dan keterlibatan masyarakat lokal. "Sekarang ini banyak yang latah ikut-ikutan tapi tidak faham soal desa wisata. Tapi ga ada salahnya juga sih. Kalau sudah ada niat, nanti yang tadinya tidak tahu, jadi tahu," kata Andi.
Saat ini desa wisata menjadi tema yang manarik, apalagi kebijakan pemerintah yang kini mendukung kemajuan desa. Karena itu hadirnya pelaku desa wisata seperti Andi Yuwono dalam Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan diharapkan bisa membawa inspirasi bagi mahasiswa. "Tujuannya agar jika mereka kembali ke desanya mau mencoba menggali potensi desa untuk menjadi sesuatu yang menjadi daya tarik sehingga orang mau datang berwisata ke desa," ujar Andi.
Kepala Dinas Pariwisata Sampang Aji Waluyo juga berharap hasil pelatihan ini bisa diterapkan di lapangan oleh peserta mahasiswa. "Kami minta adik-adik mahasiswa setelah kegiatan ini mau menerapkan apa yang telah didapat dari pelatihan ini. Biar pariwisata di Sampang tambah maju," kata Aji Waluyo.
Sementara sebagai pembicara dari Widyaiswara Kemenpar, Fransiscus Handoko mengatakan pentingnya sadar wisata di kalangan mahasiswa dan generasi milenial. Karena saat ini pariwisata menjadi leading sektor yang bisa menggantikan ESDM. Apalagi diharapkan bisa menjadi penyumbang devisa nomor satu diatas migas.
"Jika mahasiswa dan generasi milenial sudah memiliki kesadaran, mereka bisa langsung mengupload foto-foto tempat wisata di daerah mereka atau tempat lainnya yang mereka kunjungi ke media sosial milik mereka. Tak hanya itu, mereka juga akan menulis keterangan fotonya lengkap. Jadi tidak sekadar foto-foto selfi. Ini bagian dari promosi pariwisata yang efektif. Mereka pun melakukannya dengan kesadaran sendiri tanpa diminta," ujar Fransiscus.
(akn)