Ketua Komisi X : Pendidikan Indonesia Harus Kedepankan Adab

Kamis, 31 Oktober 2019 - 08:46 WIB
Ketua Komisi X : Pendidikan Indonesia Harus Kedepankan Adab
Ketua Komisi X : Pendidikan Indonesia Harus Kedepankan Adab
A A A
JAKARTA - Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menyatakan pendidikan Indonesia harus mengedepankan adab. Segala inovasi dan kreativitas dari peserta didik harus bermuara pada terbentuknya mental yang mengedepankan norma sehingga mampu memberikan kemanfaatan kepada sesama.

“Berbagai inovasi dan kreativitas yang diajarkan kepada peserta didik tidak boleh meninggalkan adab sebagai kerangka utama pendidikan di Indonesia. Penekanan terhadap pentingnya adab ini akan menjaga pendidikan Indonesia tidak terjatuh dalam komodifikasi yang serba material,” ujar Syaiful Huda usai dikukuhkan sebagai Ketua Komisi X, di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (30/10).

Pengukuhan Pimpinan Komisi X tersebut dilakukan Wakil Ketua DPR bidang Kesra Muhaimin Iskandar. Sebagai Ketua Komisi X Syaiful Huda, didampingi Agustina Pramestuti (Fraksi PDI Perjuangan), Hetifah Sjaifudian (Fraksi Golkar), Dede Yusuf Macan Effendi (Fraksi Demokrat), dan Abdul Fikri Faqih (Fraksi PKS) sebagai wakil ketua.

Huda mengatakan untuk menghasilkan pendidikan berkualitas maka harus memenuhi beberapa persyaratan. Pertama bahwa pendidikan harus menumbuhkan ekosistem yang bisa mendorong peserta didik bisa berpikir cerdas.

“Agar bisa cerdas anak-anak kita harus mempunyai kecukupan gizi yang baik, sehingga persoalan biaya pendidikan tidak lagi bicara pada persoalan dasar tentang SPP gratis tapi bagaimana biaya pendidikan tersebut bisa mencakup penyediaan gizi yang baik bagi peserta didik,” katanya. Kedua kata Huda stake holder pendidikan harus melakukan proses belajar-mengajar dengan dasar cinta.

Dasar kecintaan terhadap ilmu ini akan melahirkan semangat baik dari regulator, pengajar, maupun peserta ajar. “Saat ini banyak anak-anak kita yang tidak semangat dalam belajar baik karena pengaruh gadget yang saat ini begitu luar biasa maupun karena persoalan lain seperti masalah dalam keluarga,” katanya.

Alumni Pesantren Denanyar ini melanjutkan dalam proses menuntut Ilmu harus dilakukan dengan kesabaran. Di sini kesabaran bukan hanya harus dimiliki oleh para peserta didik, namun juga para pengajar, dan stake holder bidang pendidikan di tanah air. Persoalan pembiayaan, kata Huda juga harus dipikirkan dengan matang.

Sebab proses menuntut ilmu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Alhamdulillah negara telah dalam 20 tahun terakhir telah mengalokasi biaya pendidikan hingga 20% dari APBN namun demikian masih membutuhkan peran stake holder lainnya untuk turut bersama memikirkan biaya pendidikan berkualitas di tanah air,” ujarnya.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga menegaskan akan arti penting seorang guru. Kehadiran guru sebagai seorang pendidik menjadi syarat penting lahirnya pendidikan berkualitas di tanah air. Oleh karena itu negara harus hadir untuk menjamin kesejahteraan para guru sehingga mereka optimal dalam mendidik murid-murid mereka.

“Mohon ma’af berkembangnya radikalisme di tanah air menurut saya karena banyak orang saat ini mencari ilmu tidak melalui guru, namun sekedar membaca sepenggal informasi dari google,” katanya. Pendidikan di Indonesia, kata Huda juga harus mengedepankan proses daripada sekedar hasil instan.

Oleh karena itu tahapan dan jenjang pendidikan harus diatur dengan jelas, sehingga peserta didik saat lulus benar-benar merupakan manusia utuh dengan yang matang baik secara intelegensi maupun emosi. “Pendidikan berkualitas itu membutuhkan waktu panjang sehingga kualitas lulusan tidak hanya cerdas secara intelegensi tapi juga cerdas secara emosional,” katanya.

Sementara itu Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar menyebut kehadiran menteri-menteri muda sebagai mitra Komisi X akan menjadi tantangan tersendiri. Kehadiran orang-orang muda kreatif seperti Nadiem Makarim yang menakhodari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Whisnutama sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan menuntut kecepatan dan ketepatan anggota Komisi X dalam mengimbangi langkah mereka.

"Komisi X akan hadapi tantangan baru salah satunya menteri usia 35 tahun. Menantang, menarik, berani. Saya tidak tahu kenapa Pak Nadiem (Makarim), mungkin karena kreativitasnya, tetapi bagaimanapun pandangannya tergantung Komisi X," kata Muhaimin di hadapan hadirin rapat. "Juga Wishnutama, menarik, menantang, berani juga penuh tantangan. Orang kreatif jadi menteri," tambahnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2854 seconds (0.1#10.140)