Kukuhkan Tiga Profesor Riset, Batan Berharap Teknologi Nuklir Kian Maju
A
A
A
JAKARTA - Majelis Pengukuhan Profesor Riser Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengukuhkan tiga profesor riset di Auditorium Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR)-Batan, kawasan nuklir Pasar Jumat, Jakarta Selatan, Rabu (20/11/2019).
Ketiga profesor riset itu, yakni Dani Gustaman Syarif sebagai profesor riset ke-53 di bidang material keramik, Budi Setiawan sebagai profesor riset ke-54 di bidang kimia fisika, dan Heni Suseno sebagai profesor riset ke-55 di bidang kimia radiasi. (Baca Juga: Batan Bandung Bakal Jadi Destinasi Wisata Teknologi)
Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan berharap bertambahnya profesor riset di Batan dapat semaki memajukan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan iptek nuklir, khususnya di tiga bidang tersebut, yakni material keramik, kimia fisika, dan kimia radiasi.
“Dengan semua pengalaman riset yang telah dilakukan ketiga profesor riset ini, maka kita berharap akan dapat menjadi pendorong bagi para peneliti muda di Batan,” ujar Anhar dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Rabu (20/11/2019).
Anhar juga berharap Transfer of knowledge dan kepakaran para profesor riset ini juga diharapkan dapat terus dilakukan kepada para peneliti muda Batan.
Dengan demikian, sambung dia, keberlangsungan penelitian dapat dijaga dan mampu menghasilkan hasil riset yg lebih komprehensif dari tahun ke tahun.
Dani Gustaman Syarif mengawali kariernya di Batan pada tahun 1984 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan, kemudian pindah ke Batan Bandung pada tahun 1985 hingga sekarang.
Sampai kini Dani Gustaman telah menghasilkan 151 publikasi ilmiah, baik yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain.
Dalam orasinya, Dani mengatakan, nanofluida adalah kandidat fluida pendingin baru yang akan menggantikan fluida konvensional seperti air, etilon, glikol, minyak, dan lain-lain.
"Dari sisi ekonomi, nano fluida berpotensi diproduksi di Indonesia dari bahan lokal yang berlimpah, terutama mineral seperti bauksit, zirkon, yarosit, pasir besi, dolomit, dan monasit," kata Dani.
Menurut Dani, usaha produksi ini juga merupakan usaha peningkatan nilai tambah bahan lokal. Dalam aplikasinya di bidang reaktor, nanofluida berpotensi meningkatkan ekonomi dan keselamatan reaktor nuklir.
Budi Setiawan, sebagai profesor riset bidang kimia fisika mengawali kariernya sebagai Ajun Peneliti Utama pada tahun 1996. Hingga saat ini, dia menghasilkan 93 karya tulis ilmiah, baik yang ditulis sendiri maupun dengan orang lain.
Budi Setiawan dalam operasinya mengatakan, meningkatnya aplikasi iptek nuklir di berbagai aspek kehidupan dapat meningkatkan volume dan jenis limbah radioaktif. Penyiapan fasilitas disposal limbah radioaktif di masa depan akan menjadi tantangan nyata bagi Batan.
"Bahan alam Indonesia dapat berkontribusi menjawab tantangan permasalahan keselamatan fasilitas disposal. Untuk keperluan tersebut, maka kemampuan serap terhadap Cs-137 oleh bahan alam seperti tanah lempung, bentonit, kaolin dan pasir kuarsa harus dipelajari secara berkelanjutan," kata Budi Setiawan.
Kondisi yang selamat dari suatu fasilitas disposal, kata Budi, merupakan implikasi dari kemampuan suatu fasilitas disposal mengisolasi paket limbah radioaktif.
Sementara itu, Heny Suseno menjadi profesor riset bidang kimia radiasi mengawali karir jabatan fungsional peneliti sebagai peneliti ahli muda pada tahun 1997. Selama karirnya, ia telah menghasilkan 59 karya tulis ilmiah baik yang ditulis sendiri maupun bersama penulis lainnya.
Dalam orasinya, Heni Suseno mengatakan, Indonesia telah siap melaksanakan secara penuh dan komprehensif dalam studi radioekologi kelautan.
Studi tersebut dinilai sangat bermanfaat untuk prapembangunan PLTN, proteksi lingkungan terkait operasional fasilitas nuklir maupun antisipasi masuknya kontaminan radioaktif ke perairan laut Indonesia.
"Studi radioekologi kelautan ini tidak terbatas pada monitoring lingkungan saja namun ditambahkan pemodelan dispersi, bioakumulasi dan kajian resiko. Base line data nasional terkait radioaktivitas di perairan laut telah dihasilkan dan dapat dijadikan acuan sebagai pembanding dan untuk memprediksi konsentrasi dan kecenderungannya di masa yang akan datang," kata Heni Suseno.
Heni menjelaskan, implementasi teknik nuklir berkontribusi dan melengkapi studi dinamika lingkungan, salah satunya adalah bioakumulasi logam berat. Penggunaan perunut radioaktif pada studi ini berkontribusi dalam perbaikan riset konvensional yang selama ini dilakukan dan dihasilkan data yang lebih realistik yang merepresentasikan kondisi ekosistem yang sebenarnya.
Ketiga profesor riset itu, yakni Dani Gustaman Syarif sebagai profesor riset ke-53 di bidang material keramik, Budi Setiawan sebagai profesor riset ke-54 di bidang kimia fisika, dan Heni Suseno sebagai profesor riset ke-55 di bidang kimia radiasi. (Baca Juga: Batan Bandung Bakal Jadi Destinasi Wisata Teknologi)
Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan berharap bertambahnya profesor riset di Batan dapat semaki memajukan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan iptek nuklir, khususnya di tiga bidang tersebut, yakni material keramik, kimia fisika, dan kimia radiasi.
“Dengan semua pengalaman riset yang telah dilakukan ketiga profesor riset ini, maka kita berharap akan dapat menjadi pendorong bagi para peneliti muda di Batan,” ujar Anhar dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Rabu (20/11/2019).
Anhar juga berharap Transfer of knowledge dan kepakaran para profesor riset ini juga diharapkan dapat terus dilakukan kepada para peneliti muda Batan.
Dengan demikian, sambung dia, keberlangsungan penelitian dapat dijaga dan mampu menghasilkan hasil riset yg lebih komprehensif dari tahun ke tahun.
Dani Gustaman Syarif mengawali kariernya di Batan pada tahun 1984 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan, kemudian pindah ke Batan Bandung pada tahun 1985 hingga sekarang.
Sampai kini Dani Gustaman telah menghasilkan 151 publikasi ilmiah, baik yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain.
Dalam orasinya, Dani mengatakan, nanofluida adalah kandidat fluida pendingin baru yang akan menggantikan fluida konvensional seperti air, etilon, glikol, minyak, dan lain-lain.
"Dari sisi ekonomi, nano fluida berpotensi diproduksi di Indonesia dari bahan lokal yang berlimpah, terutama mineral seperti bauksit, zirkon, yarosit, pasir besi, dolomit, dan monasit," kata Dani.
Menurut Dani, usaha produksi ini juga merupakan usaha peningkatan nilai tambah bahan lokal. Dalam aplikasinya di bidang reaktor, nanofluida berpotensi meningkatkan ekonomi dan keselamatan reaktor nuklir.
Budi Setiawan, sebagai profesor riset bidang kimia fisika mengawali kariernya sebagai Ajun Peneliti Utama pada tahun 1996. Hingga saat ini, dia menghasilkan 93 karya tulis ilmiah, baik yang ditulis sendiri maupun dengan orang lain.
Budi Setiawan dalam operasinya mengatakan, meningkatnya aplikasi iptek nuklir di berbagai aspek kehidupan dapat meningkatkan volume dan jenis limbah radioaktif. Penyiapan fasilitas disposal limbah radioaktif di masa depan akan menjadi tantangan nyata bagi Batan.
"Bahan alam Indonesia dapat berkontribusi menjawab tantangan permasalahan keselamatan fasilitas disposal. Untuk keperluan tersebut, maka kemampuan serap terhadap Cs-137 oleh bahan alam seperti tanah lempung, bentonit, kaolin dan pasir kuarsa harus dipelajari secara berkelanjutan," kata Budi Setiawan.
Kondisi yang selamat dari suatu fasilitas disposal, kata Budi, merupakan implikasi dari kemampuan suatu fasilitas disposal mengisolasi paket limbah radioaktif.
Sementara itu, Heny Suseno menjadi profesor riset bidang kimia radiasi mengawali karir jabatan fungsional peneliti sebagai peneliti ahli muda pada tahun 1997. Selama karirnya, ia telah menghasilkan 59 karya tulis ilmiah baik yang ditulis sendiri maupun bersama penulis lainnya.
Dalam orasinya, Heni Suseno mengatakan, Indonesia telah siap melaksanakan secara penuh dan komprehensif dalam studi radioekologi kelautan.
Studi tersebut dinilai sangat bermanfaat untuk prapembangunan PLTN, proteksi lingkungan terkait operasional fasilitas nuklir maupun antisipasi masuknya kontaminan radioaktif ke perairan laut Indonesia.
"Studi radioekologi kelautan ini tidak terbatas pada monitoring lingkungan saja namun ditambahkan pemodelan dispersi, bioakumulasi dan kajian resiko. Base line data nasional terkait radioaktivitas di perairan laut telah dihasilkan dan dapat dijadikan acuan sebagai pembanding dan untuk memprediksi konsentrasi dan kecenderungannya di masa yang akan datang," kata Heni Suseno.
Heni menjelaskan, implementasi teknik nuklir berkontribusi dan melengkapi studi dinamika lingkungan, salah satunya adalah bioakumulasi logam berat. Penggunaan perunut radioaktif pada studi ini berkontribusi dalam perbaikan riset konvensional yang selama ini dilakukan dan dihasilkan data yang lebih realistik yang merepresentasikan kondisi ekosistem yang sebenarnya.
(dam)