Politisi Golkar Nilai Pola Komunikasi Nadiem Masih Berkategori Baik
A
A
A
JAKARTA - Politisi Partai Golkar Hetifah Sjaifudian menganggap sejauh ini komunikasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim masih tergolong efektif dan baik. Sebelumnya pernah muncul anggapan Nadiem tidak melakukan proses komunikasi yang baik dengan DPR.
Namun penilaian tersebut nyatanya tak tepat. "Nadiem Makarim adalah sosok yang cepat belajar. Misalnya dulu di DPR pernah juga katanya (komunikasinya) mandeg, tapi di akhir-akhir kan beda. Malah cool," kata Hetifah kepada wartawan di Jakarta, Kamis (27/2/2020).
Wakil Ketua Komisi X DPR ini menilai, munculnya tudingan pola komunikasi Nadiem tak lancar mungkin akibat terkejut dengan inovasi dan reformasi sistematis sedang diciptakan di Kemendikbud. "Jadi, ada bagusnya juga sih banyak dibuat pelaksana tugas (plt) pejabat di Kemendikbud, asal jangan lama-lama. Supaya ketika proses bidding nanti semua PLT bisa ikut. Hasilnya juga berbasis kompetensi," ujarnya.
Sementara dari kalangan pelaku pendidikan, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok, Jawa Barat, Supyana, mengakui hingga kini tidak merasa bingung dengan kebijakan kinerja Nadiem Makarim. "Jadi bukan menjadi bingung. Lembaga pendidikan memang harus berpikir. Mencari solusinya. Bagaimana tantangan stimulus yang diberikan pak Mendikbud dalam kebijakannya ini," kata Supyana.
Sejauh ini, Supyana masih mampu memahami serta menafisirkan dalam bentuk program pendidikan untuk sekolah terkait kebijakan yang ditetapkan Nadiem Makarim. "Dan tidak menyimpang dari apa yang diinginkan pak Mendikbud. Pak Mendikbud menyampaikan dalam bentuk umum, sedangkan sekolah adalah praktisi, jadi bagaimana kita menterjemahkannya," ujarnya.
Sebaliknya justru, Supyana menyampaikan, kebijakan kerja yang dijelaskan Nadiem Makarim jadi motivasi sekolah guna menterjemahkannya secara baik.
Namun penilaian tersebut nyatanya tak tepat. "Nadiem Makarim adalah sosok yang cepat belajar. Misalnya dulu di DPR pernah juga katanya (komunikasinya) mandeg, tapi di akhir-akhir kan beda. Malah cool," kata Hetifah kepada wartawan di Jakarta, Kamis (27/2/2020).
Wakil Ketua Komisi X DPR ini menilai, munculnya tudingan pola komunikasi Nadiem tak lancar mungkin akibat terkejut dengan inovasi dan reformasi sistematis sedang diciptakan di Kemendikbud. "Jadi, ada bagusnya juga sih banyak dibuat pelaksana tugas (plt) pejabat di Kemendikbud, asal jangan lama-lama. Supaya ketika proses bidding nanti semua PLT bisa ikut. Hasilnya juga berbasis kompetensi," ujarnya.
Sementara dari kalangan pelaku pendidikan, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok, Jawa Barat, Supyana, mengakui hingga kini tidak merasa bingung dengan kebijakan kinerja Nadiem Makarim. "Jadi bukan menjadi bingung. Lembaga pendidikan memang harus berpikir. Mencari solusinya. Bagaimana tantangan stimulus yang diberikan pak Mendikbud dalam kebijakannya ini," kata Supyana.
Sejauh ini, Supyana masih mampu memahami serta menafisirkan dalam bentuk program pendidikan untuk sekolah terkait kebijakan yang ditetapkan Nadiem Makarim. "Dan tidak menyimpang dari apa yang diinginkan pak Mendikbud. Pak Mendikbud menyampaikan dalam bentuk umum, sedangkan sekolah adalah praktisi, jadi bagaimana kita menterjemahkannya," ujarnya.
Sebaliknya justru, Supyana menyampaikan, kebijakan kerja yang dijelaskan Nadiem Makarim jadi motivasi sekolah guna menterjemahkannya secara baik.
(poe)