Menebar virus cinta matematika dengan sistem infak

Jum'at, 09 Mei 2014 - 14:35 WIB
Menebar virus cinta matematika dengan sistem infak
Menebar virus cinta matematika dengan sistem infak
A A A
Sindonews.com - Jamak di antara kita menganggap matematika sebagai momok yang menakutkan dan harus dihindari. Banyak rumus rumit dan berhitung angka-angka yang tidak riil membuat murid-murid sekolah sering kebingungan dan memilih untuk tidak menekuni bidang ini.

Namun, keluh kesah di atas tidak berlaku bagi Ir Raden Ridwan Hasan Saputra Msi, Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Pria kelahiran Bogor 16 April 1975 ini mengaku sangat cinta dengan matematika. Hingga pada suatu waktu setelah menyelesaikan Magister di Institut Pertanian Bogor (IPB), ia memilih mendedikasikan hidupnya untuk mengajar matematika.

Mengajari matematika harus dengan hati serta niat yang tulus dan ikhlas agar anak-anak menyukai matematika. Pria yang biasa disapa dengan nama Ridwan ini, selama ini banyak guru -khususnya di sekolah dasar- terpaksa mengajar matematika. Padahal guru tersebut tidak suka matematika. Ini terjadi karena tuntutan kurikulum yang mengharuskan guru mengajar semua mata pelajaran. Akibatnya, banyak anak yang tidak menyukai matematika.

“Ada banyak faktor kenapa anak-anka tidak suka matematika. Salah satunya karena faktor guru. Selama saya mengajar matematika, tidak pernah menemui kendala yang berarti. Karena saya mencintai matematika,” ujar Ridwan saat berbincang dengan Sindonews melalui surat elektronik, Kamis (8/5/2013).

Sebagai bukti kecintaannya dengan matematika, pada 16 April 2001, Ridwan mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyebarluaskan virus cinta matematika ke anak-anak sekolah. Klinik Pendidikan MIPA (KPM) namanya.

Pada saat didirikan, Ridawan menuturkan, metode yang digunakan lembaga pendidikannya seperti halnya tempat les lain. Tetapi, mulai Februari 2003, sistem pembayaran yang diterapkan KPM menggunakan metode seikhlasnya. Siswa membayar biaya les dengan memasukkan uang sesuai kemampuan ke dalam kotak amal yang disediakan oleh KPM.

Bukannya bangkrut, sistem pembayaran seikhlasnya yang diterapkan Ridwan di lembaga pendidikannya justru bertahan hingga sekarang.

“Seharusnya lembaga ini sudah bangkrut dalam waktu enam bulan ketika sistem ini diterapkan. Ternyata Alhamdulillah, lembaga ini masih tetap bertahan. Bahkan terus berkembang sampai sekarang,” ujar Ridwan.

Hingga kini, tahun 2014, KPM sudah memiliki cabang di enam kota. Ridwan menyebutkan, selain di Bogor, KPM juga ada di Surabaya, Solo, Depok, Bekasi, dan Semarang. Jumlah muridnya 2.500 orang, dari tingkat SD dan SMP. Dari jumlah siswa tersebut, 1.100 anak masuk kategori kelas khusus. Jika dulu Ridwan mengajar sendiri, saat ini ia punya 25 karyawan dan 100-an staf pengajar.

Untuk memudahkan anak-anak mengerti matematika, Ridwan menerapkan metode jitu yang ia diterapkan di KPM. Ia menyebutnya Matematika Nalaria Realistik. Ridwan menjelaskan, matematika nalaria realistik adalah pembelajaran matematika untuk memecahkan masalah, khususnya dalam kehidupan sehari-hari.

Segudang prestasi lembaga pendidikan yang menerapkan sistem keikhlasan ini bukannya nirprestasi. Hingga saat ini, KPM telah mengantar ratusan siswanya menjuarai Olimpiade Matematika baik di tingkat nasional maupun internasional.

Ridwan menceritakan dengan antusias bagaimana sepak terjang anak didiknya yang mengikuti lomba di luar negeri. Ia menyebutkan, KPM pernah mengikuti lomba di beberapa negara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina, India, Nepal, Cina, Taiwan, Bulgaria, Rumania, Turki, dan Afrika Selatan. “Kami juga pernah mengirimkan tim di seminar dan math camp di Amerika Serikat dan Australia.” Wow!

Saat ditanya sudah berapa anak didik yang diantarnya menjuarai kompetisi matematika internasional baik di dalam dan luar negeri, Ridwan mengaku kurang hafal jumlahnya. “Hingga tahun 2014, sepertinya ada lebih dari 500 siswa KPM yang telah meraih medali, baik emas, perak, dan perunggu,” ujarnya bangga.

Atas prestasinya itu, Ridwan pernah diganjar Satyalancana Wirakarya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) karena dinilai telah berhasil mengorbitkan anak-anak didiknya berprestasi di tingkat internasional. Khususnya di Olimpiade Matematika tingkat nasional dan internasional.

Tidak cukup sampai di situ, Ridwan juga mendapat penghargaan dari sebuah media massa nasional (Republika) sebagai satu tokoh perubahan 2013. Ridwan mengaku, hingga saat ini masih tidak tahu kenapa ia terpilih sebagai tokoh perubahan 2013. “Saya masih bingung,” ujarnya.

Setelah merenung, ia menyebutkan kemungkinan penyebab ia dipilih menjadi tokoh perubahan adalah karena menerapkan metode bayar seikhlasnya di KPM. Ridwan menyebutkan, dengan metode seikhlasnya, siapa saja bisa belajar matematika. Baik orang kaya maupun miskin. Karena sistem ini pula, banyak orang yang tidak mampu secara ekonomi dapat terbantu hingga akhirnya memiliki prestasi di bidang matematika baik di nasional maupun internasional.

“Prestasi ini memudahkan siswa-siswa kurang mampu tersebut memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” ujar Ridwan.

Terispirasi Muhammad
Lebih dari satu dasawarsa konsisten mengajar matematika dan mengembangkan KPM, Ridwan mengaku terisnspirasi oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah suri tauladan yang baik dan menyadarkannya bahwa hidup ini hanya sementara. “Jadi hiduplah yang berarti,” ujar Ridwan.

Hidup yang berarti ini tentulah butuh perjuangan dan pengorbanan. Ridwan mengaku bangga kepada istri, tiga anak, dan ibunya. Karena selama ini mereka yang paling mengerti dengan aktivitas Ridwan. “Saat ekonomi keluarga sedang sulit, mereka tetap mendukung saya untuk tetap berjuang di KPM,” ujarnya.

Kedepan, Ridwan berharap Indonesia mempunyai generasi muda yang soleh dan pintar. Generasi yang berakhlak mulia, taat beribadah dan menguasai keahlian dunia yang mumpuni di bidangnya masing-masing.

Ridwan bercita-cita lembaga yang dipimpinnya dapat menjadi bagian dalam mewujudkan hal tersebut. Karena dengan sistem metode seikhlasnya, siapa saja dapat belajar di KPM. Dengan sistem ini pula, siswa bisa diajak untuk mempunyai akhlak yang baik dan taat beribadah seperti yang telah diterapkan KPM selama ini.

Hingga saat ini, KPM menerapkan sistem metode seikhlasnya tidak hanya untuk matematika, tetapi juga di bidang olahraga Taekwondo dan bahasa Inggris. Ridwan mengaku pihaknya akan mengembangkan ke bidang ilmu yang lain. “Supaya suatu saat nanti banyak orang yang mendapatkan manfaat dari KPM dan semakin banyak pula orang yang bisa diajak untuk menjadi manusia yang berakhlak baik dan taat beribadah,” tutup Ridwan.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8861 seconds (0.1#10.140)