Mahasiswa Indonesia Raih Emas Pertama di Olimpiade Matematika
A
A
A
BANTEN - Muhammad Yasya, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, berhasil meraih medali emas pertama bagi Indonesia di International Mathematics Competition (IMC) di Bulgaria. Selain dia, ada enam mahasiswa lain yang mendapat medali.
Yasya mengatakan, ini adalah medali emas pertama di ajang internasional yang dia ikuti. Sebelumnya di tahun ini pula dia meraih juara pertama di Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina.
Dari ajang ini dia diseleksi dan diikutsertakan dengan ketujuh mahasiswa di IMC 2014 tersebut. Kompetisi tahunan ini disponsori University College London dan American University di Blagoevgrad, Bulgaria.
Setiap universitas diundang untuk berpartisipasi mengirimkan beberapa mahasiswa dan seorang pendamping. Peserta individual pun diperkenankan turut andil.
Kompetisi yang berlangsung 29 Juli-4 Agustus ini diikuti mahasiswa tingkat pertama, kedua, ketiga dan keempat. Setiap kompetisi terdiri dari dua sesi (lima jam setiap sesi).
Bidang yang dikompetisikan adalah aljabar, analisis (real dan complex), geometri dan kombinatorial dengan pengantar bahasa Inggris. Ajang internasional tahunan ini telah diikuti peserta lebih dari 193 institusi dari 44 negara.
"Ini medali emas pertama saya di luar negeri. Saya juga senang sekali bisa keluar negeri," kata Yasya ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Rabu (6/8/2014).
Penyuka Rawon ini mengatakan, saingan terberat di olimpiade adalah Israel yang menjadi juara umum. Namun dia mengaku tidak grogi karena sebelumnya sudah menjalani pelatihan, di mana setiap harinya dia dilatih selama 10 jam.
Mahasiswa semester dua yang ingin menjadi peneliti matematika atau elektro ini berharap, akan semakin banyak lagi mahasiswa yang mengikuti olimpiade sejenis karena Indonesia harus diperhitungkan dunia dalam ajang sains ini.
Yasya yang mengidolakan Nabi Muhammad SAW ini menuturkan, suka matematika sejak kecil. Dia mengaku tidak pernah ikut kursus apapun namun sering mengunjungi gurunya untuk berlatih matematika.
Menurut dia, ada tantangan tersendiri dalam memecahkan kasus di matematika. Pasalnya, inti menguasai matematika bukanlan di hafalan rumus namun bagaimana agar dia mampu mengeksplorasi suatu kasus.
"Karena matematika itu bersifat dinamis. Dia tidak berhenti di rumus namun bagaimana kita mampu menjabarkannya," ujar anak tunggal dari ayah seorang pedagang kelontong ini.
Taufiq Akbari Utomo dari ITB peraih Juara Harapan di IMC mengatakan, tahun ini memang persaingannya sangat ketat pasalnya peserta dari negara lain sudah mengikuti ajang ini sejak mereka SMA.
Namun dia mengapresiasi rekan satu timnya karena raihan medali tahun ini lebih baik dari 2013 yang hanya mendapat satu perak, satu honorable mention dan dua perunggu. "Tahun ini Israel meraih lima emas. Sejak lama Israel bersaing dengan Rusia, Ukraina dan Polandia, terangnya.
Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Kemahasiswaan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dit Belmawa Ditjen Dikti) Widyo Winarso merinci, selain Yasya yang meraih First Prize ada Yoshua Yonathan Hamonangan dari jurusan Matematika Universitas Indonesia (UI) yang mendapat gelar Second Prize.
Lalu Pramudya A dari jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang meraihh Third Prize. Kemudian dua mahasiswa peraih penghargaan Honorable Mention yaitu Dian Sitorumi dari Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Muhammad Ardiyansyah dari Matematika UGM.
“Sebuah prestasi internasional yang membanggakan bagi Indonesia di tahun ini setelah sebelumnya hanya meraih silver,” ujarnya.
Widyo berharap, prestasi ini bisa menjadi motivasi untuk memperluas bidang kompetisi perguruan tinggi di kancah internasional, tidak hanya untuk bidang Matematika.
Dia mengatakan, sesuai Permendikbud Nomor 95 Tahun 2013, para pemenang kompetisi internasional akan mendapatkan beasiswa S1 untuk peraih medali perunggu, beasiswa S1 dan S2 untuk peraih medali perak, dan beasiswa S1, S2 dan S3 untuk peraih medali emas. Mahasiswa boleh memilih perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri.
Yasya mengatakan, ini adalah medali emas pertama di ajang internasional yang dia ikuti. Sebelumnya di tahun ini pula dia meraih juara pertama di Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina.
Dari ajang ini dia diseleksi dan diikutsertakan dengan ketujuh mahasiswa di IMC 2014 tersebut. Kompetisi tahunan ini disponsori University College London dan American University di Blagoevgrad, Bulgaria.
Setiap universitas diundang untuk berpartisipasi mengirimkan beberapa mahasiswa dan seorang pendamping. Peserta individual pun diperkenankan turut andil.
Kompetisi yang berlangsung 29 Juli-4 Agustus ini diikuti mahasiswa tingkat pertama, kedua, ketiga dan keempat. Setiap kompetisi terdiri dari dua sesi (lima jam setiap sesi).
Bidang yang dikompetisikan adalah aljabar, analisis (real dan complex), geometri dan kombinatorial dengan pengantar bahasa Inggris. Ajang internasional tahunan ini telah diikuti peserta lebih dari 193 institusi dari 44 negara.
"Ini medali emas pertama saya di luar negeri. Saya juga senang sekali bisa keluar negeri," kata Yasya ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Rabu (6/8/2014).
Penyuka Rawon ini mengatakan, saingan terberat di olimpiade adalah Israel yang menjadi juara umum. Namun dia mengaku tidak grogi karena sebelumnya sudah menjalani pelatihan, di mana setiap harinya dia dilatih selama 10 jam.
Mahasiswa semester dua yang ingin menjadi peneliti matematika atau elektro ini berharap, akan semakin banyak lagi mahasiswa yang mengikuti olimpiade sejenis karena Indonesia harus diperhitungkan dunia dalam ajang sains ini.
Yasya yang mengidolakan Nabi Muhammad SAW ini menuturkan, suka matematika sejak kecil. Dia mengaku tidak pernah ikut kursus apapun namun sering mengunjungi gurunya untuk berlatih matematika.
Menurut dia, ada tantangan tersendiri dalam memecahkan kasus di matematika. Pasalnya, inti menguasai matematika bukanlan di hafalan rumus namun bagaimana agar dia mampu mengeksplorasi suatu kasus.
"Karena matematika itu bersifat dinamis. Dia tidak berhenti di rumus namun bagaimana kita mampu menjabarkannya," ujar anak tunggal dari ayah seorang pedagang kelontong ini.
Taufiq Akbari Utomo dari ITB peraih Juara Harapan di IMC mengatakan, tahun ini memang persaingannya sangat ketat pasalnya peserta dari negara lain sudah mengikuti ajang ini sejak mereka SMA.
Namun dia mengapresiasi rekan satu timnya karena raihan medali tahun ini lebih baik dari 2013 yang hanya mendapat satu perak, satu honorable mention dan dua perunggu. "Tahun ini Israel meraih lima emas. Sejak lama Israel bersaing dengan Rusia, Ukraina dan Polandia, terangnya.
Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Kemahasiswaan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dit Belmawa Ditjen Dikti) Widyo Winarso merinci, selain Yasya yang meraih First Prize ada Yoshua Yonathan Hamonangan dari jurusan Matematika Universitas Indonesia (UI) yang mendapat gelar Second Prize.
Lalu Pramudya A dari jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang meraihh Third Prize. Kemudian dua mahasiswa peraih penghargaan Honorable Mention yaitu Dian Sitorumi dari Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Muhammad Ardiyansyah dari Matematika UGM.
“Sebuah prestasi internasional yang membanggakan bagi Indonesia di tahun ini setelah sebelumnya hanya meraih silver,” ujarnya.
Widyo berharap, prestasi ini bisa menjadi motivasi untuk memperluas bidang kompetisi perguruan tinggi di kancah internasional, tidak hanya untuk bidang Matematika.
Dia mengatakan, sesuai Permendikbud Nomor 95 Tahun 2013, para pemenang kompetisi internasional akan mendapatkan beasiswa S1 untuk peraih medali perunggu, beasiswa S1 dan S2 untuk peraih medali perak, dan beasiswa S1, S2 dan S3 untuk peraih medali emas. Mahasiswa boleh memilih perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri.
(maf)