Anggaran Riset di Indonesia Masih Sangat Minim
A
A
A
DEPOK - Anggaran untuk riset di Indonesia masih terbilang minim. Besarannya hanya 0,09% daru produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Padahal untuk biaya riset diperlukan 0,5% dari PDB. "Saat ini masih minim. Jumlahnya memang triliunan tapi itu masih kurang," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir usai menghadiri pelantikan rektor UI di Kampus UI, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (4/12/2014).
Dari alokasi dana riset, sumbangsih dunia usaha hanya 26%. Sebesar 74% berasal dari pemerintah.
Dia mengakui peran dunia usaha terhadap riset di Indonesia masih sangat rendah. Hal itu disebabkan belum diterapkannya hasil penelitian dalam dunia usaha.
"Untuk itu saya akan upayakan langkah hilirisasi terhadap hasil penelitian sehingga peran dunia usaha dalam riset bisa bertambah," tutur Nasir.
Dia menjelaskan hasil riset yang nantinya bisa diimplementasikan ke dunia usaha antara lain pada bidang kemaritiman, ketahanan pangan dan energi.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI) Bambang Wibawarta mengatakan UI terus mengembangkan riset di berbagai disiplin ilmu.
Dana yang dialokasikan juga cukup besar dna diharapkan bertambah tahun depan. "Riset sangat penting. Tentunya ke depan riset di UI harus ditingkatkan. Walaupun memang timbal balik dari dunia usaha belum banyak. Untuk itu kami giat melakukan pendekatan dengan industri supaya bersinergi," katanya, Kamis (4/12/2014).
Dana riset di UI mencapai Rp150 Miliar dan tiap tahun bisa menghasilkan sekitar 3.000 hasil riset dan 300 jurnal publikasi.
"Hasilnya memang banyak. Kita sudah memamerkan hasil penelitian tersebut," ungkap Bambang.
Padahal untuk biaya riset diperlukan 0,5% dari PDB. "Saat ini masih minim. Jumlahnya memang triliunan tapi itu masih kurang," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir usai menghadiri pelantikan rektor UI di Kampus UI, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (4/12/2014).
Dari alokasi dana riset, sumbangsih dunia usaha hanya 26%. Sebesar 74% berasal dari pemerintah.
Dia mengakui peran dunia usaha terhadap riset di Indonesia masih sangat rendah. Hal itu disebabkan belum diterapkannya hasil penelitian dalam dunia usaha.
"Untuk itu saya akan upayakan langkah hilirisasi terhadap hasil penelitian sehingga peran dunia usaha dalam riset bisa bertambah," tutur Nasir.
Dia menjelaskan hasil riset yang nantinya bisa diimplementasikan ke dunia usaha antara lain pada bidang kemaritiman, ketahanan pangan dan energi.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI) Bambang Wibawarta mengatakan UI terus mengembangkan riset di berbagai disiplin ilmu.
Dana yang dialokasikan juga cukup besar dna diharapkan bertambah tahun depan. "Riset sangat penting. Tentunya ke depan riset di UI harus ditingkatkan. Walaupun memang timbal balik dari dunia usaha belum banyak. Untuk itu kami giat melakukan pendekatan dengan industri supaya bersinergi," katanya, Kamis (4/12/2014).
Dana riset di UI mencapai Rp150 Miliar dan tiap tahun bisa menghasilkan sekitar 3.000 hasil riset dan 300 jurnal publikasi.
"Hasilnya memang banyak. Kita sudah memamerkan hasil penelitian tersebut," ungkap Bambang.
(dam)