Hasto Ajak Mahasiswa Memiliki Mimpi dan Imajinasi
Senin, 06 Maret 2023 - 19:27 WIB
JAKARTA - Mahasiswa Indonesia diharap tidak ragu bermimpi setinggi mungkin dan berimajinasi. Namun mimpi itu juga harus dibarengi dengan banyak membaca buku, menggali ilmu, dan berdiskusi.
Hal ini disampaikan Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto dalam kuliah umum bertema Reaktualisasi Pemikiran Bung Karno Saat Ini Menyongsong Indonesia Emas 2044 Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (6/3/2023). Kuliah umum ini diikuti ratusan mahasiswa dan civitas akademika.
Menurut Hasto, mengasah kepemimpinan dengan membaca buku, menggali ilmu, dan berdiskusi juga dilakukan oleh para pendiri bangsa seperti Soekarno, Mohamad Hatta, Agus Salim, dan Ali Sastroamidjojo. Karena itu, ia mengajak para mahasiswa dan anak muda Indonesia membangun tradisi intelektual dengan banyak membaca buku serta berdiskusi. Karena itu adalah bagian dari dialektika pertama dan kedua di tradisi intelektual Soekarno. Hasil dari dialektika tersebut adalah kemampuan untuk bermimpi dan berimajinasi akan sebuah perbaikan ke arah lebih baik.
"Jadi jangan pernah ragu bermimpi. Dari situ muncul imajinasi dan geest atau semangat juang. Kalau tidak melakukan dialektika pertama dan kedua, tidak akan berimajinasi. Mahasiswa saatnya berpikir apa problem rakyat kita," kata Hasto.
Tak hanya Soekarno, Mohammad Hatta dan Agus Salim juga menggunakan rumus yang sama. Meski cara merespons ketiga berbeda, tapi saling melengkapi. Dari para pendiri bangsa, kata Hasto, bisa dipelajari segala sesuatu dimulai dari tradisi intelektual.
"Maka rajinlah membaca dan diskusi. Karena tanpa olah pikir dan olah rasa, takkan bisa kemudian membangun semangat juang, tidak akan ada imajinasi masa depan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Hasto juga mengkritisi kondisi bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam tapi sedikit mahasiswa atau perguruan tinggi yang melakukan riset. Ia menyitir kritik Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang tak mendengar riset perguruan tinggi soal makanan bergizi di tengah isu stunting.
"Tidak ada negara sekaya kita dalam wisata kuliner. Sampai ada Buku Mustika Rasa. Australia dan Singapura iri kalau datang ke tempat kita. Tapi kenapa tidak pernah riset akan hal ini? Ibu Mega pernah memberikan kritik pada perguruan tinggi. Kita memiliki makanan yang bergizi kenapa kita menghadapi stunting. Ini ancaman 30-40 tahun bagi kita. Pentingnya kaum perempuan, dan kampus melakukan riset yang membumi," kata Hasto.
Hasto juga menceritakan pengalaman pribadi sejak bersekolah, mahasiswa, bekerja sebagai pegawai, hingga terjun ke dunia politik. "Pengalaman saya dulu di kampus pernah jadi ketua senat, pada usia 38 tahun saya jadi anggota DPR RI. Saya terinspirasi buku karya Jim Collins. Dari buku tersebut, sama dengan Bung Karno, kita diajarkan kita harus punya imajinasi," katanya.
Hal ini disampaikan Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto dalam kuliah umum bertema Reaktualisasi Pemikiran Bung Karno Saat Ini Menyongsong Indonesia Emas 2044 Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (6/3/2023). Kuliah umum ini diikuti ratusan mahasiswa dan civitas akademika.
Menurut Hasto, mengasah kepemimpinan dengan membaca buku, menggali ilmu, dan berdiskusi juga dilakukan oleh para pendiri bangsa seperti Soekarno, Mohamad Hatta, Agus Salim, dan Ali Sastroamidjojo. Karena itu, ia mengajak para mahasiswa dan anak muda Indonesia membangun tradisi intelektual dengan banyak membaca buku serta berdiskusi. Karena itu adalah bagian dari dialektika pertama dan kedua di tradisi intelektual Soekarno. Hasil dari dialektika tersebut adalah kemampuan untuk bermimpi dan berimajinasi akan sebuah perbaikan ke arah lebih baik.
"Jadi jangan pernah ragu bermimpi. Dari situ muncul imajinasi dan geest atau semangat juang. Kalau tidak melakukan dialektika pertama dan kedua, tidak akan berimajinasi. Mahasiswa saatnya berpikir apa problem rakyat kita," kata Hasto.
Tak hanya Soekarno, Mohammad Hatta dan Agus Salim juga menggunakan rumus yang sama. Meski cara merespons ketiga berbeda, tapi saling melengkapi. Dari para pendiri bangsa, kata Hasto, bisa dipelajari segala sesuatu dimulai dari tradisi intelektual.
"Maka rajinlah membaca dan diskusi. Karena tanpa olah pikir dan olah rasa, takkan bisa kemudian membangun semangat juang, tidak akan ada imajinasi masa depan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Hasto juga mengkritisi kondisi bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam tapi sedikit mahasiswa atau perguruan tinggi yang melakukan riset. Ia menyitir kritik Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang tak mendengar riset perguruan tinggi soal makanan bergizi di tengah isu stunting.
"Tidak ada negara sekaya kita dalam wisata kuliner. Sampai ada Buku Mustika Rasa. Australia dan Singapura iri kalau datang ke tempat kita. Tapi kenapa tidak pernah riset akan hal ini? Ibu Mega pernah memberikan kritik pada perguruan tinggi. Kita memiliki makanan yang bergizi kenapa kita menghadapi stunting. Ini ancaman 30-40 tahun bagi kita. Pentingnya kaum perempuan, dan kampus melakukan riset yang membumi," kata Hasto.
Hasto juga menceritakan pengalaman pribadi sejak bersekolah, mahasiswa, bekerja sebagai pegawai, hingga terjun ke dunia politik. "Pengalaman saya dulu di kampus pernah jadi ketua senat, pada usia 38 tahun saya jadi anggota DPR RI. Saya terinspirasi buku karya Jim Collins. Dari buku tersebut, sama dengan Bung Karno, kita diajarkan kita harus punya imajinasi," katanya.
tulis komentar anda