24 Persen Pelajar Indonesia Masih Alami Perundungan, Ini Respons Nadiem Makarim
Jum'at, 21 Juli 2023 - 19:30 WIB
JAKARTA - Sebanyak 24,4 persen peserta didik di Indonesia mengalami berbagai jenis perundungan . Data ini berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 dan 2022 atau Rapor Pendidikan 2022 dan 2023.
Menanggapi hal itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, ia juga kerap menemukan miskonsepsi saat masa orientasi sekolah.
“Saya juga masih sering mendengar miskonsepsi yang menganggap perundungan sebagai cara menguatkan mental peserta didik," ujar Nadiem dalam keterangannya, Jumat (21/7/2023).
Baca juga: Jokowi Angkat Bicara Soal PPDB: Penting Diselesaikan Baik-baik di Lapangan
Padahal, lanjut Nadiem, konsep pendidikan sama sekali tidak sejalan dengan segala jenis kekerasan. Sebab, hal tersebut akan menimbulkan efek traumatis.
"Ini adalah miskonsepsi yang sama sekali tidak benar karena pendidikan karakter semestinya tidak dilakukan dengan kekerasan yang bisa membuat anak-anak merasa takut dan trauma,” imbuhnya.
Atas kondisi tersebut, Nadiem mengajak para pemangku kepentingan untuk melanjutkan program Roots Anti Perundungan untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK yang telah dilaksanakan sejak tahun 2021.
Baca juga: Kunjungi SMKN 2 Bengkulu, Jokowi Janjikan Penambahan Kendaraan untuk Praktik Siswa
Program Roots Anti Perundungan tahun 2023 tidak hanya fokus menyelenggarakan bimtek bagi para fasilitator guru (fasgu) tetapi juga memastikan implementasi program Roots di satuan pendidikan.
Tahun 2021, Program Roots telah melatih lebih dari 3.500 fasgu dari 1.800 lebih satuan pendidikan. Tahun 2022, jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 10.000 fasgu dari 5.000 lebih satuan pendidikan, lalu di tahun ini kepesertaan Roots ditargetkan melibatkan 2.750 satuan pendidikan yang belum pernah mengikuti bimtek.
“Pada tahun ini, selain memperluas Roots menjadi gerakan, Kemendikbudristek berfokus pada pengawasan dan memastikan implementasi program Roots betul-betul terlaksana sehingga kerangka kerja dan tujuan utama dari program ini tercapai,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, ia juga kerap menemukan miskonsepsi saat masa orientasi sekolah.
“Saya juga masih sering mendengar miskonsepsi yang menganggap perundungan sebagai cara menguatkan mental peserta didik," ujar Nadiem dalam keterangannya, Jumat (21/7/2023).
Baca juga: Jokowi Angkat Bicara Soal PPDB: Penting Diselesaikan Baik-baik di Lapangan
Padahal, lanjut Nadiem, konsep pendidikan sama sekali tidak sejalan dengan segala jenis kekerasan. Sebab, hal tersebut akan menimbulkan efek traumatis.
"Ini adalah miskonsepsi yang sama sekali tidak benar karena pendidikan karakter semestinya tidak dilakukan dengan kekerasan yang bisa membuat anak-anak merasa takut dan trauma,” imbuhnya.
Atas kondisi tersebut, Nadiem mengajak para pemangku kepentingan untuk melanjutkan program Roots Anti Perundungan untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK yang telah dilaksanakan sejak tahun 2021.
Baca juga: Kunjungi SMKN 2 Bengkulu, Jokowi Janjikan Penambahan Kendaraan untuk Praktik Siswa
Program Roots Anti Perundungan tahun 2023 tidak hanya fokus menyelenggarakan bimtek bagi para fasilitator guru (fasgu) tetapi juga memastikan implementasi program Roots di satuan pendidikan.
Tahun 2021, Program Roots telah melatih lebih dari 3.500 fasgu dari 1.800 lebih satuan pendidikan. Tahun 2022, jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 10.000 fasgu dari 5.000 lebih satuan pendidikan, lalu di tahun ini kepesertaan Roots ditargetkan melibatkan 2.750 satuan pendidikan yang belum pernah mengikuti bimtek.
“Pada tahun ini, selain memperluas Roots menjadi gerakan, Kemendikbudristek berfokus pada pengawasan dan memastikan implementasi program Roots betul-betul terlaksana sehingga kerangka kerja dan tujuan utama dari program ini tercapai,” pungkasnya.
(nnz)
tulis komentar anda