Merancang Strategi Jitu Sekolah Tatap Muka
Rabu, 05 Agustus 2020 - 07:03 WIB
SURABAYA - Di tengah upaya menekan jumlah penularan Covid-19 , berbagai sekolah mulai merancang strategi jitu untuk tetap aman dengan melaksanakan pendidikan tatap muka . Upaya ini dilakukan di tengah derasnya protes dari wali murid yang beranggapan pendidikan daring tak efektif dan membuat anak tetap keluyuran di luar rumah. Ditambah lagi gelombang protes wali murid yang tak memiliki ponsel serta paketan data untuk mendukung pelaksanaan sekolah daring.
Kepala SMPN 19 Libya Mufidah berdiri di depan pintu dengan mata yang terus terjaga mengawasi enam kelas yang pagi ini dilakukan simulasi pembelajaran tatap muka. Semua bangku sudah diubah, ada jarak yang cukup jauh dengan lima tempat cuci tangan yang disertai sabun di tiap pintu masuk ke area kelas. Ruas jalan di sekolah dibuat dua lajur, satu untuk keluar dan sisi satunya lagi dipakai untuk masuk. “Ini baru simulasi, nanti akan banyak evaluasi yang akan kami lakukan lagi,” kata Libya, Senin (3/8/2020).
Para peraga simulasi mulai menjalani tugasnya. Di pagi yang sejuk beberapa daun masih berserakan di halaman sekolah. Satu per satu siswa masuk ke berbagai kelas yang disediakan. Dalam satu pertemuan dibatasi maksimal 60 orang. Dalam simulasi pendidikan tatap muka, pembelajaran dimulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Ruangan didesain tanpa air conditioner (AC). Ruangan pun dipilih lokasi kelas yang bisa terpapar cahaya matahari. “Sampai ada usulan nanti dipasang blower, biar sirkulasi udara bagus dan bersih,” ucapnya. (Baca: Pembukaan Sekolah Berisiko, DPR Minta PJJ Diperbaiki)
Sejak masuk ke area sekolah, anak-anak sudah melakukan cuci tangan serta sepatunya juga disemprot. Setelah itu mereka diarahkan ke lantai dua, para pengajar memeriksa satu per satu anak-anak memakai masker, alat penutup muka, tisu, serta tempat minum sendiri di tasnya. Dalam simulasi juga dipraktikkan ketika ada seorang anak yang sakit. Para pengajar langsung membawanya ke ruang UKS yang jaraknya tak jauh dari kelas. Di UKS sudah ada petugas kesehatan serta langsung menghubungi orang tua siswa untuk bisa segera dijemput.
Libya menjelaskan, meskipun nanti ada keputusan untuk pembelajaran tatap muka, pembelajaran daring juga tetap berjalan. Jadwal pembelajaran tatap muka hanya diberlakukan untuk satu tingkat saja. Sementara mereka yang tak ke sekolah tetap melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Misalnya, dalam pekan pertama anak kelas tujuh yang masuk ke sekolah, maka anak kelas delapan dan sembilan belajar daring. “Meskipun demikian, ini masih ada wali murid yang tidak setuju. Kami tetap akan membawanya ke evaluasi sebelum ada keputusan resmi tentang pembelajar tatap muka,” jelasnya.
Simulasi pembelajaran tatap muka secara serentak digelar di 21 sekolah tingkat SMP di Kota Pahlawan. Para tenaga pengajar, dinas pendidikan, serta Pemkot Surabaya masih mencari bentuk terbaik untuk kelanjutan pembelajaran. Pembelajaran tatap muka masih menuai pro dan kontra. Beberapa wali murid juga belum yakin keamanan pembelajaran tatap muka buat anaknya. Apalagi, penyebaran Covid-19 masih belum ada tren penurunan. (Baca juga: Israel Bombardir Damaskus, Sistem Rudal Suriah Beraksi)
Aminah Nur Hikmah, wali murid SMP, mengatakan, dirinya masih ragu dengan pembelajaran tatap muka. Apalagi, kondisi di Surabaya masih masuk zona merah. Beberapa tempat masih dilakukan pembatasan serta pemberlakuan jam malam. “Ini kalau anak saya sekolah, apa aman? Tentu saya masih khawatir dengan penularan Covid-19. Saya lebih memilih untuk mengutamakan kesehatan,” katanya.
Isnaeni Nur Afifah (13) siswi SMP Amanatul Ummah Surabaya, mengaku sudah sebulan ini menjalani pembelajaran tatap muka . Di sekolahnya diberlakukan sehari masuk dan sehari libur. Jarak bangku pun sudah diatur berjalar serta kewajiban mematuhi protokol kesehatan. “Sampai pengantaran maupun penjemputan harus orang tua. Tidak diperbolehkan pakai kendaraan umum,” katanya.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Martadi menuturkan, pelaksanaan simulasi baru pada tahap uji coba, belum dikatakan nanti akan dilaksanakan pembelajaran tatap muka. “Nanti kan juga ada evaluasi, jadi pembelajaran tatap muka belum berlaku,” ujarnya.
Kepala SMPN 19 Libya Mufidah berdiri di depan pintu dengan mata yang terus terjaga mengawasi enam kelas yang pagi ini dilakukan simulasi pembelajaran tatap muka. Semua bangku sudah diubah, ada jarak yang cukup jauh dengan lima tempat cuci tangan yang disertai sabun di tiap pintu masuk ke area kelas. Ruas jalan di sekolah dibuat dua lajur, satu untuk keluar dan sisi satunya lagi dipakai untuk masuk. “Ini baru simulasi, nanti akan banyak evaluasi yang akan kami lakukan lagi,” kata Libya, Senin (3/8/2020).
Para peraga simulasi mulai menjalani tugasnya. Di pagi yang sejuk beberapa daun masih berserakan di halaman sekolah. Satu per satu siswa masuk ke berbagai kelas yang disediakan. Dalam satu pertemuan dibatasi maksimal 60 orang. Dalam simulasi pendidikan tatap muka, pembelajaran dimulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Ruangan didesain tanpa air conditioner (AC). Ruangan pun dipilih lokasi kelas yang bisa terpapar cahaya matahari. “Sampai ada usulan nanti dipasang blower, biar sirkulasi udara bagus dan bersih,” ucapnya. (Baca: Pembukaan Sekolah Berisiko, DPR Minta PJJ Diperbaiki)
Sejak masuk ke area sekolah, anak-anak sudah melakukan cuci tangan serta sepatunya juga disemprot. Setelah itu mereka diarahkan ke lantai dua, para pengajar memeriksa satu per satu anak-anak memakai masker, alat penutup muka, tisu, serta tempat minum sendiri di tasnya. Dalam simulasi juga dipraktikkan ketika ada seorang anak yang sakit. Para pengajar langsung membawanya ke ruang UKS yang jaraknya tak jauh dari kelas. Di UKS sudah ada petugas kesehatan serta langsung menghubungi orang tua siswa untuk bisa segera dijemput.
Libya menjelaskan, meskipun nanti ada keputusan untuk pembelajaran tatap muka, pembelajaran daring juga tetap berjalan. Jadwal pembelajaran tatap muka hanya diberlakukan untuk satu tingkat saja. Sementara mereka yang tak ke sekolah tetap melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Misalnya, dalam pekan pertama anak kelas tujuh yang masuk ke sekolah, maka anak kelas delapan dan sembilan belajar daring. “Meskipun demikian, ini masih ada wali murid yang tidak setuju. Kami tetap akan membawanya ke evaluasi sebelum ada keputusan resmi tentang pembelajar tatap muka,” jelasnya.
Simulasi pembelajaran tatap muka secara serentak digelar di 21 sekolah tingkat SMP di Kota Pahlawan. Para tenaga pengajar, dinas pendidikan, serta Pemkot Surabaya masih mencari bentuk terbaik untuk kelanjutan pembelajaran. Pembelajaran tatap muka masih menuai pro dan kontra. Beberapa wali murid juga belum yakin keamanan pembelajaran tatap muka buat anaknya. Apalagi, penyebaran Covid-19 masih belum ada tren penurunan. (Baca juga: Israel Bombardir Damaskus, Sistem Rudal Suriah Beraksi)
Aminah Nur Hikmah, wali murid SMP, mengatakan, dirinya masih ragu dengan pembelajaran tatap muka. Apalagi, kondisi di Surabaya masih masuk zona merah. Beberapa tempat masih dilakukan pembatasan serta pemberlakuan jam malam. “Ini kalau anak saya sekolah, apa aman? Tentu saya masih khawatir dengan penularan Covid-19. Saya lebih memilih untuk mengutamakan kesehatan,” katanya.
Isnaeni Nur Afifah (13) siswi SMP Amanatul Ummah Surabaya, mengaku sudah sebulan ini menjalani pembelajaran tatap muka . Di sekolahnya diberlakukan sehari masuk dan sehari libur. Jarak bangku pun sudah diatur berjalar serta kewajiban mematuhi protokol kesehatan. “Sampai pengantaran maupun penjemputan harus orang tua. Tidak diperbolehkan pakai kendaraan umum,” katanya.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Martadi menuturkan, pelaksanaan simulasi baru pada tahap uji coba, belum dikatakan nanti akan dilaksanakan pembelajaran tatap muka. “Nanti kan juga ada evaluasi, jadi pembelajaran tatap muka belum berlaku,” ujarnya.
tulis komentar anda