Kemendikbud Ingin Perbanyak SMK di Kawasan Industri
Rabu, 12 Agustus 2020 - 19:11 WIB
JAKARTA - Kemendikbud ingin memperbanyak keberadaan SMK di kawasan industri di seluruh Indonesia. Hal ini penting untuk mendukung link and match antara pendidikan vokasi dengan dunia industri.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan, untuk memperbanyak SMK di kawasan industri maka pihaknya harus berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk mendukung kemajuan pendidikan vokasi di Indonesia. (Baca juga: UAI Tawarkan Beasiswa KIP dan Beasiswa Magang di BUMN )
Wikan menjelaskan, Kemenperin bisa membantu dengan cara merelaksasi kebijakan atau petunjuk teknis agar pemanfaatan lahan di kawasan industri bisa juga dipakai untuk membangun sarana pendidikan vokasi. "Dalam waktu dekat kita akan berkoordinasi dengan Kemenperin," katanya saat berkunjung ke SMK Mitra Industri-MM2100, Cikarang, Jawa Barat, Rabu (12/8).
Mantan dekan UGM ini menjelaskan, saat ini ada 98 kawasan industri. Salah satu yang dia pandang bagus adalah SMK Mitra Industri-MM2100 yang berada di kawasan industri Cikarang. SMK ini, katanya, kurikulumnya disesuaikan dengan keinginan industri bahkan kepala sekolahnya pun berasal dari industri.
Oleh karena itu, dia ingin SMK seperti SMK Mitra Industri ini direplikasi ke kawasan industri lainnya dengan cara membangun sekolah vokasi di fasilitas umum di kawasan industri. "Kalau itu secara regulasi nasional terwujud maka kita juga ikut mendorong seluruh kawasan industri membangun SMK seperti ini," jelasnya.
Wikan menuturkan, sinergi SMK di kawasan industri itu tidak hanya dalam membuat kurikulum namun juga menyediakan tempat magang dan pakar sebagai guru tamu. Nanti SMK binaan industri ini bisa membina SMK-SMK di sekitarnya sehingga kualitas SMK di Indonesia pun bisa terdongkrak. (Baca juga: Pemerintah Targetkan Perkuliahan UIII Dimulai September 2021 )
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri-MM2100 Lispiyatmini menjelaskan, para siswanya sudah diijon bahkan sebelum lulus untuk direkrut berbagai perusahaan. Setiap tahunnya, sekolah ini bisa meluluskan antara 500-800 orang. Selain bekerja, katanya, lulusannya ada yang melanjutkan kuliah lagi, ada yang dikirim bekerja dan atau magang ke Jepang dan Jerman.
Lispiyatmini menjelaskan, dia menjadi kepala sekolah di SMK Mitra ini hanya sebagai volunteer sebab dia sendiri memiliki pekerjaan tetap sebagai HRD di salah satu perusahaan cat di kawasan industri tersebut. "Jadi (jam) setengah tujuh sampai jam 8 saya di sini (di sekolah) terus jam 8 saya kerja, ujarnya.
Siswa yang bakal diterima di sekolah tersebut, menurutnya, syarat utamanya adalah memiliki passion untuk menuntut ilmu di SMK dan mengetahui dengan pasti cita-cita di masa depannya. Sebab, jika anak itu masuk SMK karena paksaan orang tua atau teman maka menjalaninya nanti akan sulit sebab sekolahnya menerapkan disiplin ketat dan nilai ketat untuk membentuk karakter.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan, untuk memperbanyak SMK di kawasan industri maka pihaknya harus berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk mendukung kemajuan pendidikan vokasi di Indonesia. (Baca juga: UAI Tawarkan Beasiswa KIP dan Beasiswa Magang di BUMN )
Wikan menjelaskan, Kemenperin bisa membantu dengan cara merelaksasi kebijakan atau petunjuk teknis agar pemanfaatan lahan di kawasan industri bisa juga dipakai untuk membangun sarana pendidikan vokasi. "Dalam waktu dekat kita akan berkoordinasi dengan Kemenperin," katanya saat berkunjung ke SMK Mitra Industri-MM2100, Cikarang, Jawa Barat, Rabu (12/8).
Mantan dekan UGM ini menjelaskan, saat ini ada 98 kawasan industri. Salah satu yang dia pandang bagus adalah SMK Mitra Industri-MM2100 yang berada di kawasan industri Cikarang. SMK ini, katanya, kurikulumnya disesuaikan dengan keinginan industri bahkan kepala sekolahnya pun berasal dari industri.
Oleh karena itu, dia ingin SMK seperti SMK Mitra Industri ini direplikasi ke kawasan industri lainnya dengan cara membangun sekolah vokasi di fasilitas umum di kawasan industri. "Kalau itu secara regulasi nasional terwujud maka kita juga ikut mendorong seluruh kawasan industri membangun SMK seperti ini," jelasnya.
Wikan menuturkan, sinergi SMK di kawasan industri itu tidak hanya dalam membuat kurikulum namun juga menyediakan tempat magang dan pakar sebagai guru tamu. Nanti SMK binaan industri ini bisa membina SMK-SMK di sekitarnya sehingga kualitas SMK di Indonesia pun bisa terdongkrak. (Baca juga: Pemerintah Targetkan Perkuliahan UIII Dimulai September 2021 )
Kepala Sekolah SMK Mitra Industri-MM2100 Lispiyatmini menjelaskan, para siswanya sudah diijon bahkan sebelum lulus untuk direkrut berbagai perusahaan. Setiap tahunnya, sekolah ini bisa meluluskan antara 500-800 orang. Selain bekerja, katanya, lulusannya ada yang melanjutkan kuliah lagi, ada yang dikirim bekerja dan atau magang ke Jepang dan Jerman.
Lispiyatmini menjelaskan, dia menjadi kepala sekolah di SMK Mitra ini hanya sebagai volunteer sebab dia sendiri memiliki pekerjaan tetap sebagai HRD di salah satu perusahaan cat di kawasan industri tersebut. "Jadi (jam) setengah tujuh sampai jam 8 saya di sini (di sekolah) terus jam 8 saya kerja, ujarnya.
Siswa yang bakal diterima di sekolah tersebut, menurutnya, syarat utamanya adalah memiliki passion untuk menuntut ilmu di SMK dan mengetahui dengan pasti cita-cita di masa depannya. Sebab, jika anak itu masuk SMK karena paksaan orang tua atau teman maka menjalaninya nanti akan sulit sebab sekolahnya menerapkan disiplin ketat dan nilai ketat untuk membentuk karakter.
(mpw)
tulis komentar anda