Puluhan Ribu Warga Hadiri Diskusi Literasi Digital di Arena Inhu Fest 2024
Minggu, 28 Juli 2024 - 21:50 WIB
INDRAGIRI HULU - Diskusi literasi digital yang dihelat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau dan komunitas pemuda setempat di Stadion Narasinga, Inhu, Minggu (28/7/2024) berlangsung meriah.
Acara diskusi berbalut takswoh itu juga dimeriahkan pedangdut Siti Badriah, untuk meghibur puluhan ribu peserta diskusi. Mengusung tema ”Keamanan Data Pribadi dalam Transaksi Online”, diskusi luring (offline) yang ”chip in” di acara Inhu Fest 2024 itu, dimaksudkan untuk memberikan bekal pemahaman ihwal keamanan data pribadi dalam transaksi online kepada pemuda dan organisasi kepemudaan (komunitas) di Inhu dan sekitarnya.
Mengawali diskusi, Kepala Bidang Penyelenggaraan e-Governmet Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Indragiri Hulu Ade Khairani Nasution mengatakan, keamanan data semakin krusial di era digital.Kebocoran data dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Mulai dari penipuan, pencurian identitas, hingga kerugian finansial yang besar.
”Memahami perkembangan taktik para pelaku kejahatan data merupakan langkah awal untuk melindungi diri dan organisasi. Pengamanan data pribadi dan privasi wajib dilakukan oleh pengguna digital,” jelas Ade dalam keterangan resminya, Minggu (28/7/2024).
Dalam diskusi yang dikemas dengan format talkshow itu, Ade mengingatkan banyaknya kejadian kebocoran data di masa lalu yang masih menggunakan sistem penipuan acak. Yakni, para pelaku penipuan melakukan aksinya secara acak.
Mereka, sambung Ade, tidak memiliki informasi spesifik mengenai targetnya. Serangan penipuan di masa lalu bersifat umum dan kurang efektif, karena pelaku hanya mengandalkan keberuntungan untuk menemukan korban yang mudah ditipu.
”Bedanya, saat ini kebocoran data dan penipuan lebih bersifat terstruktur. Dampak kebocoran data, para pelaku kejahatan memiliki informasi yang lebih lengkap tentang target mereka, dan dapat menargetkan korban secara lebih akurat dan efektif,” ujar Ade.
Ade menambahkan, penipuan saat ini lebih terstruktur karena pelaku sudah memiliki data pribadi, nomor telepon, dan profil korban. Mereka dapat menyasar target yang lebih spesifik, dan dampak yang ditimbulkan pun kini lebih besar.
Lihat Juga: Seminar Unhan dan FSI: Pertahanan RI Perlu Ditingkatkan Antisipasi Ancaman di Laut China Selatan
Acara diskusi berbalut takswoh itu juga dimeriahkan pedangdut Siti Badriah, untuk meghibur puluhan ribu peserta diskusi. Mengusung tema ”Keamanan Data Pribadi dalam Transaksi Online”, diskusi luring (offline) yang ”chip in” di acara Inhu Fest 2024 itu, dimaksudkan untuk memberikan bekal pemahaman ihwal keamanan data pribadi dalam transaksi online kepada pemuda dan organisasi kepemudaan (komunitas) di Inhu dan sekitarnya.
Mengawali diskusi, Kepala Bidang Penyelenggaraan e-Governmet Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Indragiri Hulu Ade Khairani Nasution mengatakan, keamanan data semakin krusial di era digital.Kebocoran data dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Mulai dari penipuan, pencurian identitas, hingga kerugian finansial yang besar.
”Memahami perkembangan taktik para pelaku kejahatan data merupakan langkah awal untuk melindungi diri dan organisasi. Pengamanan data pribadi dan privasi wajib dilakukan oleh pengguna digital,” jelas Ade dalam keterangan resminya, Minggu (28/7/2024).
Dalam diskusi yang dikemas dengan format talkshow itu, Ade mengingatkan banyaknya kejadian kebocoran data di masa lalu yang masih menggunakan sistem penipuan acak. Yakni, para pelaku penipuan melakukan aksinya secara acak.
Mereka, sambung Ade, tidak memiliki informasi spesifik mengenai targetnya. Serangan penipuan di masa lalu bersifat umum dan kurang efektif, karena pelaku hanya mengandalkan keberuntungan untuk menemukan korban yang mudah ditipu.
”Bedanya, saat ini kebocoran data dan penipuan lebih bersifat terstruktur. Dampak kebocoran data, para pelaku kejahatan memiliki informasi yang lebih lengkap tentang target mereka, dan dapat menargetkan korban secara lebih akurat dan efektif,” ujar Ade.
Ade menambahkan, penipuan saat ini lebih terstruktur karena pelaku sudah memiliki data pribadi, nomor telepon, dan profil korban. Mereka dapat menyasar target yang lebih spesifik, dan dampak yang ditimbulkan pun kini lebih besar.
Lihat Juga: Seminar Unhan dan FSI: Pertahanan RI Perlu Ditingkatkan Antisipasi Ancaman di Laut China Selatan
(wyn)
tulis komentar anda