IPB University Temukan Teknologi yang Bisa Tingkatkan Produksi Bawang Putih
Kamis, 14 Januari 2021 - 17:56 WIB
JAKARTA - Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria berharap dengan teknologi Ultra-Fine Buble yang dikembangkan IPB University mampu meningkatkan produksi bawang putih yang saat ini masih didominasi dari produk impor.
Prof Arif mengharapkan teknologi Agromaritim 4.0 dapat segera diadopsi oleh petani di Indonesia. Dia juga menekankan, kolaborasi IPB University, pemerintah dan petani menjadi penting. Menurutnya, teknologi ultra-fine buble diharapkan menjadi problem solver bawang putih. Pasalnya, sampai saat ini lebih dari 90 % kebutuhan bawang putih dalam negeri masih dipasok dari produk impor.
"Produksi bawang putih kita masih berkisar antara 86.000 ton, sedangkan impor mencapai lebih dari 400.000 ton. Ini jauh sekali antara produksi dan impor," katanya saat panen bawang putih dari hasil aplikasi teknologi temuan pakar IPB yaitu Ultra-Fine Bubbles di Desa Tuwel, Kabupaten Tegal, melalui siaran pers, Kamis (14/1).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemetaan daerah potensial lain untuk ditanami bawang putih sembari menghasilkan teknologi yang bersifat terobosan. "Dengan demikian kita tidak lagi bergantung pada impor bawang putih dari China maupun negara lain. Kita justru bisa memproduksi lebih banyak dengan bantuan teknologi tersebut," ujarnya.
Terkait teknologi ultra-fine bubbles, dosen IPB University dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Prof Dr Y Aris Purwanto, menerangkan inovasi tersebut merupakan inovasi sederhana.
"Kita hanya membuat gelembung yang sangat halus di dalam air dan ukurannya nano yaitu sekitar 100-300 nano meter. Gelembung ini kita injeksikan ke air dan itu bisa bertahan lama, sehingga dapat meningkatkan oksigen terlarut (dissolved oxigen/DO)," terangnya.
Jadi kandungan oksigen di dalam air itu akan naik. Dengan naiknya kandungan oksigen di dalam air ini, ternyata mempunyai korelasi dengan percepatan germinasi."Sehingga apabila benih bawang putih direndam dalam air ini, maka dia akan membuat benih itu lebih cepat tumbuh. Jadi kalau petani mau menanam, akan melihat plumulanya itu tumbuh lebih dari 60%," jelasnya.
Keunggulan inovasi ultra-fine bubbles ini adalah mempercepat masa muncul umbi bawang putih. Selama ini, petani harus menunggu lima sampai enam bulan supaya benih bawang putih dapat ditanam. Sementara, teknologi ultra-fine bubble dapat mempercepat waktu tanam bawang putih yaitu hanya dua sampai tiga bulan.
Dalam pengembangannya, Prof Aris bekerjasama dengan LIPI untuk menghasilkan generator fine bubble. Teknologi ini bisa digunakan di berbagai tempat dan lokasi. "Hasil teknologi ini tergantung varietas yang digunakan. Kalau varietas Tawangmangu satu bulan sudah siap tanam, kalau varietas Sanggar Sembalun 2-3 bulan baru bisa ditanam," tambahnya.
Prof Arif mengharapkan teknologi Agromaritim 4.0 dapat segera diadopsi oleh petani di Indonesia. Dia juga menekankan, kolaborasi IPB University, pemerintah dan petani menjadi penting. Menurutnya, teknologi ultra-fine buble diharapkan menjadi problem solver bawang putih. Pasalnya, sampai saat ini lebih dari 90 % kebutuhan bawang putih dalam negeri masih dipasok dari produk impor.
"Produksi bawang putih kita masih berkisar antara 86.000 ton, sedangkan impor mencapai lebih dari 400.000 ton. Ini jauh sekali antara produksi dan impor," katanya saat panen bawang putih dari hasil aplikasi teknologi temuan pakar IPB yaitu Ultra-Fine Bubbles di Desa Tuwel, Kabupaten Tegal, melalui siaran pers, Kamis (14/1).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemetaan daerah potensial lain untuk ditanami bawang putih sembari menghasilkan teknologi yang bersifat terobosan. "Dengan demikian kita tidak lagi bergantung pada impor bawang putih dari China maupun negara lain. Kita justru bisa memproduksi lebih banyak dengan bantuan teknologi tersebut," ujarnya.
Terkait teknologi ultra-fine bubbles, dosen IPB University dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Prof Dr Y Aris Purwanto, menerangkan inovasi tersebut merupakan inovasi sederhana.
"Kita hanya membuat gelembung yang sangat halus di dalam air dan ukurannya nano yaitu sekitar 100-300 nano meter. Gelembung ini kita injeksikan ke air dan itu bisa bertahan lama, sehingga dapat meningkatkan oksigen terlarut (dissolved oxigen/DO)," terangnya.
Jadi kandungan oksigen di dalam air itu akan naik. Dengan naiknya kandungan oksigen di dalam air ini, ternyata mempunyai korelasi dengan percepatan germinasi."Sehingga apabila benih bawang putih direndam dalam air ini, maka dia akan membuat benih itu lebih cepat tumbuh. Jadi kalau petani mau menanam, akan melihat plumulanya itu tumbuh lebih dari 60%," jelasnya.
Keunggulan inovasi ultra-fine bubbles ini adalah mempercepat masa muncul umbi bawang putih. Selama ini, petani harus menunggu lima sampai enam bulan supaya benih bawang putih dapat ditanam. Sementara, teknologi ultra-fine bubble dapat mempercepat waktu tanam bawang putih yaitu hanya dua sampai tiga bulan.
Dalam pengembangannya, Prof Aris bekerjasama dengan LIPI untuk menghasilkan generator fine bubble. Teknologi ini bisa digunakan di berbagai tempat dan lokasi. "Hasil teknologi ini tergantung varietas yang digunakan. Kalau varietas Tawangmangu satu bulan sudah siap tanam, kalau varietas Sanggar Sembalun 2-3 bulan baru bisa ditanam," tambahnya.
(mpw)
tulis komentar anda