Ini Dia Model Unik Toleransi Beragama Temuan Mahasiswa UNY

Senin, 18 Oktober 2021 - 11:02 WIB
Para peneliti dari mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang menemukan model bertoleransi beragama. foto/istimewa
YOGYAKARTA - Penelitian yang dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Masjid Agung Mataram, Kotagede, Yogyakarta, menampilkan perspektif baru dalam memandang toleransi beragama . Penelitian dilakukan M Syamsuddin, Kurniatul Jannah (Fakultas Ilmu Sosial), Novia Indriani (Fakultas Bahasa Seni), Aditia Pramudia, dan M Insan Fathin (FMIPA).

baca juga: Milad Ilkom UNY Luncurkan Tujuh Buku Komunikasi

Para mahasiswa telah menemukan model bertoleransi yang unik dan nantinya dapat diimplementasikan masyarakat pada kehidupannya. Benni Setiawan, dosen pembimbing dalam penelitian ini mengemukakan bahwa temuan dalam penelitian ini mendorong masyarakat hidup damai dalam bingkai kemanusiaan. Penelitian ini melibatkan abdi dalem Keraton Yogyakarta, takmir masjid, warga Muhammadiyah, dan masyarakat Islam Kejawen di lingkungan Masjid Agung Mataram sebagai narasumber.



Penelitian Riset Humaniora yang didanai Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) ini, berangkat dari kegelisahan jika selama ini agama dan kebudayaan kerap dipandang melahirkan sebuah pergesekan. Penelitian ini pula yang membawa para mahasiswa menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-34 di Universitas Sumatera Utara. Di mana, mereka menemukan, bahwa agama dan kebudayaan bisa menciptakan nilai positif untuk mencegah disintegrasi kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.

baca juga: Pendataan lewat FKUB, Cara Kemenag Atasi Intoleransi Beragama

“Temuan pada penelitian ini sesuai dengan konsep-konsep Islam Rahmatan lil 'alamin yang dianut oleh kedua entitas yang sama-sama lahir dari Keraton Yogyakarta. Muhammadiyah dan Islam Kejawen menyatu dalam ruh Yogyakarta yang toleran dan damai,” terang M Syamsuddin, ketua peneliti penelitian ini.

Hasil penelitian membuktikan, bahwa Muhammadiyah dan Islam Kejawen dapat bersama-sama melaksanakan kegiatan pada perayaan Satu Suro di lingkungan Masjid Agung Mataram. Perayaan dalam rangka Tahun Baru Jawa ini, biasanya masyarakat Jawa yang berpaham Islam Kejawen melakukan sejumlah ritual dan tradisi. Nilai toleransi dalam ritual itu terbangun saat Muhammadiyah di Kotagede yang terlibat sebagai penghulu ritual-ritual Islam Kejawen dan acara tahlilan. Praktik ini sekaligus mengubur anggapan bahwa Muhammadiyah anti terhadap ritual dan tahlilan.

baca juga: Menag Ajak Belajar Toleransi Beragama dari Uni Emirat Arab

Praktik di atas bukan berarti Muhammadiyah melestarikan atau membenarkan hal-hal yang bersifat syirik, bid’ah, tahayul, dan khurafat. Akan tetapi inilah cara Muhammadiyah memahami dan menyikapi dengan pendekatan dakwah, kedewasaan, dan kemoderenan Persyarikatan dalam memandang budaya. “Ini model hubungan toleransi aktif yang ditemukan dalam penelitian ini,” tutur Kurniatul Jannah.

Model toleransi mensyaratkan keterlibatan seseorang walau ada perbedaan pemahaman, namun tetap memiliki tujuan guna menjaga keharmonisan. Saat semua mampu bersikap toleran secara aktif, maka disintegrasi kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara dapat dicegah. “Toleransi tanpa stigma negatif menjadi kekuatan riset ini,” tambah Aditia.
(ymn)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More