Mahasiswa FTUI Tawarkan 2 Solusi Inovatif Penanganan Sampah di Indonesia
Senin, 25 Oktober 2021 - 09:08 WIB
JAKARTA - Permasalahan sampah di Indonesia masih menjadi permasalahan lingkungan yang belum terselesaikan sampai saat ini. Permasalahan terutama terjadi pada banyaknya sampah plastik yang tersebar di masyarakat. Bahkan, menurut data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia dan Badan Pusat Statistik pada tahun 2019, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.
Tidak hanya sebatas pada permasalahan sampah plastik , sampah medis seperti bekas obat-obatan dan alat-alat medis pun saat ini menjadi masalah baru di Indonesia. Mengingat kondisi pandemi yang terjadi saat ini, tidak mengherankan kemudian terjadi peningkatan jumlah sampah medis yang terbuang di masyarakat. Mengutip data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga 15 Oktober 2020 tercatat sebanyak 1.662,75 ton sampah medis terbuang baik di wilayah air maupun darat nusantara. Limbah medis yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) termasuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Berangkat dari keprihatinan terhadap kondisi sampah tersebut, Juan Fidel Ferdani, mahasiswa Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (FTUI) angkatan 2019, membuat dua gagasan sistem pengolahan sampah berbasis teknologi, yaitu Smart Medical Waste Management (SMW) dan konsep toko isi ulang, Eco-Refill Store.
SMW adalah suatu sistem pengelolaan sampah medis berbasis Internet of Things yang terintegrasi dengan gawai untuk mengoptimalkan manajemen sampah limbah medis di fasyankes. Dengan adanya SMW, fasyankes dapat mendeteksi bila keberadaan sampah medis dianggap sudah melebihi batas, sehingga petugas pengangkut dapat segera memproses pengangkutan limbah secara efektif dan efisien, tidak harus menunggu sampai menumpuk.
SMW yang diusulkan oleh Juan terdiri dari dua hal, yaitu portable medical waste container (tempat sampah medis portabel) dan aplikasi pemantauan berbasis Android. Tempat sampah ini adalah tempat sampah modifikasi yang sudah dilengkapi dengan sejumlah perangkat keras termasuk sensor ultrasonic yang mampu mendeteksi adanya lokasi dan perubahan ketinggian volume sampah. Data ini kemudian akan dikirimkan secara real time ke aplikasi pemantauan yang terpasang di gawai petugas pengangkut sampah.
“Dengan sistem ini, petugas pengangkut sampah cukup melihat notifikasi di gawai mereka untuk mengetahui apakah limbah medis sudah harus diangkut atau belum. Dengan begitu, fasyankes tidak harus menyiapkan sebuah fasilitas alat pengolahan limbah tersendiri, yang biasanya memang cukup mahal. Cukup menggunakan sistem pengangkutan manual oleh petugas seperti biasanya,” ujar Juan.
Tidak hanya sebatas pada permasalahan sampah plastik , sampah medis seperti bekas obat-obatan dan alat-alat medis pun saat ini menjadi masalah baru di Indonesia. Mengingat kondisi pandemi yang terjadi saat ini, tidak mengherankan kemudian terjadi peningkatan jumlah sampah medis yang terbuang di masyarakat. Mengutip data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga 15 Oktober 2020 tercatat sebanyak 1.662,75 ton sampah medis terbuang baik di wilayah air maupun darat nusantara. Limbah medis yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) termasuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Baca Juga
Berangkat dari keprihatinan terhadap kondisi sampah tersebut, Juan Fidel Ferdani, mahasiswa Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (FTUI) angkatan 2019, membuat dua gagasan sistem pengolahan sampah berbasis teknologi, yaitu Smart Medical Waste Management (SMW) dan konsep toko isi ulang, Eco-Refill Store.
SMW adalah suatu sistem pengelolaan sampah medis berbasis Internet of Things yang terintegrasi dengan gawai untuk mengoptimalkan manajemen sampah limbah medis di fasyankes. Dengan adanya SMW, fasyankes dapat mendeteksi bila keberadaan sampah medis dianggap sudah melebihi batas, sehingga petugas pengangkut dapat segera memproses pengangkutan limbah secara efektif dan efisien, tidak harus menunggu sampai menumpuk.
SMW yang diusulkan oleh Juan terdiri dari dua hal, yaitu portable medical waste container (tempat sampah medis portabel) dan aplikasi pemantauan berbasis Android. Tempat sampah ini adalah tempat sampah modifikasi yang sudah dilengkapi dengan sejumlah perangkat keras termasuk sensor ultrasonic yang mampu mendeteksi adanya lokasi dan perubahan ketinggian volume sampah. Data ini kemudian akan dikirimkan secara real time ke aplikasi pemantauan yang terpasang di gawai petugas pengangkut sampah.
“Dengan sistem ini, petugas pengangkut sampah cukup melihat notifikasi di gawai mereka untuk mengetahui apakah limbah medis sudah harus diangkut atau belum. Dengan begitu, fasyankes tidak harus menyiapkan sebuah fasilitas alat pengolahan limbah tersendiri, yang biasanya memang cukup mahal. Cukup menggunakan sistem pengangkutan manual oleh petugas seperti biasanya,” ujar Juan.
tulis komentar anda