Inovasi Baru Bidang Peternakan, Peneliti IPB Ciptakan Varietas Baru Ayam Lokal
Kamis, 23 Juni 2022 - 09:22 WIB
JAKARTA - Tim peneliti IPB University menciptakan terobosan baru dalam bidang peternakan. Mereka membuat varietas baru hasil dari perbaikan ayam ras dan kampung, yakni ayam lokal pedaging unggul rumpun baru IPB-D1, IPB-D2, dan IPB-D3.
Para peneliti IPB University yang tergabung dalam Riset Inovatif Produktif (Rispro) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia ini adalah Prof Cece Sumantri, Prof Irma Isnafia Arief, Dr Lucia Cyrilla ENSD, ketiganya adalah dosen di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Ternak, Fakultas Peternakan (Fapet), Dr drh Sri Murtini (dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis/SKHB), serta Dr Rita Mutia (dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet).
Menurut Prof Cece, selaku Ketua Tim Peneliti, riset ini berkolaborasi dengan alumni IPB University yang sudah mengembangbiakkan ayam lokal IPB-D2 yaitu PT Nutfah yang berada di Boyolali, Jawa Tengah.
“Dalam konteks peternakan, varietas baru disebut sebagai galur. Sebelumnya, kami tim peneliti telah mengidentifikasi kekurangan dari galur pada ayam ras dan kampung yang saat ini beredar di Indonesia. Sehingga kami menyilangkan beberapa jenis ayam terbaik untuk kemudian menghasilkan galur terbaru yakni ayam IPB-D2,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (23/6/2022).
Baca: Jelang Pengumuman SBMPTN 2022, Calon Mahasiswa: Dear LTMPT, Cape Disemangatin Terus, Tahun ini Kasih Selamat Ya
Mengutip dari riset Prof Cece tentang pengembangan ayam lokal, dimana angka komponen bibit dan pakan ayam di Indonesia hampir 90 persen impor. Sedangkan dalam memenuhi konsumsi daging dan telur ayam, produksi ayam lokal hingga kini masih menghadapi berbagai kendala. Seperti biaya manajemen pemeliharaan secara intensif.
“Konsep ayam ini cukup dilematis. Karena ketika bobot seekor ayam tinggi, justru menjadi rentan terkena penyakit. Permasalahan ini yang tengah kami pecahkan,” jelasnya.
Keunggulan yang dihadirkan melalui ayam IPB-D2 adalah ia memiliki bobot yang lebih tinggi dan ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik daripada ayam IPB-D1 dan IPB-D3. Ia mengungkapkan, saat ini ayam IPB-D2 telah melalui persilangan selama lima generasi.
“Ayam IPB-D2 merupakan hasil evaluasi kami dari ayam IPB-D1, begitupun juga dengan ayam IPB-D3. Karakteristik galur ayam IPB-D2 ini memiliki antibodi yang lebih kuat dari ayam ras atau broiler. Dan bobot potong lebih tinggi dari ayam lokal (kampung),” sebutnya saat mendiseminasikan proses penelitiannya pada kegiatan Monitoring dan Evaluasi (monev) Internal dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University di lokasi mitra, Boyolali, Jawa Tengah.
Para peneliti IPB University yang tergabung dalam Riset Inovatif Produktif (Rispro) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia ini adalah Prof Cece Sumantri, Prof Irma Isnafia Arief, Dr Lucia Cyrilla ENSD, ketiganya adalah dosen di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Ternak, Fakultas Peternakan (Fapet), Dr drh Sri Murtini (dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis/SKHB), serta Dr Rita Mutia (dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet).
Menurut Prof Cece, selaku Ketua Tim Peneliti, riset ini berkolaborasi dengan alumni IPB University yang sudah mengembangbiakkan ayam lokal IPB-D2 yaitu PT Nutfah yang berada di Boyolali, Jawa Tengah.
“Dalam konteks peternakan, varietas baru disebut sebagai galur. Sebelumnya, kami tim peneliti telah mengidentifikasi kekurangan dari galur pada ayam ras dan kampung yang saat ini beredar di Indonesia. Sehingga kami menyilangkan beberapa jenis ayam terbaik untuk kemudian menghasilkan galur terbaru yakni ayam IPB-D2,” katanya, melalui siaran pers, Kamis (23/6/2022).
Baca: Jelang Pengumuman SBMPTN 2022, Calon Mahasiswa: Dear LTMPT, Cape Disemangatin Terus, Tahun ini Kasih Selamat Ya
Mengutip dari riset Prof Cece tentang pengembangan ayam lokal, dimana angka komponen bibit dan pakan ayam di Indonesia hampir 90 persen impor. Sedangkan dalam memenuhi konsumsi daging dan telur ayam, produksi ayam lokal hingga kini masih menghadapi berbagai kendala. Seperti biaya manajemen pemeliharaan secara intensif.
“Konsep ayam ini cukup dilematis. Karena ketika bobot seekor ayam tinggi, justru menjadi rentan terkena penyakit. Permasalahan ini yang tengah kami pecahkan,” jelasnya.
Keunggulan yang dihadirkan melalui ayam IPB-D2 adalah ia memiliki bobot yang lebih tinggi dan ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik daripada ayam IPB-D1 dan IPB-D3. Ia mengungkapkan, saat ini ayam IPB-D2 telah melalui persilangan selama lima generasi.
“Ayam IPB-D2 merupakan hasil evaluasi kami dari ayam IPB-D1, begitupun juga dengan ayam IPB-D3. Karakteristik galur ayam IPB-D2 ini memiliki antibodi yang lebih kuat dari ayam ras atau broiler. Dan bobot potong lebih tinggi dari ayam lokal (kampung),” sebutnya saat mendiseminasikan proses penelitiannya pada kegiatan Monitoring dan Evaluasi (monev) Internal dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University di lokasi mitra, Boyolali, Jawa Tengah.
tulis komentar anda