Riset GeNose C19 Berhasil Publikasi di Jurnal Internasional Bereputasi
Selasa, 23 Agustus 2022 - 11:48 WIB
JAKARTA - Tim GeNose C19 UGM berhasil memublikasikan data riset GeNose C19 sebagai alat skrining Covi-19 di dua jurnal internasional bereputasi pada Agustus 2022. Dua jurnal tersebut adalah Artificial intelligence in Medicine (AIIM) dan Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine yang keduanya merupakan jurnal Q1.
Penemu GeNose C19, Prof. Dr. Kuwat Triyana, mengatakan tim GeNose C19 UGM telah memublikasikan sebagian riset data GeNose C19 sebagai bagian pertanggung jawaban ilmiah riset hilirisasi implementasi GeNose C19 sebagai alat skrining COVID-19. Dua publikasi tersebut merupakan tahap awal dari total data yang saat ini dalam proses penyelesaian penulisan manuskrip yaitu terkait data hasil uji klinis multisenter dan uji eksternal yang melibatkan multi institusi.
Data-data riset GeNose C19 berhasil terpublikasikan di Artificial intelligence in Medicine (AIIM), yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 7,011, berjudul Hybrid learning method based on feature clustering and scoring for enhanced COVID-19 breath analysis by an electronic nose, terbit pada bulan Mei 2022 (Vol. 129(02323), Hal. 1-13). Sementara dalam Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine, yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 15,357, dengan judul Fast and noninvasive electronic nose for sniffing out COVID-19 based on exhaled breath-print recognition, terbit pada bulan Agustus 2022 (Vol. 5(115), Hal. 1-17).
Baca juga: 17.500 Lebih Pendaftar Berebut 8.000 Kursi Mahasiswa UMM
“Diterimanya publikasi hasil riset GeNose menunjukkan bahwa konsep sensing infeksi dengan analisis volatile organic compound (VOC) nafas berbasis big data dan kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) dapat diterima dalam aplikasi klinisnya,” papar Kuwat, dikutip dari laman resmi UGM, Selasa (23/8/2022).
Dengan diterimanya konsep ini, Kuwat mengatakan pemanfaatan AI dan teknologi informasi menjadi sebuah revolusi dalam memanajemen penyakit baik penyakit infeksi maupun non-infeksi. Data-data yang dikumpulkan dari pasien dengan metode tertentu secara terstandarisasi dapat menjadi sumber biomarker baru yang valid, reproducible dan terjangkau.
“Hanya memang diperlukan pengujian terus menerus dan update dari database serta algoritma AI untuk terus dapat meningkatkan performa diagnostiknya. Untuk proses learning berbasis hybrid dibahas secara lengkap di manuskrip pertama, sedangkan proses pengujian hasil learning secara uji diagnostik multisenter sekaligus hasil validasi eksternal akan diterbitkan di jurnal internasional bereputasi berikutnya,” ucapnya.
Lebih lanjut Kuwat memaparkan GeNose C19 saat ini memang sudah tidak diproduksi lagi. Namun, pihaknya terus melakukan pengembangan AI selain untuk deteksi Covid-19, GeNose ke depan juga dikembangkan menjadi alat diagnostik beragam penyakit lain. Beberapa di antaranya adalah deteksi kanker serviks melalui sampel urine pasien, deteksi TB melalui sampel napas pasien, deteksi sepsis pada neonates lewat sampel feses pasien, serta deteksi jenis bakteri pada ulkus diabetikum.
“Dalam bidang medis, beberapa mesin GeNose C19 yang merupakan mesin cadangan saat ini menjalani uji profiling yang segera dilanjutkan untuk uji diagnostik secara non-invasif untuk deteksi kanker serviks, TB, sepsis, dan jenis bakteri di ulkus diabetikum. Selain untuk deteksi Covid-19, GeNose C19 yang ada saat ini nantinya bisa dipakai untuk deteksi keempat penyakit tersebut dengan sedikit penyesuaian dan modifikasi pada bagian samplingnya,” urainya.
Penemu GeNose C19, Prof. Dr. Kuwat Triyana, mengatakan tim GeNose C19 UGM telah memublikasikan sebagian riset data GeNose C19 sebagai bagian pertanggung jawaban ilmiah riset hilirisasi implementasi GeNose C19 sebagai alat skrining COVID-19. Dua publikasi tersebut merupakan tahap awal dari total data yang saat ini dalam proses penyelesaian penulisan manuskrip yaitu terkait data hasil uji klinis multisenter dan uji eksternal yang melibatkan multi institusi.
Data-data riset GeNose C19 berhasil terpublikasikan di Artificial intelligence in Medicine (AIIM), yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 7,011, berjudul Hybrid learning method based on feature clustering and scoring for enhanced COVID-19 breath analysis by an electronic nose, terbit pada bulan Mei 2022 (Vol. 129(02323), Hal. 1-13). Sementara dalam Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine, yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 15,357, dengan judul Fast and noninvasive electronic nose for sniffing out COVID-19 based on exhaled breath-print recognition, terbit pada bulan Agustus 2022 (Vol. 5(115), Hal. 1-17).
Baca juga: 17.500 Lebih Pendaftar Berebut 8.000 Kursi Mahasiswa UMM
“Diterimanya publikasi hasil riset GeNose menunjukkan bahwa konsep sensing infeksi dengan analisis volatile organic compound (VOC) nafas berbasis big data dan kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) dapat diterima dalam aplikasi klinisnya,” papar Kuwat, dikutip dari laman resmi UGM, Selasa (23/8/2022).
Dengan diterimanya konsep ini, Kuwat mengatakan pemanfaatan AI dan teknologi informasi menjadi sebuah revolusi dalam memanajemen penyakit baik penyakit infeksi maupun non-infeksi. Data-data yang dikumpulkan dari pasien dengan metode tertentu secara terstandarisasi dapat menjadi sumber biomarker baru yang valid, reproducible dan terjangkau.
“Hanya memang diperlukan pengujian terus menerus dan update dari database serta algoritma AI untuk terus dapat meningkatkan performa diagnostiknya. Untuk proses learning berbasis hybrid dibahas secara lengkap di manuskrip pertama, sedangkan proses pengujian hasil learning secara uji diagnostik multisenter sekaligus hasil validasi eksternal akan diterbitkan di jurnal internasional bereputasi berikutnya,” ucapnya.
Lebih lanjut Kuwat memaparkan GeNose C19 saat ini memang sudah tidak diproduksi lagi. Namun, pihaknya terus melakukan pengembangan AI selain untuk deteksi Covid-19, GeNose ke depan juga dikembangkan menjadi alat diagnostik beragam penyakit lain. Beberapa di antaranya adalah deteksi kanker serviks melalui sampel urine pasien, deteksi TB melalui sampel napas pasien, deteksi sepsis pada neonates lewat sampel feses pasien, serta deteksi jenis bakteri pada ulkus diabetikum.
“Dalam bidang medis, beberapa mesin GeNose C19 yang merupakan mesin cadangan saat ini menjalani uji profiling yang segera dilanjutkan untuk uji diagnostik secara non-invasif untuk deteksi kanker serviks, TB, sepsis, dan jenis bakteri di ulkus diabetikum. Selain untuk deteksi Covid-19, GeNose C19 yang ada saat ini nantinya bisa dipakai untuk deteksi keempat penyakit tersebut dengan sedikit penyesuaian dan modifikasi pada bagian samplingnya,” urainya.
tulis komentar anda