Begini Cerita Alumnus Vokasi UMM Berpuasa di Jepang, Rindu Suara Azan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sudah lebih dari satu bulan, Ardianeswari Putri Salifani, alumnus Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) berangkat dan berkarya di Negeri Sakura.
Ia yang sukses menyelesaikan pelatihan specified skilled worker kaiko di training center Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kini telah mendapat kontrak kerja selama 3 tahun di Hokkaido, Jepang.
Saat ini dia sedang menjalani puasa di sana dan ingin berbagi cerita menarik. Dina, sapaan akrabnya, menuturkan, ada banyak hal unik yang ia dapati selama Ramadan.
Meski Jepang bukan negara mayoritas bergama Islam, namun stasiun televisi di sana sering menayangkan berita-berita seputar Bulan Ramadan.
Misalnya saja terkait mengapa muslim berpuasa, apa yang harus dilakukan selama puasa, hingga larangan yang harus ditaati selama terbiat fajar hingga tenggelamnya matahari.
Ada satu hal yang ia rindukan dari Indonesia saat Ramadan, yakni suara azan yang menggema di setiap sudut kota. Di sana, azan kurang begitu terdengar, bahkan mungkin tidak ada. Hal itu menyulitkannya untuk mengetahui kapan waktu sahur dan berbuka.
“Beruntung kita sudah hidup di era teknologi yang maju. Saya biasanya cek aplikasi jadwal imsakiyah waktu setempat atau juga browsing di internet terkait waktu-waktu salat,” katanya melanjutkan.
Waktu menunggu berbuka adalah momen favoritnya. Setiap sore, Dina sering berburu bahan makanan ke toko dan supermarket terdekat. Sesekali juga menambah stok jajan untuk dikonsumsi malam hari. Apalagi ia memang menyukai makanan Jepang seperti mochi, dango, dan juga onigiri.
Tidak lupa, dia juga membagikan tips bagi warga muslim Indonesia yang ingin menyortir makanan halal selama di Jepang. Pertama, Dina menyarankan untuk menghindari makakan junkfood.
Kedua, yakni mempelajari huruf-huruf kanji yang berkaitan dengan arti babi karena akan sangat berguna untuk memilah makanan. Terakhir, yakni mencari tahu di internet makanan atau toko apa saja yang sudah halal.
“Ini adalah momen pertama saya berpuasa jauh dari tanah air. Ada sedihnya dan juga senangnya. Untuk teman-teman yang sedang di luar negeri, jangan sedih tidak bisa berpuasa di rumah bersama keluarga," terang Ardianeswari Putri.
"Saya yakin ada banyak pengalaman dan pelajaran baru yang bisa diperoleh di negara masing-masing. Selalu jaga kesehatan dan jaga pola makan. Semoga puasa kita bermanfaat,” pungkasnya.
Ia yang sukses menyelesaikan pelatihan specified skilled worker kaiko di training center Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kini telah mendapat kontrak kerja selama 3 tahun di Hokkaido, Jepang.
Saat ini dia sedang menjalani puasa di sana dan ingin berbagi cerita menarik. Dina, sapaan akrabnya, menuturkan, ada banyak hal unik yang ia dapati selama Ramadan.
Meski Jepang bukan negara mayoritas bergama Islam, namun stasiun televisi di sana sering menayangkan berita-berita seputar Bulan Ramadan.
Misalnya saja terkait mengapa muslim berpuasa, apa yang harus dilakukan selama puasa, hingga larangan yang harus ditaati selama terbiat fajar hingga tenggelamnya matahari.
Ada satu hal yang ia rindukan dari Indonesia saat Ramadan, yakni suara azan yang menggema di setiap sudut kota. Di sana, azan kurang begitu terdengar, bahkan mungkin tidak ada. Hal itu menyulitkannya untuk mengetahui kapan waktu sahur dan berbuka.
“Beruntung kita sudah hidup di era teknologi yang maju. Saya biasanya cek aplikasi jadwal imsakiyah waktu setempat atau juga browsing di internet terkait waktu-waktu salat,” katanya melanjutkan.
Waktu menunggu berbuka adalah momen favoritnya. Setiap sore, Dina sering berburu bahan makanan ke toko dan supermarket terdekat. Sesekali juga menambah stok jajan untuk dikonsumsi malam hari. Apalagi ia memang menyukai makanan Jepang seperti mochi, dango, dan juga onigiri.
Tidak lupa, dia juga membagikan tips bagi warga muslim Indonesia yang ingin menyortir makanan halal selama di Jepang. Pertama, Dina menyarankan untuk menghindari makakan junkfood.
Kedua, yakni mempelajari huruf-huruf kanji yang berkaitan dengan arti babi karena akan sangat berguna untuk memilah makanan. Terakhir, yakni mencari tahu di internet makanan atau toko apa saja yang sudah halal.
“Ini adalah momen pertama saya berpuasa jauh dari tanah air. Ada sedihnya dan juga senangnya. Untuk teman-teman yang sedang di luar negeri, jangan sedih tidak bisa berpuasa di rumah bersama keluarga," terang Ardianeswari Putri.
"Saya yakin ada banyak pengalaman dan pelajaran baru yang bisa diperoleh di negara masing-masing. Selalu jaga kesehatan dan jaga pola makan. Semoga puasa kita bermanfaat,” pungkasnya.
(mpw)