Kisah Agustine Hutapea, Raih Penghargaan dari Jepang dan Lulus S2 Double Degree UGM
loading...
A
A
A
JAKARTA - UGM melangsungkan wisuda pascasarjana dengan meluluskan 1.533 mahasiswa . Salah satu yang menjadi sorotan adalah Agustine Hutapea.
Mahasiswa program Master Universitas Gadjah Mada (UGM) ini tersenyum lepas usai menerima ijazah pada Wisuda Pascasarjana UGM yang digelar di Grha Sabha Pramana itu.
Agustine pun menapaki turun dari panggung wisuda dengan sangat gembira. Kegembiraan itu menghiasi rasa bahagia Agustine Hutapea yang berhasil lulus master program double degree.
Selain berhasil lulus dari Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota UGM, Agustine juga lulus dari GRIPS National Graduate Institute for Policy Studies Tokyo Jepang.
Bahkan, saat wisuda Program Master di National Graduate Institue for Policy Studies Tokyo Jepang beberapa waktu lalu, ia pun tak menyangka mendapat penghargaan Director’s Award for Outstanding Academic Achievement.
Sebuah penghargaan yang diberikan untuk para mahasiswa berprestasi yang mampu menjalani studi dengan baik.
Baca juga: Program Doktor Biokimia Sekolah Pascasarjana IPB Buka Pendaftaran Tahun ini
“Heran saja, tidak tahu juga kriteria penilaiannya. Mengagetkan saja tiba-tiba dihubungi untuk mendapatkan Award dari Dekan Magister Economic Planning and Public Policy Program di Jepang," tuturnya, dikutip dari laman UGM, Sabtu (13/5/2023).
Tidak bisa menjawab secara pasti, Agustine mengira penghargaan yang diterimanya mungkin berkaitan program pendidikan master yang ia jalani berlangsung lancar dengan Indeks Prestasi Kumulatif yang lumayan bagus.
Namun dia juga berpikir jika penghargaan mahasiswa berprestasi itu ia terima karena tesis yang ia susun.
“Karena tesis saya sepertinya menjawab kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama terkait permasalahan krusial dalam pembangunan infrastruktur selama ini," ucapnya.
Melalui tesis berjudul Stakeholder Perspectives of TOD Project Failure (A Case Of The TOD Project in Pondok Cina), ia menjabarkan beberapa kegagalan suatu pembangunan infrastruktur dengan model baru yaitu model TOD (Transit Oriented Development).
Tanpa pemahaman mendalam soal TOD banyak yang salah kaprah dalam praktik pembangunan infrastruktur.
Baca juga: Kemenag Buka Pendaftaran Kuliah di Al-Azhar Mesir untuk Siswa dan Santri, Ini Ketentuannya
Dengan demikian, cukup wajar bila tidak sedikit yang gagal proyek. Untuk studi kasus, Agustine mengambil daerah penelitian di Pondok Cina Jakarta, daerah dimana ia tinggal.
TOD di Indonesia dinilainya tidak memiliki gambaran yang jelas dan tidak tahu sumber daya apa saja yang dibutuhkan.
“Berbeda dengan di Jepang, mereka sadar betul bahwa pembangunan yang besar harus berkelanjutan, butuh dana besar dan harus berkolaborasi," sebutnya.
Agustine tercatat lulus sarjana dari Universitas Indonesia Program Studi Administrasi Fiskal. Kini, ia bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Biro Perencanaan Keuangan, sebuah lembaga yang mengurusi kebutuhan para peneliti.
“Saya berharap setelah lulus program master ini bisa segera melanjutkan untuk studi tingkat doktoral," harap Agustina.
Mahasiswa program Master Universitas Gadjah Mada (UGM) ini tersenyum lepas usai menerima ijazah pada Wisuda Pascasarjana UGM yang digelar di Grha Sabha Pramana itu.
Agustine pun menapaki turun dari panggung wisuda dengan sangat gembira. Kegembiraan itu menghiasi rasa bahagia Agustine Hutapea yang berhasil lulus master program double degree.
Selain berhasil lulus dari Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota UGM, Agustine juga lulus dari GRIPS National Graduate Institute for Policy Studies Tokyo Jepang.
Bahkan, saat wisuda Program Master di National Graduate Institue for Policy Studies Tokyo Jepang beberapa waktu lalu, ia pun tak menyangka mendapat penghargaan Director’s Award for Outstanding Academic Achievement.
Sebuah penghargaan yang diberikan untuk para mahasiswa berprestasi yang mampu menjalani studi dengan baik.
Baca juga: Program Doktor Biokimia Sekolah Pascasarjana IPB Buka Pendaftaran Tahun ini
“Heran saja, tidak tahu juga kriteria penilaiannya. Mengagetkan saja tiba-tiba dihubungi untuk mendapatkan Award dari Dekan Magister Economic Planning and Public Policy Program di Jepang," tuturnya, dikutip dari laman UGM, Sabtu (13/5/2023).
Tidak bisa menjawab secara pasti, Agustine mengira penghargaan yang diterimanya mungkin berkaitan program pendidikan master yang ia jalani berlangsung lancar dengan Indeks Prestasi Kumulatif yang lumayan bagus.
Namun dia juga berpikir jika penghargaan mahasiswa berprestasi itu ia terima karena tesis yang ia susun.
“Karena tesis saya sepertinya menjawab kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama terkait permasalahan krusial dalam pembangunan infrastruktur selama ini," ucapnya.
Melalui tesis berjudul Stakeholder Perspectives of TOD Project Failure (A Case Of The TOD Project in Pondok Cina), ia menjabarkan beberapa kegagalan suatu pembangunan infrastruktur dengan model baru yaitu model TOD (Transit Oriented Development).
Tanpa pemahaman mendalam soal TOD banyak yang salah kaprah dalam praktik pembangunan infrastruktur.
Baca juga: Kemenag Buka Pendaftaran Kuliah di Al-Azhar Mesir untuk Siswa dan Santri, Ini Ketentuannya
Dengan demikian, cukup wajar bila tidak sedikit yang gagal proyek. Untuk studi kasus, Agustine mengambil daerah penelitian di Pondok Cina Jakarta, daerah dimana ia tinggal.
TOD di Indonesia dinilainya tidak memiliki gambaran yang jelas dan tidak tahu sumber daya apa saja yang dibutuhkan.
“Berbeda dengan di Jepang, mereka sadar betul bahwa pembangunan yang besar harus berkelanjutan, butuh dana besar dan harus berkolaborasi," sebutnya.
Agustine tercatat lulus sarjana dari Universitas Indonesia Program Studi Administrasi Fiskal. Kini, ia bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Biro Perencanaan Keuangan, sebuah lembaga yang mengurusi kebutuhan para peneliti.
“Saya berharap setelah lulus program master ini bisa segera melanjutkan untuk studi tingkat doktoral," harap Agustina.
(nnz)