Penyebab Banyak Lulusan Perguruan Tinggi Sulit Mendapat Kerja, Persaingan hingga Skill Tak Cocok
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ini sejumlah penjelasan kenapa banyak lulusan Perguruan Tinggi yang sulit terserap ke dunia kerja. Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus 2022. Sebanyak 7,99% atau sekitar 673.490 penganggur berasal dari lulusan universitas.
Kesulitan yang dirasakan lulusan untuk mencari kerja tidak hanya monopoli Indonesia saja, melainkan secara global. Sebuah survei baru terhadap 1.000 lulusan perguruan tinggi AS oleh situs ketenagakerjaan menunjukkan sekitar 45% lulusan tahun 2020 masih mencari pekerjaan.
Bagaimana menjelaskan hal ini? Apakah memang jebolan perguruan tinggi sangat sulit mendapatkan kerja? Atau memang lowongan lapangan kerjanya yang tidak banyak. Artikel kali akan mengulas faktor-faktor yang menyebabkan lulusan perguruan tinggi sulit mendapatkan kerja yang dihimpun dari berbagai sumber.
Menurut Jay Denton, kepala analis di ThinkWhy yang berbasis di Dallas, pencipta LaborIQ, beberapa juga berkaitan dengan ketidakcocokan pengalaman atau jurusan kuliah dengan keterampilan kerja.
Dia mengatakan jalur karier tertentu berkembang pesat dalam mempekerjakan lulusan selama pandemi seperti perawatan kesehatan, teknologi, firma hukum, dan keuangan. "Saat ini ada sekitar 9,2 juta pekerjaan terbuka di negara ini dan sayangnya ada ketidakcocokan. Beberapa keterampilan adalah ketidakcocokan pengalaman," katanya.
Proses melamar kerja pada era saat ini memang lebih mudah karena semua bisa dilakukan hanya dengan duduk dan tinggal menunggu undangan wawancara.
Namun untuk memahami lebih jauh, perekrut setiap hari menerima ratusan pelamar dengan resume yang sangat beragam. Mereka harus melihat dengan cepat dan bukan tak mungkin banyak lamaran yang dilewatkan.
Selain proses seleksi lamaran, banyak perusahaan juga berusaha untuk mempekerjakan individu yang berpengalaman di bidangnya. Pada saat yang sama, mereka menghindari pekerja yang lebih tua yang berarti mereka mencoba menarik diri dari kelompok populasi terkecil.
Para peneliti telah mengungkap beberapa alasan lulusan perguruan tinggi kesulitan mencari pekerjaan. Mereka menemukan bahwa beberapa siswa setelah lulus tidak tertarik atau menyesal dengan jurusan mereka. Lulusan seringkali hanya mempertimbangkan gaji yang besar dan peluang karier yang luas, padahal itu tidak cocok dengan keterampilannya.
Pekerja membutuhkan banyak magang, atau koneksi untuk menyiasati proses aplikasi lamaran yang rumit. Sayangnya, tidak semua orang memiliki akses ke keuntungan tersebut dan akibatnya para pekerja pemula banyak yang tertinggal.
Pasar magang yang terus berkembang pesat juga berarti semakin banyak anak muda yang menyempurnakan resume mereka bahkan sebelum mereka meninggalkan universitas.
Kesulitan yang dirasakan lulusan untuk mencari kerja tidak hanya monopoli Indonesia saja, melainkan secara global. Sebuah survei baru terhadap 1.000 lulusan perguruan tinggi AS oleh situs ketenagakerjaan menunjukkan sekitar 45% lulusan tahun 2020 masih mencari pekerjaan.
Bagaimana menjelaskan hal ini? Apakah memang jebolan perguruan tinggi sangat sulit mendapatkan kerja? Atau memang lowongan lapangan kerjanya yang tidak banyak. Artikel kali akan mengulas faktor-faktor yang menyebabkan lulusan perguruan tinggi sulit mendapatkan kerja yang dihimpun dari berbagai sumber.
Sejumlah Faktor Penyebab Banyak Lulusan Universitas Kesulitan Mendapat Pekerjaan
1. Pengalaman dan Keterampilan Kerja yang Dibutuhkan Tidak Cocok
Menurut Jay Denton, kepala analis di ThinkWhy yang berbasis di Dallas, pencipta LaborIQ, beberapa juga berkaitan dengan ketidakcocokan pengalaman atau jurusan kuliah dengan keterampilan kerja.
Dia mengatakan jalur karier tertentu berkembang pesat dalam mempekerjakan lulusan selama pandemi seperti perawatan kesehatan, teknologi, firma hukum, dan keuangan. "Saat ini ada sekitar 9,2 juta pekerjaan terbuka di negara ini dan sayangnya ada ketidakcocokan. Beberapa keterampilan adalah ketidakcocokan pengalaman," katanya.
2. Sistem Perekrutan
Proses melamar kerja pada era saat ini memang lebih mudah karena semua bisa dilakukan hanya dengan duduk dan tinggal menunggu undangan wawancara.
Namun untuk memahami lebih jauh, perekrut setiap hari menerima ratusan pelamar dengan resume yang sangat beragam. Mereka harus melihat dengan cepat dan bukan tak mungkin banyak lamaran yang dilewatkan.
Selain proses seleksi lamaran, banyak perusahaan juga berusaha untuk mempekerjakan individu yang berpengalaman di bidangnya. Pada saat yang sama, mereka menghindari pekerja yang lebih tua yang berarti mereka mencoba menarik diri dari kelompok populasi terkecil.
3. Penyesalan Terhadap Jurusan
Para peneliti telah mengungkap beberapa alasan lulusan perguruan tinggi kesulitan mencari pekerjaan. Mereka menemukan bahwa beberapa siswa setelah lulus tidak tertarik atau menyesal dengan jurusan mereka. Lulusan seringkali hanya mempertimbangkan gaji yang besar dan peluang karier yang luas, padahal itu tidak cocok dengan keterampilannya.
4. Persaingan Kerja di Tingkat Pemula
Pekerjaan tingkat pemula saat ini bukan untuk orang yang baru saja memasuki dunia kerja. Melainkan untuk orang-orang yang sudah memiliki pengalaman terlebih dahulu sejak di bangku kuliah.Pekerja membutuhkan banyak magang, atau koneksi untuk menyiasati proses aplikasi lamaran yang rumit. Sayangnya, tidak semua orang memiliki akses ke keuntungan tersebut dan akibatnya para pekerja pemula banyak yang tertinggal.
Pasar magang yang terus berkembang pesat juga berarti semakin banyak anak muda yang menyempurnakan resume mereka bahkan sebelum mereka meninggalkan universitas.
(wyn)