Kuliah Tamu di Presuniv, Dubes Ukraina Bahas Pentingnya Bahasa
loading...
A
A
A
BEKASI - Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Ukraina di Indonesia Dr Vasyl Hamianin menghadiri President University Ambassador Lecture. Kuliah tamu ini merupakan hasil kerja sama Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional dan Prodi Hukum, Fakultas Humaniora, President University (Presuniv).
Dubes Hamianin menyampaikan kuliah tamu dengan topik Cultural Interactions between Ukraine and Indonesia: Ukrainian Interests in Studying Indonesian and Bahasa Indonesia. Dubes Hamianin menekankan tentang pentingnya bahasa sebagai media komunikasi. “Mengapa kita harus mau belajar bahasa negara lain? Itu karena bahasa dapat menjadi alat dalam pertukaran budaya,” katanya.
Dengan memahami bahasa negara lain, lanjut Hamianin, itu artinya kita mau menjadikan budaya negara lain sebagai bagian dari diri kita. “Jadi, memahami bahasa negara lain adalah salah satu kunci dalam membangun kerja sama antarbangsa,” ujarnya.
Selain bahasa, penting bagi Indonesia dan Ukraina untuk saling memahami kekayaan budaya yang ada di dua negara tersebut, termasuk dalam bidang seni. “Seni itu cakupannya luas. Ada seni lukis, musik, tarian, termasuk berbagai kebiasaannya. Penting bagi bangsa Indonesia dan Ukraina untuk saling memahami kekayaan budaya semacam ini,” tuturnya.
Dubes Hamianin juga mengungkapkan bahwa dia mempelajari tokoh-tokoh pahlawan Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan bangsanya. “Saya belajar tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dan para pahlawan lainnya,” ungkapnya.
Program Manager Hubungan Internasional untuk India dan Indonesia di Ukranian Institute Yuliia Mykulych menjelaskan tentang The Ukrainian Institute. Dia merupakan doktor pertama tentang Indonesia di Ukraina .
“Lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Luar Negeri Ukraina. Salah satu tugas dari The Ukrainian Institute adalah membangun kerja sama dengan berbagai negara di dunia dalam bidang kebudayaan, bahasa dan pendidikan,” ujarnya.
Yuliia kemudian menceritakan pengalamannya tinggal selama enam bulan di Indonesia. “Saya mengikuti program Darmasiswa di Universitas Padjadjaran, Bandung,” ungkapnya.
Darmawasiswa adalah program beasiswa dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Beasiswa ini ditujukan bagi mahasiswa asing dari berbagai negara yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Selama di Indonesia, mahasiswa asing tersebut akan belajar bahasa, seni dan budaya Indonesia. “Saya suka selama tinggal di Bandung. Saya suka kebudayaan Sunda, suka makanan dan musiknya, seperti angklung,” paparnya.
Selama kuliah tamu, Yuliia memaparkan sejumlah kesamaan antara Indonesia dengan Ukraina. Indonesia dan Ukraina sama-sama harus berjuang untuk mendapatkan kemerdekaannya. Indonesia harus berjuang menghadapi Belanda dan Jepang.
”Saat ini Indonesia sudah merdeka, menjadi negara demokrasi, memiliki keragaman etnis, budaya dan Bhinneka Tunggal Ika. Begitu pula dengan Ukraina yang memiliki beragam etnis, seni, bahasa serta budaya, dan saat ini tengah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaannya,” tuturnya.
Rektor Presuniv Handa S Abidin Handa memuji Dubes Hamianin sebagai seorang Indonesianis. ”Dia lancar berbahasa Indonesia. Ia juga memahami budaya Indonesia, dan bahkan puisi-puisinya,” katanya.
Lihat Juga: Seminar BSKLN: Strategi Pengembangan Jurnal Hubungan Luar Negeri sebagai Media Diplomasi
Dubes Hamianin menyampaikan kuliah tamu dengan topik Cultural Interactions between Ukraine and Indonesia: Ukrainian Interests in Studying Indonesian and Bahasa Indonesia. Dubes Hamianin menekankan tentang pentingnya bahasa sebagai media komunikasi. “Mengapa kita harus mau belajar bahasa negara lain? Itu karena bahasa dapat menjadi alat dalam pertukaran budaya,” katanya.
Dengan memahami bahasa negara lain, lanjut Hamianin, itu artinya kita mau menjadikan budaya negara lain sebagai bagian dari diri kita. “Jadi, memahami bahasa negara lain adalah salah satu kunci dalam membangun kerja sama antarbangsa,” ujarnya.
Selain bahasa, penting bagi Indonesia dan Ukraina untuk saling memahami kekayaan budaya yang ada di dua negara tersebut, termasuk dalam bidang seni. “Seni itu cakupannya luas. Ada seni lukis, musik, tarian, termasuk berbagai kebiasaannya. Penting bagi bangsa Indonesia dan Ukraina untuk saling memahami kekayaan budaya semacam ini,” tuturnya.
Dubes Hamianin juga mengungkapkan bahwa dia mempelajari tokoh-tokoh pahlawan Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan bangsanya. “Saya belajar tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dan para pahlawan lainnya,” ungkapnya.
Program Manager Hubungan Internasional untuk India dan Indonesia di Ukranian Institute Yuliia Mykulych menjelaskan tentang The Ukrainian Institute. Dia merupakan doktor pertama tentang Indonesia di Ukraina .
“Lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Luar Negeri Ukraina. Salah satu tugas dari The Ukrainian Institute adalah membangun kerja sama dengan berbagai negara di dunia dalam bidang kebudayaan, bahasa dan pendidikan,” ujarnya.
Yuliia kemudian menceritakan pengalamannya tinggal selama enam bulan di Indonesia. “Saya mengikuti program Darmasiswa di Universitas Padjadjaran, Bandung,” ungkapnya.
Darmawasiswa adalah program beasiswa dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Beasiswa ini ditujukan bagi mahasiswa asing dari berbagai negara yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Selama di Indonesia, mahasiswa asing tersebut akan belajar bahasa, seni dan budaya Indonesia. “Saya suka selama tinggal di Bandung. Saya suka kebudayaan Sunda, suka makanan dan musiknya, seperti angklung,” paparnya.
Selama kuliah tamu, Yuliia memaparkan sejumlah kesamaan antara Indonesia dengan Ukraina. Indonesia dan Ukraina sama-sama harus berjuang untuk mendapatkan kemerdekaannya. Indonesia harus berjuang menghadapi Belanda dan Jepang.
”Saat ini Indonesia sudah merdeka, menjadi negara demokrasi, memiliki keragaman etnis, budaya dan Bhinneka Tunggal Ika. Begitu pula dengan Ukraina yang memiliki beragam etnis, seni, bahasa serta budaya, dan saat ini tengah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaannya,” tuturnya.
Rektor Presuniv Handa S Abidin Handa memuji Dubes Hamianin sebagai seorang Indonesianis. ”Dia lancar berbahasa Indonesia. Ia juga memahami budaya Indonesia, dan bahkan puisi-puisinya,” katanya.
Lihat Juga: Seminar BSKLN: Strategi Pengembangan Jurnal Hubungan Luar Negeri sebagai Media Diplomasi
(poe)