Penurunan Kognitif Atau Pola Pikir Umum Dialami Lansia, Ini Tips Edukatifnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ini tips dan cara mempertahankan pola pikir atau faktor kognitif lansia tetap terjaga. Secara global, penduduk dunia tengah mengalami tren “ageing population”, dimana jumlah populasi lansia terus meningkat. Di Indonesia, total persentase populasi warga lansia mencapai 11.75% di tahun 2023, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 10.48%.
Hal ini berarti 1 dari 10 orang di Indonesia adalah seorang lansia, yang mengalami berbagai perubahan, jasmani dan rohani, dalam kehidupan sehari – harinya. Salah satu perubahan yang umum terjadi pada lansia adalah perubahan daya pikir atau kognitif. Direktur Usia Produktif dan Usia Lanjut Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr. Nida Rohmawati, MPH mengakui, salah satu perubahan seseorang saat memasuki usia lansia adalah perubahan daya kognitif atau pola pemikiran.
“Contohnya perubahan soal daya ingat. Misalnya saat baca menggunakan kaca mata, terkadag mereka lupa menaruh kaca matanya dimana,” ujar Nida dalam acara Takl Show Media Gathering & Show Update SENIOR EXPO 2024 di Jakarta, Kamis (11/7/2024)
Selain Nida, hadir sebagai nara sumber talk show yakni Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Integrasi Puskes TNI, dr Tanto Budhiharto, Dr.dr Kuntjoro Harimurti, SpPD-KGer, MSc (Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia), dr Grace Walandauw (Dokter dari RS Siloam Agora), dan Anita Hutagalung (Ketua Umum Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia/PERWATUSI)
Lalu apa yang bisa dilakukan agar perubahan aspek kognitif lansia tersebut tidak semakin menurun? Nida memaparkan, pemerintah dengan Permenkes No 6 Tahun 2024 telah mengatur tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan bagi warga lansia.
Standar pelayanan minimal ini mencakup edukasi perilaku hidup bersih dan sehat, serta skrining faktor risiko seperti pengukuran tekanan darah, gula darah, dan lainnya di mana hasil skrining akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lanjutan atau melakukan rujukan atau memberikan penyuluhan kesehatan yang sesuai.Selain soal standar pelayanan minimal, Nida membagikan tips khusus bagi lansia untuk tetap menjaga aspek kognitifnya.
“Dalam menjaga kesehatannya, penting bagi seorang lansia untuk juga memiliki gaya hidup yang aktif, dalam hal ini, berolah raga secara rutin dan teratur, lanjut Nida. Selain faktor kognitif yang menurun, perubahan umum lain yang terjadi pada lansia adalah penurunan kondisi fisik, berkurangnya aktivitas dan kegiatan yang akhirnya juga memicu perubahan secara psikologis dan mental.
Salah satu kondisi kesehatan dengan prevalensi tinggi pada lansia adalah osteoporosis, terutama paling sering terjadi pada wanita. Data Kemenkes RI mencatat prevalensi osteoporosis di Indonesia adalah 23% pada wanita usia 50 – 80 tahun dan lebih dari dua kali lipat, yaitu 53% pada wanita berusia 80 tahun ke atas.
“Tulang yang sehat adalah harta yang berharga, terutama bagi kaum lansia. Kami di Perwatusi memiliki visi untuk Indonesia melawan osteoporosis. Bagi warga lansia, kami merancang program senam yang dapat dilakukan dengan mudah oleh para warga lansia dari rumah.” kata Anita Hutagalung, Ketua Umum Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia – PERWATUSI.
Sementara itu jumlah populasi lansia yang cukup signifikan di Indonesia ini tentunya menimbulkan segmen tersendiri baik dari segi akses pada pelayanan kesehatan, nutrisi, olah raga, serta berbagai produk dan layanan yang menunjang peningkatan kualitas hidup kaum lansia.
“Sebagai sebuah kegiatan pameran yang menghadirkan produk dan layanan khusus bagi kesehatan dan kebugaran lansia, SENIOR EXPO diselenggarakan sebagai wadah bagi industri untuk memperkenalkan produk dan layanannya, untuk berinteraksi dengan buyers dan users, warga lansia, keluarganya dan caregivernya,.” kata Teddy Halim, Direktur PT Media Artha Sentosa, penyelenggara SENIOR EXPO.
Hal ini berarti 1 dari 10 orang di Indonesia adalah seorang lansia, yang mengalami berbagai perubahan, jasmani dan rohani, dalam kehidupan sehari – harinya. Salah satu perubahan yang umum terjadi pada lansia adalah perubahan daya pikir atau kognitif. Direktur Usia Produktif dan Usia Lanjut Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr. Nida Rohmawati, MPH mengakui, salah satu perubahan seseorang saat memasuki usia lansia adalah perubahan daya kognitif atau pola pemikiran.
“Contohnya perubahan soal daya ingat. Misalnya saat baca menggunakan kaca mata, terkadag mereka lupa menaruh kaca matanya dimana,” ujar Nida dalam acara Takl Show Media Gathering & Show Update SENIOR EXPO 2024 di Jakarta, Kamis (11/7/2024)
Selain Nida, hadir sebagai nara sumber talk show yakni Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Integrasi Puskes TNI, dr Tanto Budhiharto, Dr.dr Kuntjoro Harimurti, SpPD-KGer, MSc (Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia), dr Grace Walandauw (Dokter dari RS Siloam Agora), dan Anita Hutagalung (Ketua Umum Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia/PERWATUSI)
Lalu apa yang bisa dilakukan agar perubahan aspek kognitif lansia tersebut tidak semakin menurun? Nida memaparkan, pemerintah dengan Permenkes No 6 Tahun 2024 telah mengatur tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan bagi warga lansia.
Standar pelayanan minimal ini mencakup edukasi perilaku hidup bersih dan sehat, serta skrining faktor risiko seperti pengukuran tekanan darah, gula darah, dan lainnya di mana hasil skrining akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lanjutan atau melakukan rujukan atau memberikan penyuluhan kesehatan yang sesuai.Selain soal standar pelayanan minimal, Nida membagikan tips khusus bagi lansia untuk tetap menjaga aspek kognitifnya.
“Dalam menjaga kesehatannya, penting bagi seorang lansia untuk juga memiliki gaya hidup yang aktif, dalam hal ini, berolah raga secara rutin dan teratur, lanjut Nida. Selain faktor kognitif yang menurun, perubahan umum lain yang terjadi pada lansia adalah penurunan kondisi fisik, berkurangnya aktivitas dan kegiatan yang akhirnya juga memicu perubahan secara psikologis dan mental.
Salah satu kondisi kesehatan dengan prevalensi tinggi pada lansia adalah osteoporosis, terutama paling sering terjadi pada wanita. Data Kemenkes RI mencatat prevalensi osteoporosis di Indonesia adalah 23% pada wanita usia 50 – 80 tahun dan lebih dari dua kali lipat, yaitu 53% pada wanita berusia 80 tahun ke atas.
“Tulang yang sehat adalah harta yang berharga, terutama bagi kaum lansia. Kami di Perwatusi memiliki visi untuk Indonesia melawan osteoporosis. Bagi warga lansia, kami merancang program senam yang dapat dilakukan dengan mudah oleh para warga lansia dari rumah.” kata Anita Hutagalung, Ketua Umum Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia – PERWATUSI.
Sementara itu jumlah populasi lansia yang cukup signifikan di Indonesia ini tentunya menimbulkan segmen tersendiri baik dari segi akses pada pelayanan kesehatan, nutrisi, olah raga, serta berbagai produk dan layanan yang menunjang peningkatan kualitas hidup kaum lansia.
“Sebagai sebuah kegiatan pameran yang menghadirkan produk dan layanan khusus bagi kesehatan dan kebugaran lansia, SENIOR EXPO diselenggarakan sebagai wadah bagi industri untuk memperkenalkan produk dan layanannya, untuk berinteraksi dengan buyers dan users, warga lansia, keluarganya dan caregivernya,.” kata Teddy Halim, Direktur PT Media Artha Sentosa, penyelenggara SENIOR EXPO.
(wyn)