Bukan Hanya Hiburan, Game Digital Bisa Memengaruhi Cara Berkomunikasi Siswa
loading...
A
A
A
LAMPUNG TENGAH - Game memengaruhi musik, mode, dan bahkan cara kita berkomunikasi satu sama lain. Game telah menjadi bahasanya sendiri, dengan istilah dan bahasa gaulnya. Salah satu dampak paling signifikan yang dimiliki game dan e-Sport terhadap budaya kita adalah kemampuannya untuk menyatukan orang-orang.
”Game merupakan hiburan interaktif yang melibatkan pemain dalam tantangan dan cerita yang dibangun oleh pengembang,” tutur tenaga pendidik SMPN 2 Seputih Agung, Lampung Tengah Lica Dewi Septiana, dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (19/9/2024).
Dewi mengatakan, ada berbagai jenis game, seperti game konsol, game PC, mobile games, dan virtual reality (VR) games. Berbeda dengan e-Sports, game biasanya dimainkan untuk hiburan pribadi atau kelompok. Sedangkan e-Sports, untuk berkompetisi yang bersifat profesional dengan hadiah dan pengakuan global.
”E-Sports merupakan kompetisi game profesional, melibatkan pemain atau tim yang bersaing di game tertentu di depan audiens, baik secara online maupun offline. E-Sport kini dianggap sebagai cabang olahraga modern,” jelas Lica Dewi Septiana dalam diskusi online bertajuk ”Tren Game dan e-Sports di Era Digital”.
Menurut Dewi, e-Sport atau olahraga elektronik biasanya berupa suatu kompetisi video game yang dilakukan secara profesional. Para pemain bertanding secara individu atau tim untuk memperebutkan gelar juara atau hadiah yang sangat menggiurkan.
”Tren game di era digital mengalami pertumbuhan sebagai industri game, dan berkembang pesat dengan peningkatan teknologi digital. Pendapatan dari industri game mencapai miliaran dolar per tahun, dengan tren mobile gaming menjadi yang paling dominan, seperti PUBG mobile, Free Fire, dan Mobile Legends,” ujar Lica.
Dewi menambahkan, e-Sports di Indonesia memiliki peluang prestasi sekaligus mendorong industri kreatif. Sudah banyak tim e-Sports yang mengukir prestasi, bahkan di tingkat dunia.
”Menjadi atlet e-Sports adalah salah satu cita-cita generasi muda Indonesia yang sudah mengenal permainan game digital sejak kecil, seperti Mobile Legends dan lainnya,” pungkas Lica di hadapan pelajar yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Pegiat literasi digital Indonesia Moh. Rouf Azizi menuturkan, e-Sport bukan sekadar sebuah game permainan. Selain ada arena pertandingan, e-Sports butuh taktik level tinggi permainan yang mengandalkan kemampuan motorik, sehingga memacu detak jantung tinggi.
”E-Sports menjadi gandrungan baru anak muda, lantaran melahirkan profesi ebagai atlet (e-Sports), pelatih tim, caster (komentator), analis pertandingan, kreator konten, maupun tim manajer,” rinci Moh. Rouf Azizi.
Sedangkan dosen dan praktisi bisnis digital Riyanto mengatakan, era digital menuntut kemampuan literasi digital yang baik, termasuk dalam bermain game. Ini karena keamanan digital penting untuk melindungi diri dan informasi pribadi saat beraktivitas online.
”Ada berbagai jenis ancaman, yakni: cheat atau mod illegal, phishing atau penipuan akun, aplikasi pihak ketiga yang tidak resmi, pembelian dalam aplikasi yang mencurigakan, permintaan informasi pribadi dari pemain lain, penipuan atau scam dalam jual beli item game, dan Malware dari unduhan game tidak resmi,”ujarnya.
”Game merupakan hiburan interaktif yang melibatkan pemain dalam tantangan dan cerita yang dibangun oleh pengembang,” tutur tenaga pendidik SMPN 2 Seputih Agung, Lampung Tengah Lica Dewi Septiana, dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (19/9/2024).
Dewi mengatakan, ada berbagai jenis game, seperti game konsol, game PC, mobile games, dan virtual reality (VR) games. Berbeda dengan e-Sports, game biasanya dimainkan untuk hiburan pribadi atau kelompok. Sedangkan e-Sports, untuk berkompetisi yang bersifat profesional dengan hadiah dan pengakuan global.
”E-Sports merupakan kompetisi game profesional, melibatkan pemain atau tim yang bersaing di game tertentu di depan audiens, baik secara online maupun offline. E-Sport kini dianggap sebagai cabang olahraga modern,” jelas Lica Dewi Septiana dalam diskusi online bertajuk ”Tren Game dan e-Sports di Era Digital”.
Menurut Dewi, e-Sport atau olahraga elektronik biasanya berupa suatu kompetisi video game yang dilakukan secara profesional. Para pemain bertanding secara individu atau tim untuk memperebutkan gelar juara atau hadiah yang sangat menggiurkan.
”Tren game di era digital mengalami pertumbuhan sebagai industri game, dan berkembang pesat dengan peningkatan teknologi digital. Pendapatan dari industri game mencapai miliaran dolar per tahun, dengan tren mobile gaming menjadi yang paling dominan, seperti PUBG mobile, Free Fire, dan Mobile Legends,” ujar Lica.
Dewi menambahkan, e-Sports di Indonesia memiliki peluang prestasi sekaligus mendorong industri kreatif. Sudah banyak tim e-Sports yang mengukir prestasi, bahkan di tingkat dunia.
”Menjadi atlet e-Sports adalah salah satu cita-cita generasi muda Indonesia yang sudah mengenal permainan game digital sejak kecil, seperti Mobile Legends dan lainnya,” pungkas Lica di hadapan pelajar yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Pegiat literasi digital Indonesia Moh. Rouf Azizi menuturkan, e-Sport bukan sekadar sebuah game permainan. Selain ada arena pertandingan, e-Sports butuh taktik level tinggi permainan yang mengandalkan kemampuan motorik, sehingga memacu detak jantung tinggi.
”E-Sports menjadi gandrungan baru anak muda, lantaran melahirkan profesi ebagai atlet (e-Sports), pelatih tim, caster (komentator), analis pertandingan, kreator konten, maupun tim manajer,” rinci Moh. Rouf Azizi.
Sedangkan dosen dan praktisi bisnis digital Riyanto mengatakan, era digital menuntut kemampuan literasi digital yang baik, termasuk dalam bermain game. Ini karena keamanan digital penting untuk melindungi diri dan informasi pribadi saat beraktivitas online.
”Ada berbagai jenis ancaman, yakni: cheat atau mod illegal, phishing atau penipuan akun, aplikasi pihak ketiga yang tidak resmi, pembelian dalam aplikasi yang mencurigakan, permintaan informasi pribadi dari pemain lain, penipuan atau scam dalam jual beli item game, dan Malware dari unduhan game tidak resmi,”ujarnya.
(wyn)