Kurang Diminati Mahasiswa, Prodi Akidah dan Filsafat Islam Diusulkan Masuk Mapel Sekolah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan seluruh Program Studi Akidah dan Filsafat Islam (AFI) se-Indonesia sukses digelar di Hotel Jayakarta, Bandung. Simposium tahunan ini dihadiri oleh 75 Ketua dan Sekretaris Prodi AFI dari seluruh Indonesia.
Dengan tema "Internasionalisasi Prodi AFI", simposium kali ini menyoroti pentingnya pengembangan Prodi AFI agar lebih terhubung dengan universitas-universitas internasional dalam rumpun keilmuan yang sama.
Baca juga: Seruan Kebangsaan Alumni Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Seluruh Indonesia
Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. Dadan Rusmana, membuka acara dengan memberikan apresiasi terhadap kehadiran para pemikir dari kampus-kampus Islam negeri dan swasta.
Ia menekankan pentingnya peran para pemikir keislaman dalam memberikan kontribusi substansial bagi pembangunan bangsa, serta harapan agar pemikiran moderat Islam Indonesia dapat diangkat ke kancah internasional demi menciptakan perdamaian dunia.
Ketua Asosiasi Prodi AFI Kholid Al Walid dalam sambutannya mengungkapkan dua tantangan besar yang dihadapi Prodi AFI. Tantangan pertama adalah kurangnya minat terhadap Prodi AFI di beberapa kampus, kecuali di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kholid menekankan perlunya strategi khusus untuk meningkatkan minat mahasiswa dan memperluas peluang kerja bagi para alumni. Salah satu upaya yang diusulkan adalah memasukkan filsafat sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah menengah, sehingga siswa lebih mengenal filsafat dan tertarik melanjutkan pendidikan di Prodi AFI.
Tantangan kedua yang dihadapi bersifat eksternal, yaitu kondisi bangsa yang terjebak dalam pola pragmatis dan politik praktis. Menurut Kholid, isu-isu substantif seperti nilai moderasi dan penanaman Pancasila dalam pendidikan cenderung terabaikan dalam diskursus publik saat ini.
Selain itu, simposium ini juga membahas penguatan kurikulum, penelitian bersama, serta upaya membangun jaringan internasional. Para peserta berharap agar dosen, mahasiswa, dan alumni Prodi AFI dapat lebih aktif berperan di tingkat nasional dengan menawarkan pemikiran-pemikiran baru yang segar dan mencerdaskan bagi bangsa Indonesia.
Acara ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam pengembangan Prodi AFI dan kontribusinya dalam menjawab tantangan-tantangan pendidikan dan sosial di Indonesia serta dunia internasional.
Dengan tema "Internasionalisasi Prodi AFI", simposium kali ini menyoroti pentingnya pengembangan Prodi AFI agar lebih terhubung dengan universitas-universitas internasional dalam rumpun keilmuan yang sama.
Baca juga: Seruan Kebangsaan Alumni Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Seluruh Indonesia
Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. Dadan Rusmana, membuka acara dengan memberikan apresiasi terhadap kehadiran para pemikir dari kampus-kampus Islam negeri dan swasta.
Ia menekankan pentingnya peran para pemikir keislaman dalam memberikan kontribusi substansial bagi pembangunan bangsa, serta harapan agar pemikiran moderat Islam Indonesia dapat diangkat ke kancah internasional demi menciptakan perdamaian dunia.
Ketua Asosiasi Prodi AFI Kholid Al Walid dalam sambutannya mengungkapkan dua tantangan besar yang dihadapi Prodi AFI. Tantangan pertama adalah kurangnya minat terhadap Prodi AFI di beberapa kampus, kecuali di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kholid menekankan perlunya strategi khusus untuk meningkatkan minat mahasiswa dan memperluas peluang kerja bagi para alumni. Salah satu upaya yang diusulkan adalah memasukkan filsafat sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah menengah, sehingga siswa lebih mengenal filsafat dan tertarik melanjutkan pendidikan di Prodi AFI.
Tantangan kedua yang dihadapi bersifat eksternal, yaitu kondisi bangsa yang terjebak dalam pola pragmatis dan politik praktis. Menurut Kholid, isu-isu substantif seperti nilai moderasi dan penanaman Pancasila dalam pendidikan cenderung terabaikan dalam diskursus publik saat ini.
Selain itu, simposium ini juga membahas penguatan kurikulum, penelitian bersama, serta upaya membangun jaringan internasional. Para peserta berharap agar dosen, mahasiswa, dan alumni Prodi AFI dapat lebih aktif berperan di tingkat nasional dengan menawarkan pemikiran-pemikiran baru yang segar dan mencerdaskan bagi bangsa Indonesia.
Acara ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam pengembangan Prodi AFI dan kontribusinya dalam menjawab tantangan-tantangan pendidikan dan sosial di Indonesia serta dunia internasional.
(nnz)