Antisipasi Wabah, DPD Usul Materi Bencana Nonalam Masuk Kurikulum Pendidikan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) mengusulkan, agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memasukan materi kebencanaan nonalam dalam kurikulum. Antisipasi munculnya wabah penyakit seperti yang saat ini sedang terjadi di seluruh dunia.
Anggota DPD RI Fahira Idris mengatakan bencana nonalam, seperti Covid-19 atau virus Corona, merupakan ancaman nyata yang bisa hadir kapan pun. Untuk itu, perlu pendidikan tentang mitigasi bencana alam dan nonalam sejak usia dini.
Selama ini, pendidikan lebih fokus pada mitigasi mengenai bencana alam. Semua pihak lupa akan adanya ancaman wabah penyakit yang bisa merontokkan seluruh sendi kehidupan. Pandemi Covid-19 ini membuat semua pihak pontang-panting untuk mengatasinya.
"Walau mungkin wabah penyakit intensitasnya tidak seperti bencana alam, tetap harus menjadi bahasan penting dalam penyusunan kurikulum bencana. Ini penting agar ke depan kita lebih siap menghadapi ancaman penyakit," tutur Fahira Idris dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (4/5/2020).
(Baca juga: Hikmah dari Covid-19, Dunia Pendidikan Penuh Inovasi)
Secara geologis, geomorfologis, dan geografi, Indonesia merupakan negara rawan bencana. Berbagai bencana kerap menghantam, seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, angina puting beliung, dan kekeringan.
Pandemi Covid-19 menyadarkan seluruh dunia tentang bahaya besar bencana nonalam. Dalam kurun waktu enam bulan, lebih dari 3,4 juta orang terpapar Covid-19 dan 240 ribu orang meninggal dunia.
Fahira mendesak pemerintah, segera membuat formulasi tentang mitigasi bencana nonalam. Ia menyebut bencana nonalam lain yang mengancam Indonesia adalah gagal teknologi dan modernisasi.
Generasi bangsa harus memiliki pengetahuan dan wawasan dalam bertindak preventif, respon ketika bencana datang, dan pemulihan. Mereka perlu dilatih untuk mampu berpikir dan bertindak cepat, serta akurat dalam menghadapi bencana.
"Poin penting lainnya yang hendak dituju adalah membangun sikap empati terhadap korban bencana atau mereka yang terserang wabah penyakit. Nantinya, mereka sigap membantu dan punya kemampuan menggalang solidaritas," pungkasnya.
Anggota DPD RI Fahira Idris mengatakan bencana nonalam, seperti Covid-19 atau virus Corona, merupakan ancaman nyata yang bisa hadir kapan pun. Untuk itu, perlu pendidikan tentang mitigasi bencana alam dan nonalam sejak usia dini.
Selama ini, pendidikan lebih fokus pada mitigasi mengenai bencana alam. Semua pihak lupa akan adanya ancaman wabah penyakit yang bisa merontokkan seluruh sendi kehidupan. Pandemi Covid-19 ini membuat semua pihak pontang-panting untuk mengatasinya.
"Walau mungkin wabah penyakit intensitasnya tidak seperti bencana alam, tetap harus menjadi bahasan penting dalam penyusunan kurikulum bencana. Ini penting agar ke depan kita lebih siap menghadapi ancaman penyakit," tutur Fahira Idris dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (4/5/2020).
(Baca juga: Hikmah dari Covid-19, Dunia Pendidikan Penuh Inovasi)
Secara geologis, geomorfologis, dan geografi, Indonesia merupakan negara rawan bencana. Berbagai bencana kerap menghantam, seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, angina puting beliung, dan kekeringan.
Pandemi Covid-19 menyadarkan seluruh dunia tentang bahaya besar bencana nonalam. Dalam kurun waktu enam bulan, lebih dari 3,4 juta orang terpapar Covid-19 dan 240 ribu orang meninggal dunia.
Fahira mendesak pemerintah, segera membuat formulasi tentang mitigasi bencana nonalam. Ia menyebut bencana nonalam lain yang mengancam Indonesia adalah gagal teknologi dan modernisasi.
Generasi bangsa harus memiliki pengetahuan dan wawasan dalam bertindak preventif, respon ketika bencana datang, dan pemulihan. Mereka perlu dilatih untuk mampu berpikir dan bertindak cepat, serta akurat dalam menghadapi bencana.
"Poin penting lainnya yang hendak dituju adalah membangun sikap empati terhadap korban bencana atau mereka yang terserang wabah penyakit. Nantinya, mereka sigap membantu dan punya kemampuan menggalang solidaritas," pungkasnya.
(maf)