Kemenag Tegaskan ke Kanwil, Tatakelola Pendidikan Islam Butuh ASN Berintegritas

Minggu, 25 Oktober 2020 - 18:11 WIB
loading...
Kemenag Tegaskan ke Kanwil, Tatakelola Pendidikan Islam Butuh ASN Berintegritas
Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani saat memberikan pembinaan di Kanwil Kemenag Sumsel, Jumat (23/10). Foto/Dok/Humas Kemenag
A A A
JAKARTA - Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani menegaskan bahwa pengelolaan pendidikan Islam membutuhkan integritas. Nilai-nilai baik tidak bisa diajarkan jika tidak didasari integritas.

Pesan ini disampaikan Ali Ramdhani saat memberikan pembinaan di Kanwil Kemenag Sumsel, Jumat (23/10). Dalam kesempatan itu, Ali Ramdhani mengulas lima nilai budaya kerja Kementerian Agama.

“Untuk membangun Pendis yang kuat butuh nilai integritas. Kita tidak bisa mengajarkan yang baik apabila tidak punya integritas,” tegasnya. (Baca juga: Dirjen Pendis Kampanyekan Komitmen Moderasi Beragama di PTKIN )

Selain integritas, kata pria yang akrab disapa Dhani, juga dibutuhkan profesionalitas. Yaitu, nilai yang mengantarkan segala sesuatu berdasarkan keilmuan yang tepat.

Hal penting lainnya dalam membangun Pendidikan Islam adalah inovasi. Dhani menggarisbawahi makna inovasi tidak hanya temuan baru, namun juga mencari sesuatu yang baru dengan mempertahankan nilai-nilai baik yang sudah ada. (Baca juga: Kemenag Bekali Guru RA Keterampilan Psikososial di Masa Pandemi )

Dua nilai budaya kerja lainnya adalah tanggung jawab dan keteladanan. Dhani mengingatkan bahwa semua program dan kegiatan harus bisa dipertanggungjawabkan secara substantif dan administratif.

“Mari berkomitmen menginjeksikan ilmu pengetahuan kepada siswa kita agar mereka menjadi pemilik masa depan,” ajak Ramdhani.

Selain lima nilai budaya kerja, Muhammad Ali Ramdhani juga berbicara tentang ilmu. Menurutnya, ilmu terdiri dari tiga huruf, yakni ‘ain, lam, dan mim. (Baca juga: Kemenag-LPDP Buka Beasiswa Dosen, Diktis: Faham Keagamaan Harus Moderat )

“Huruf ‘ain merujuk pada ‘Illiyyin atau peningkatan derajat seseorang di tempat yang mulia. Sesungguhnya orang berilmu itu memiliki derajat tertentu. Pendidikan Islam ingin menempatkan anak bangsa pada maqam mulia atau makhluk berderajat tinggi,” ungkap Dirjen.

Huruf lam merujuk pada kata latif yang bermakna kelembutan. Karenanya, orang yang memiliki ilmu dia memiliki rasa dan kelembutan.

“Dia memiliki potret yang bersahabat. Dia yang ramah bukan yang marah, membina bukan menghina, mengajak tidak mengejek, mengajar tidak menghajar, dan tampil dengan senyuman. Perilaku orang lain sangat tergantung cara kita menyampaikan. Pemilihan diksi penting. Orang berilmu itu pandai memilih kata,” tandasnya.

Kemudian yang terakhir adalah mim yakni mulk atau raja dalam pengertian simbol penguasaan diri. “Orang yang dibekali ilmu dia akan bahagia hakiki dunia akhirat. Dia akan menang perang. Perang melawan hawa nafsu. Hanya orang berilmu yang bisa melawan dirinya sendiri,” tuturnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1145 seconds (0.1#10.140)