Industri Rantai Dingin Masih Minim, Bagaimana Nasib Distribusi Vaksin COVID-19

Kamis, 04 Februari 2021 - 09:51 WIB
loading...
Industri Rantai Dingin Masih Minim, Bagaimana Nasib Distribusi Vaksin COVID-19
ilustrasi
A A A
BANDUNG - Industri rantai dingin (cold chain) di Indonesia masih sangat minim. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi distribusi vaksin COVID-19 di Indonesia. Kendati, PT Bio Farma terus memastikan bahwa distribusi vaksin dilakukan secara terukur.

Peneliti Logistik dari Universitas Widyatama Setijadi mengatakan, industri rantai dingin di Indonesia bisa dilihat antara lain dari data perbandingan antara ketersediaan cold storage dan jumlah penduduk. Di Indonesia, kapasitas cold storage sebesar 0,05 m3 per penduduk. Baru setengahnya dibanding India sebesar 0,10 m3 atau Amerika Serikat sebesar 0,36 m3 per penduduk.

Baca juga: Usai Tenaga Kesehatan, Pemerintah Bakal Vaksinasi Pedagang Pasar dan Ojek

Menurut dia, kebutuhan penguasaan rantai dingin juga terjadi dalam pendistribusian vaksin COVID-19 di Indonesia. "Penanganan dan pendistribusian 600 juta dosis vaksin itu menjadi peluang dan tantangan bagi penyedia jasa logistik dan distribusi farmasi," kata dia, Kamis (4/1/2021).

Diketahui, Indonesia saat ini menghadapi tantangan distribusi vaksin COVID-19 ke seluruh Indonesia. Targetnya, 182 juta penduduk atau sekitar 70% bakal vaksinasi. Bila setiap penduduk di vaksin dua kali, maka setidaknya diperlukan distribusi vaksin sekitar 360 juta dosis untuk didistribusikan.

Sejauh ini, kata dia, Supply Chain Indonesia (SCI) food losses & waste untuk buah dan sayuran di Indonesia pada tahapan pasca panen mengalami kerusakan sekitar 10% dan distribusi sekitar 7,5%. Kerusakan sebesar itu mengurangi margin para pelaku usaha. Hal itu juga merugikan konsumen karena penurunan mutu dan kenaikan harga komoditas.

Baca juga: Pelanggar Prokes Gelagapan saat Diminta Ucapkan Rukun Islam dan Rukun Iman

Penerapan rantai dingin sangat penting karena food losses dan waste terjadi pada semua tahapan, baik produksi, pasca panen, pengolahan, distribusi, dan konsumsi. Secara keseluruhan food losses dan waste mencapai 50% yang sebagian besar terjadi pada tahap produksi dan pengolahan
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2779 seconds (0.1#10.140)