Sistem Belajar Online Butuh Evaluasi

Senin, 20 April 2020 - 15:34 WIB
loading...
Sistem Belajar Online...
Selama masa pandemi virus Corona, semua siswa didik dari semua tingkat, mulai dari tingkat dasar sampai bangku kuliah harus mereformat mekanisme belajar. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Selama masa pandemi virus Corona, semua siswa didik dari semua tingkat, mulai dari tingkat dasar sampai bangku kuliah harus mereformat mekanisme belajar. Dari yang semula berlangsung secara tatap muka, sistem belajar berubah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) via daring. Perubahan ini wajib diterapkan sebagai upaya untuk mengurangi risiko penularan virus Corona (Covid-19).

Sejak pertama kali diterapkan bahkan sampai kini, penerapan sistem belajar online diiringi dengan hadirnya keraguan mengenai masalah efektivitas. Banyak masyarakat yang menilai, bahwa penyampaian pesan dari pengajar ke anak didik melalui sistem daring tidak akan berjalan sesuai harapan.
Sistem Belajar Online Butuh Evaluasi

Suara publik tersebut disampaikan melalui hasil polling online SINDONEWS.com pada 3-9 April 2020 lalu. Hasilnya, ada sebanyak 70% responden yang menyatakan sistem ini tidak berjalan efektif. Jumlah responden yang sama juga menyatakan bahwa sistem ini dirasa tidak nyaman untuk mereka jalankan.

"Bagaimana mau efektif, dalam sistem belajar online ini interaksi dengan pengajar sangat minim. Jadi anak-anak kesulitan untuk memahami," ujar Adi, warga asal Depok.

Tak hanya itu, belajar online juga sangat menyulitkan pengajar untuk melakukan pengawasan terhadap anak didik. Banyak anak yang kemudian mangkir untuk hadir saat jam pelajaran berlangsung. Ditambah lagi, anak menjadi susah berkonsentrasi akibat lingkungan di rumah yang tidak kondusif.

"Kalau kakak lagi belajar, adiknya yang masih kecil maunya ajak bermain terus. Jadinya si kakak susah sekali untuk berkonsentrasi. Belum lagi kalau pas di televisi ada jadwal acara yang mereka sukai. Jadi tambah tidak konsentrasi," ujar Ike, ibu rumah tangga.
Sistem Belajar Online Butuh Evaluasi

Keluhan belajar secara online juga disampaikan para orang tua terkait beberapa kendala yang dihadapi. Pertama adalah terkait kebutuhan kuota. Kewajiban anak untuk mengikuti beberapa mata pelajaran dan mengirim tugas-tugas secara online setiap hari membuat kebutuhan kuota pun melonjak.

Walhasil, orang tua perlu menyediakan pos extra untuk mengakomodir kebutuhan ini. Persoalannya, saat ini banyak orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pemotongan gaji dan bahkan pemutusan hubungan kerja.

Kendala kedua adalah persoalan teknis seperti kesulitan sinyal serta ketidakmampuan menggunakan aplikasi belajar. Faktanya, banyak wilayah di Indonesia yang belum bisa menjangkau sinyal dengan baik, khususnya di daerah-daerah terpencil.

Banyak cerita-cerita menyedihkan mengenai perjuangan anak-anak di daerah terpencil yang harus mendaki bukit demi mendapatkan sinyal untuk bisa mengikuti proses belajar. Kendala teknis lain juga dihadapi beberapa anak. Mereka mengaku kesulitan untuk menggunakan aplikasi belajar yang ditentukan oleh tim pengajar dari sekolahnya.
Sistem Belajar Online Butuh Evaluasi

Beberapa responden lainnya juga menyatakan keluhannya terkait kesulitan anak-anak untuk memahami materi karena sistem interaksi yang terbatas. Dalam situasi ini, peran orang tua untuk mendampingi dan mengarahkan anak-anaknya menjadi sangat penting. Namun, masalahnya tidak mudah bagi orang tua untuk menjalankan multi peran di waktu yang bersamaan. Apalagi bagi orang tua yang bekerja.

Kondisi ini kadang membuat konsentrasi orang tua terpecah sehingga menjadi tidak optimal saat mendampingi buah hatinya. Sementara di satu sisi, dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk memperlancar proses belajar mengajar.

"Perlu dukungan keluarga agar sistem belajar online ini berjalan efektif. Orang tua harus pintar menyiasati," tutur Abigail, warga Pamulang.

Masyarakat Tuntut Evaluasi

Segala bentuk kendala sistem belajar online diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk menciptakan program yang lebih baik lagi dan sekaligus program yang mampu menciptakan rasa nyaman bagi para siswa dan orang tua. Para responden mengusulkan beberapa masukan.

Pertama, untuk meringankan beban orang tua secara ekonomi, masyarakat mengusulkan adanya upaya pemerintah untuk memberikan layanan internet gratis melalui kerjasama dengan provider internet. Begitupun masalah akses internet yang masih belum bisa menjangkau beberapa wilayah di Indonesia.
Sistem Belajar Online Butuh Evaluasi

Upaya perluasan jaringan menjadi hal yang mendesak demi tercapainya pemerataan pendidikan ke seluruh pelosok negeri. Masukan lainnya adalah terkait dengan beban tugas dari pihak sekolah. Masyarakat berharap pemerintah bisa lebih bertindak tegas terhadap pihak sekolah dengan mengeluarkan kebijakan yang menjamin bahwa tugas-tugas yang diberikan pihak sekolah tidak sampai memberatkan para siswa.

Selain itu, kesulitan beberapa siswa untuk menggunakan aplikasi belajar tertentu juga membuahkan tuntutan adanya sosialisasi, edukasi dan penciptaan aplikasi serta sistem alternatif yang lebih meringankan siswa sehingga proses belajar mengajar tetap bisa berjalan efektif dan nyaman, tak hanya bagi siswa tapi juga orang tua siswa serta tenaga pengajar sendiri.

Dan yang terpenting, pemerintah juga perlu memberikan solusi terkait banyaknya anak-anak di Indonesia yang tidak memiliki gadget serta laptop karena ketidakmampuan ekonomi. Di Sumenep, Jawa Timur, untuk menyiasati kendala ini, seorang guru dengan sukarela menghampiri muridnya satu persatu setiap hari agar semua muridnya tetap bisa mendapatkan materi pendidikan.

Kondisi ini selayaknya dapat langsung ditindaklanjuti oleh pemerintah sehingga semua anak di negeri ini bisa tetap memperoleh layanan pendidikan meski dalam situasi bencana seperti sekarang ini.

(Wiendy Hapsari/Tika Vidya)
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Survei KPK: Indeks Integritas...
Survei KPK: Indeks Integritas Pendidikan RI Anjlok, Kasus Menyontek Masih Marak!
Pemprov Jakarta dan...
Pemprov Jakarta dan Sumbar Teken LOI Bidang Pendidikan dengan Malaysia
MNC University Jajaki...
MNC University Jajaki Peluang Kerja Sama dengan LP3I
Siapa Calon Guru di...
Siapa Calon Guru di Sekolah Rakyat? Gus Ipul Beri Bocoran Ini
GSIS 2025 Kenalkan Manfaat...
GSIS 2025 Kenalkan Manfaat AI dalam Pembelajaran Bagi Insan Pendidikan
MNC University dan Poltek...
MNC University dan Poltek Harber Jalin Kerja Sama Strategis
iNews Media Group dan...
iNews Media Group dan Kemendikdasmen Jalin Sinergi untuk Pendidikan Indonesia
Shahnaz Haque Berbagi...
Shahnaz Haque Berbagi Tips Mendidik Anak Agar Bisa Berpikir Kritis
Prabowo: Pendidikan...
Prabowo: Pendidikan yang Bagus Perlu Uang, Bukan dengan Omon-omon
Rekomendasi
Astaga! 8 Tahanan Polres...
Astaga! 8 Tahanan Polres Lahat Kabur usai Jebol Dinding Sel, Kok Bisa?
Purnawirawan TNI Tuntut...
Purnawirawan TNI Tuntut Penggantian Wapres Gibran, Ini Kata Ganjar Pranowo
Jenazah Bunda Iffet...
Jenazah Bunda Iffet Diberangkatkan dari Jalan Potlot Menuju TPU Karet Bivak
CFD Jalan Margonda Depok...
CFD Jalan Margonda Depok Mulai Digelar Pekan Depan, 1 Jalur Ditutup
Rhenald Kasali Mundur...
Rhenald Kasali Mundur dari Komut Pos Indonesia, Ini Sosok Penggantinya
Kronologi Kecelakaan...
Kronologi Kecelakaan di Pondok Indah Tewaskan 2 Orang
Berita Terkini
BINUS University Komitmen...
BINUS University Komitmen Cetak Sineas Muda Unggul
5 jam yang lalu
Kisah Dewi Agustiningsih,...
Kisah Dewi Agustiningsih, Anak Sopir Lulusan SMP Jadi Doktor Termuda UGM dan Jabat Dosen ITB
6 jam yang lalu
5 PTN Terima Lulusan...
5 PTN Terima Lulusan dengan Ijazah Hingga 10 Tahun Terakhir, Ada Pilihanmu?
6 jam yang lalu
Pendaftaran OSN 2025...
Pendaftaran OSN 2025 Diperpanjang hingga 2 Mei, Cek Infonya di Sini
7 jam yang lalu
Berapa Gaji Lulusan...
Berapa Gaji Lulusan S1 Columbia University? Angkanya Bikin Penasaran!
18 jam yang lalu
PIS Buka Beasiswa Crewing...
PIS Buka Beasiswa Crewing Talent Scouting, Lulus Dikontrak Jadi Pelaut di Kapal Pertamina
18 jam yang lalu
Infografis
Indonesia Butuh Rp47.587,3...
Indonesia Butuh Rp47.587,3 Triliun untuk Pertumbuhan Ekonomi 8%
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved