Uhamka Dorong PSGPA Jadi Pusat Studi Unggul dan Inovatif

Rabu, 25 Agustus 2021 - 21:23 WIB
loading...
Uhamka Dorong PSGPA Jadi Pusat Studi Unggul dan Inovatif
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Ketua Umum PP Asyiyah Siti Noordjannah Djohantini dalam webinar dan graduasi SPU, Selasa (24/8). Foto/Dok/Humas Uhamka
A A A
JAKARTA - Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak (PSGPA) Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (Uhamka) mengadakan webinar dan graduasi Sekolah Perempuan Uhamka (SPU), Selasa (24/8) melalui media Zoom Meeting.

Program ini berangkat dari survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Juni 2020 yang membuktikan bahwa selama pandemi Covid-19 anak mengalami kekerasan dan pelakunya adalah ibu, kakak/adik, ayah, dan lainnya. Adapun jenis kekerasan yang dilakukan meliputi kekerasan fisik maupun psikis.



Berbagai persoalan tersebut, menunjukkan adanya kerentanan pada fungsi keluarga yang seharusnya menjadi pelindung bagi anggotanya. Undang-Undang No. 22/2003 dan UU No. 35/2014 tentang Perlindungan Anak mengamanatkan negara hadir untuk melindungi setiap anak Indonesia.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan, konsep Alquran, hadis, sunah nabi dalam contoh keteladanan kaum Muslimimn dimulai dari Nabi, merupakan bangunan faktual yang dilakukan Muhammadiyah dan Asyiyah.
Uhamka Dorong PSGPA Jadi Pusat Studi Unggul dan Inovatif

“Kontruksi itu penting. Sekolah perempuan, perempuan harus merekonstruksi hal-hal yang kita pelajari agar mengendap di alam pikiran. Kita akan mengorientasi dalam sikap dan tindakan,” ujar Haedar Nashir saat memberikan sambutan, Rabu (25/8/2021).



Haedar menyampaikan, rekonstruksi kelembagaan SPU dan orientasi nilai sangat penting agar semakin maju, mantap, dan unggul dengan sistem Muhammadiyah.

“Rekonstruksi nilai Islam berkemajuan ala Muhammadiyah, rekonstruksi paradigma Aisyiyah Islam berkemajuan melalui pemahaman Alquran secara komprehensif yang kontekstual. Rekonstruksi sistem pembenahan sistem yang menyatu sama lain yang mengacu pada Muhammadiyah, dan rekontruksi model praksisnya,” ungkapnya.

Menurutnya, pengembangan program dan aksi harus interkoneksi dengan Aisyiyah dan NA serta memberikan manfaat pada Muhammadiyah. Hal ini, kata dia, merupakan rekonstruksi dalam kelembagaan dan orientasui nilai. “Posisi kita dalam bidang pendidikan meniscayakan kita untuk menjadi lebih baik sesuai karakter Muhammadiyah yang berbasis pada karakter Islam berkemajuan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum PP Asyiyah Siti Noordjannah Djohantini mengungkapkan, keluarga harus menjadi pilar peradaban melalui budaya yang harus dihidupkan dalam keluarga. Perempuan, kata dia, harus menjadi pilar keluarga sakinnah dan pilar bangsa serta pilar ketentraman serta keseimbangan baitijannati.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5609 seconds (0.1#10.140)