Dukung Kampus Merdeka, IPB University dan Universitas Pakuan Kolaborasi Penelitian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University bersama Sekolah Vokasi Universitas Pakuan Bogor tandatangani Perjanjian Kerja sama pada rangkaian kegiatan Webinar ”Sensor Ferroelektrik serta Strategi Perlindungan dan Permohonan Paten” (7/10).
Acara yang digelar oleh Institute of Electrical and Electronis Engineers (IEEE) - IPB University ini menjadi langkah awal kerja sama kedua perguruan tinggi itu untuk mendukung implementasi kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Dalam sambutannya, Dekan Sekolah Vokasi Universitas Pakuan, Dr. Tjut Awaliyah Z, MKom mengungkapkan bahwa kerja sama ini dapat menjadi salah satu sarana menuju sarjana terapan yang membutuhkan implementasi Kampus Merdeka.
“Harapannya kerja sama ini tidak hanya berhenti sampai penelitian saja, tetapi dapat berlanjut ke bidang-bidang lain. Terutama yang saat ini sedang ramai dibicarakan, yaitu Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” kata Dr. Tjut Awaliyah Z, yang juga dosen Ilmu Komputer Unpak dalam keterangan pers, Senin (11/10/2021).
Dekan FMIPA IPB University, Dr Berry Juliandi menilai bahwa Sekolah Vokasi dapat menjadi andalan dalam pengembangan sumberdaya manusia yang memiliki keterampilan. “Penelitian pendidikan modalnya dihasilkan dari dasar terlebih dahulu. Untuk meningkatkan penelitian dan kolaborasi bersama demi kemajuan di berbagai bidang, IPB University siap membantu kapanpun jika dibutuhkan,” ujar Dr Berry Juliandi.
Sementara itu, dalam webinar yang diselenggarakan dalam rangka skema Hibah Penelitian Kerja sama antar Perguruan Tinggi (PKPT) ini menghadirkan dua narasumber. Yakni Dr Irzaman dan Dr drh I Ketut Mudite Adnyane.
Dr Irzaman memaparkan sintesis dan karakterisasi film berbasis bahan ferroelektrik dan penerapannya sebagai sensor ferroelektrik. Menurutnya, ferroelektrik menunjukkan bahwa loop histeris elektrik yang polarisasi spontan tetap ada walau tidak ada medan elektrik.
“Saat ini tim telah berhasil mensintesis film berbasis ferroelektrik yang dapat diterapkan sebagai sensor suhu (sifat pyroelektrik), sensor cahaya (sifat ferroelektrik) dan sensor tekanan (sifat piezoelektrik),” jelasnya.
Menariknya, tambahnya, penemuan sensor ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi denyut jantung bayi dan bau mulut hingga sebagai alat deteksi dini kadar hemoglobin darah non-invasive,” jelas dosen Departemen Fisika FMIPA IPB University ini.
Ia berharap invensi ini dapat terus berkembang. Kemandirian bangsa dalam penguasaan teknologi proses pembuatan sensor ferroelektrik sangat penting diperdalam oleh peneliti Indonesia.
“Sehingga dapat meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia yang tentu saja berkorelasi dengan peningkatan devisa negara,” kata Ketua Tim Peneliti Mitra Hibah PKPT ini.
Terkait paten, Dr I Ketut Mudite Adnyane menyampaikan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, berbasis sumberdaya alam saja tidak cukup. Tetapi juga dibutuhkan keunggulan kompetitif dan keunggulan kreatif atau disebut inovasi.
“Kekayaan Intelektual (KI) adalah penghargaan berupa hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada seseorang atau kelompok orang dan merupakan perlindungan atas penemuan (inovasi),” jelas Dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan ini.
Lebih lanjut, Asisten Bidang Pengelolaan dan Perlindungan KI-Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB University ini juga mengatakan bahwa teknologi/inovasi yang telah memiliki KI dapat dilisensikan kepada mitra/industri. Sehingga peneliti atau inventor dapat memperoleh royalti sebagai reward atas usaha dan kerja kerasnya dalam menciptakan suatu inovasi.
Acara yang digelar oleh Institute of Electrical and Electronis Engineers (IEEE) - IPB University ini menjadi langkah awal kerja sama kedua perguruan tinggi itu untuk mendukung implementasi kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Dalam sambutannya, Dekan Sekolah Vokasi Universitas Pakuan, Dr. Tjut Awaliyah Z, MKom mengungkapkan bahwa kerja sama ini dapat menjadi salah satu sarana menuju sarjana terapan yang membutuhkan implementasi Kampus Merdeka.
“Harapannya kerja sama ini tidak hanya berhenti sampai penelitian saja, tetapi dapat berlanjut ke bidang-bidang lain. Terutama yang saat ini sedang ramai dibicarakan, yaitu Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” kata Dr. Tjut Awaliyah Z, yang juga dosen Ilmu Komputer Unpak dalam keterangan pers, Senin (11/10/2021).
Dekan FMIPA IPB University, Dr Berry Juliandi menilai bahwa Sekolah Vokasi dapat menjadi andalan dalam pengembangan sumberdaya manusia yang memiliki keterampilan. “Penelitian pendidikan modalnya dihasilkan dari dasar terlebih dahulu. Untuk meningkatkan penelitian dan kolaborasi bersama demi kemajuan di berbagai bidang, IPB University siap membantu kapanpun jika dibutuhkan,” ujar Dr Berry Juliandi.
Sementara itu, dalam webinar yang diselenggarakan dalam rangka skema Hibah Penelitian Kerja sama antar Perguruan Tinggi (PKPT) ini menghadirkan dua narasumber. Yakni Dr Irzaman dan Dr drh I Ketut Mudite Adnyane.
Dr Irzaman memaparkan sintesis dan karakterisasi film berbasis bahan ferroelektrik dan penerapannya sebagai sensor ferroelektrik. Menurutnya, ferroelektrik menunjukkan bahwa loop histeris elektrik yang polarisasi spontan tetap ada walau tidak ada medan elektrik.
“Saat ini tim telah berhasil mensintesis film berbasis ferroelektrik yang dapat diterapkan sebagai sensor suhu (sifat pyroelektrik), sensor cahaya (sifat ferroelektrik) dan sensor tekanan (sifat piezoelektrik),” jelasnya.
Menariknya, tambahnya, penemuan sensor ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi denyut jantung bayi dan bau mulut hingga sebagai alat deteksi dini kadar hemoglobin darah non-invasive,” jelas dosen Departemen Fisika FMIPA IPB University ini.
Ia berharap invensi ini dapat terus berkembang. Kemandirian bangsa dalam penguasaan teknologi proses pembuatan sensor ferroelektrik sangat penting diperdalam oleh peneliti Indonesia.
“Sehingga dapat meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia yang tentu saja berkorelasi dengan peningkatan devisa negara,” kata Ketua Tim Peneliti Mitra Hibah PKPT ini.
Terkait paten, Dr I Ketut Mudite Adnyane menyampaikan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, berbasis sumberdaya alam saja tidak cukup. Tetapi juga dibutuhkan keunggulan kompetitif dan keunggulan kreatif atau disebut inovasi.
“Kekayaan Intelektual (KI) adalah penghargaan berupa hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada seseorang atau kelompok orang dan merupakan perlindungan atas penemuan (inovasi),” jelas Dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan ini.
Lebih lanjut, Asisten Bidang Pengelolaan dan Perlindungan KI-Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB University ini juga mengatakan bahwa teknologi/inovasi yang telah memiliki KI dapat dilisensikan kepada mitra/industri. Sehingga peneliti atau inventor dapat memperoleh royalti sebagai reward atas usaha dan kerja kerasnya dalam menciptakan suatu inovasi.
(mpw)