FKUI RSCM Rancang Aplikasi LupusKu untuk para Pejuang Lupus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ( FKUI ) Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) meluncurkan aplikasi LupusKu. Aplikasi seluler ini dikembangkan Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM untuk meningkatkan kepatuhan terapi anak pejuang Lupus.
Aplikasi ini bertujuan untuk pemberdayaan pasien melalui program edukasi, pencatatan gejala, dan pengobatan secara mandiri. Aplikasi ini memiliki lima fitur utama, yaitu Catatan Gejala Harian, PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari. Lupus atau odapus adalah penyakit autoimun kronik yang dapat menyerang berbagai usia, termasuk anak dan remaja.
Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dr. Nia Kurniati mengatakan, penyakit ini menyebabkan sistem imun tubuh tidak bekerja seperti seharusnya. Antibodi yang seharusnya menjaga kesehatan tubuh, justru berbalik menyerang tubuh sehingga terjadi peradangan atau inflamasi pada berbagai bagian tubuh seperti kulit, sendi, darah dan sistem saraf.
“Yang harus diingat adalah bahwa penyakit Lupus itu tidak menular dan tidak diketahui secara spesifik penyebabnya sampai saat ini,” ujar dr. Nia melalui siaran pers, Senin (15/11/2021).
Dokter Spesialis Ahli Alergi Imunologi FKUI, dr. Dina Muktiarti, menyatakan kepatuhan terhadap pengobatan penting dilakukan untuk mengetahui gambaran terkini kondisi pasien. Perlu adanya kontrol aktivitas penyakit untuk mencegah kerusakan organ sehingga pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Tidak jarang terdapat hambatan dalam proses pengobatan seperti kebiasaan pasien yang tidak meminum obat secara rutin. Untuk tujuan pengawasan inilah aplikasi LupusKu dibuat.
“Hal-hal tersebut membuat kami terinspirasi untuk membuat aplikasi ini supaya adik-adik dan keluarga dapat mengenali penyakit Lupus itu seperti apa, gejala atau respon dari pengobatannya sendiri seperti apa,” ujarnya.
Untuk mempergunakan fitur di aplikasi LupusKu, pengguna harus memasukkan data dirinya seperti nama, tanggal lahir, berat dan panjang lahir, serta tanggal diagnosis. Pada fitur Catatan Gejala Harian, anak maupun orang tua dapat mencatat setiap keluhan yang dirasakan secara mandiri untuk kemudian nantinya data tersebut akan diolah oleh aplikasi untuk melakukan pemantauan keadaan pasien.
Melalui data tersebut, aplikasi akan memunculkan notifikasi pengingat hal-hal yang harus dilakukan pasien seperti jadwal kontrol ke dokter, atau notifikasi peringatan untuk segera melakukan pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat.
Dalam mencatat perjalanan terapi, pengguna dapat memilih fitur PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari. Pada fitur PertumbuhanKu, pengguna dapat mencatat berat badan dan tinggi badan setiap melakukan pengukuran.
Selanjutnya, pengguna dapat mencatat semua hasil pemeriksaan dalam fitur PemeriksaanKu. Dalam fitur ini, pengguna dapat memasukkan hasil pemeriksaan darah, urine, rontgen, jantung, tulang , dan lainnya. Pengguna juga dapat mengisi sendiri data-data pemeriksaan dokter atau mengunggah foto dokumen pemeriksaan.
Lebih lanjut, pengguna dapat memanfaatkan fitur PengobatanKu untuk mencatat semua kebutuhan obat yang diperlukan. Aplikasi ini bahkan menyediakan fitur tambahan pengingat jadwal konsumsi obat. "Ini akan memudahkan tidak hanya bagi orang tua dan pasien, tetapi juga untuk dokter yang memeriksa di Poliklinik," ujar Dina.
Fitur Pelajari dalam aplikasi ini adalah bentuk ruang edukasi bagi pengguna untuk mengetahui informasi-informasi terkini mengenai penyakit Lupus. Pengguna juga tidak perlu khawatir dalam hal privasi karena kerahasiaan data pengguna terjamin. Untuk saat ini, aplikasi ini baru tersedia di Google Play Store untuk perangkat berbasis Android dan kedepannya akan tersedia di App Store dan PrimaKu.
Hingga saat ini penyakit Lupus belum dapat disembuhkan. Tujuan pengobatan hanyalah untuk mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ, serta meningkatkan potensi untuk tetap hidup. Penggunaan teknologi seperti aplikasi LupusKu dapat menolong penderita Lupus untuk dapat hidup normal atau setidaknya mendekati tahap normal dalam menghadapi penyakitnya.
Aplikasi ini bertujuan untuk pemberdayaan pasien melalui program edukasi, pencatatan gejala, dan pengobatan secara mandiri. Aplikasi ini memiliki lima fitur utama, yaitu Catatan Gejala Harian, PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari. Lupus atau odapus adalah penyakit autoimun kronik yang dapat menyerang berbagai usia, termasuk anak dan remaja.
Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dr. Nia Kurniati mengatakan, penyakit ini menyebabkan sistem imun tubuh tidak bekerja seperti seharusnya. Antibodi yang seharusnya menjaga kesehatan tubuh, justru berbalik menyerang tubuh sehingga terjadi peradangan atau inflamasi pada berbagai bagian tubuh seperti kulit, sendi, darah dan sistem saraf.
“Yang harus diingat adalah bahwa penyakit Lupus itu tidak menular dan tidak diketahui secara spesifik penyebabnya sampai saat ini,” ujar dr. Nia melalui siaran pers, Senin (15/11/2021).
Dokter Spesialis Ahli Alergi Imunologi FKUI, dr. Dina Muktiarti, menyatakan kepatuhan terhadap pengobatan penting dilakukan untuk mengetahui gambaran terkini kondisi pasien. Perlu adanya kontrol aktivitas penyakit untuk mencegah kerusakan organ sehingga pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Tidak jarang terdapat hambatan dalam proses pengobatan seperti kebiasaan pasien yang tidak meminum obat secara rutin. Untuk tujuan pengawasan inilah aplikasi LupusKu dibuat.
“Hal-hal tersebut membuat kami terinspirasi untuk membuat aplikasi ini supaya adik-adik dan keluarga dapat mengenali penyakit Lupus itu seperti apa, gejala atau respon dari pengobatannya sendiri seperti apa,” ujarnya.
Untuk mempergunakan fitur di aplikasi LupusKu, pengguna harus memasukkan data dirinya seperti nama, tanggal lahir, berat dan panjang lahir, serta tanggal diagnosis. Pada fitur Catatan Gejala Harian, anak maupun orang tua dapat mencatat setiap keluhan yang dirasakan secara mandiri untuk kemudian nantinya data tersebut akan diolah oleh aplikasi untuk melakukan pemantauan keadaan pasien.
Melalui data tersebut, aplikasi akan memunculkan notifikasi pengingat hal-hal yang harus dilakukan pasien seperti jadwal kontrol ke dokter, atau notifikasi peringatan untuk segera melakukan pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat.
Dalam mencatat perjalanan terapi, pengguna dapat memilih fitur PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari. Pada fitur PertumbuhanKu, pengguna dapat mencatat berat badan dan tinggi badan setiap melakukan pengukuran.
Selanjutnya, pengguna dapat mencatat semua hasil pemeriksaan dalam fitur PemeriksaanKu. Dalam fitur ini, pengguna dapat memasukkan hasil pemeriksaan darah, urine, rontgen, jantung, tulang , dan lainnya. Pengguna juga dapat mengisi sendiri data-data pemeriksaan dokter atau mengunggah foto dokumen pemeriksaan.
Lebih lanjut, pengguna dapat memanfaatkan fitur PengobatanKu untuk mencatat semua kebutuhan obat yang diperlukan. Aplikasi ini bahkan menyediakan fitur tambahan pengingat jadwal konsumsi obat. "Ini akan memudahkan tidak hanya bagi orang tua dan pasien, tetapi juga untuk dokter yang memeriksa di Poliklinik," ujar Dina.
Fitur Pelajari dalam aplikasi ini adalah bentuk ruang edukasi bagi pengguna untuk mengetahui informasi-informasi terkini mengenai penyakit Lupus. Pengguna juga tidak perlu khawatir dalam hal privasi karena kerahasiaan data pengguna terjamin. Untuk saat ini, aplikasi ini baru tersedia di Google Play Store untuk perangkat berbasis Android dan kedepannya akan tersedia di App Store dan PrimaKu.
Hingga saat ini penyakit Lupus belum dapat disembuhkan. Tujuan pengobatan hanyalah untuk mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ, serta meningkatkan potensi untuk tetap hidup. Penggunaan teknologi seperti aplikasi LupusKu dapat menolong penderita Lupus untuk dapat hidup normal atau setidaknya mendekati tahap normal dalam menghadapi penyakitnya.
(mpw)