Kemendikbudristek: Ini 4 Keuntungan Kurikulum Prototipe untuk Sekolah

Kamis, 30 Desember 2021 - 00:11 WIB
loading...
Kemendikbudristek: Ini 4 Keuntungan Kurikulum Prototipe untuk Sekolah
Sekolah menggelar pembelajaran tatap muka terbatas. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Kemendikbudristek ) membeberkan sejumlah keuntungan dari kurikulum prototipe. Kurikulum ini merupakan kebijakan pemulihan pembelajaran akibat pandemi Covid-19.

Keuntungan Pertama, guru tidak dikejar-kejar target materi pembelajaran yang padat. Kedua, guru lebih fokus pada materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan penguatan karakter siswa. Ketiga, metode pembelajarannya lebih bervariasi.



Keempat, situasi belajar lebih menyenangkan bagi guru dan siswa, serta guru diberi kesempatan untuk mengeksplorasi potensi siswa lewat berbagai inovasi pembelajaran.

“Kurikulum prototipe berbasis kompetensi statusnya semacam model. Model untuk pilihan di mana guru dan murid tidak merasa terlalu terbebani,” kata Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kemendikbudristek, Zulfikri, dalam siaran pers, Rabu (29/12/2021).

Zulfikri mengatakan, kurikulum prototipe merupakan penyempurnaan dari kurikulum darurat, yang merupakan penyederhanaan dari Kurikulum 2013. Kurikulum darurat merupakan terobosan pada masa pandemi Covid-19 sebagai bagian dari mitigasi hilangnya pembelajaran atau learning loss di masa pandemi. “Di kurikulum prototipe ini, (strukturnya) lebih ditata selain disederhanakan juga,” kata dia.



Ia menambahkan, kurikulum prototipe akan mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar. Kurikulum prototipe juga berbasis proyek yang mengacu pada nilai-nilai Pelajar Pancasila.

Misalnya, ketika belajar kepedulian terhadap lingkungan dengan cara mengelompokkan sampah, siswa juga belajar bekerja sama. Satu proyek kemungkinan terkait dengan beberapa materi pembelajaran maupun lintas mata pelajaran.

Proyeknya tidak menambah waktu belajar tetapi mengambil 20-30 persen jam pelajaran. “Orientasinya memberi ruang kepada anak untuk berkreasi dan mengembangkan potensi belajar mereka supaya anak merasa menemukan makna dari belajar itu dan bisa memecahkan masalahnya sendiri secara mandiri maupun berkelompok sehingga sisi akademik dan nonakademiknya berkembang secara utuh,” kata dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0988 seconds (0.1#10.140)