Berusia 15 Tahun, Raja Dinobatkan Jadi Mahasiswa Termuda UGM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Remaja asal Pekanbaru, Provinsi Riau, Raja Muhammad Hayuri Islami dinobatkan sebagai mahasiswa termuda Universitas Gadjah Mada ( UGM ) tahun ini. Ia berhasil masuk menjadi mahasiswa UGM pada usia 15 tahun 11 bulan 11 hari.
Raja tak menyangka jika ia akan dipanggil ke depan panggung bersama Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru di lapangan Grha Sabha Pramana, Senin (1/8/2022 ). “Saya bangga dan senang bisa masuk UGM,” katanya, dikutip dari laman UGM, Selasa (2/8/2022).
Baca: Pendaftaran Beasiswa Chevening S2 ke Inggris Dibuka Besok Pagi, Ini Syaratnya
Raja, demikian ia akrab disapa, menyebutkan bahwa ia dalam usia muda kuliah di UGM karena ia didaftarkan masuk bangku sekolah dasar pada usia 5 tahun. Meski terbilang paling muda sendiri, namun ia mengaku teman-temannya sebayanya banyak yang tidak tahu bahwa ia paling muda di kelasnya.
Apalagi fisiknya hampir sama dengan teman sekelasnya. “Sejak SD tidak terlalu terganggu, tidak ada yang peduli dengan usia saya yang muda, tidak ada yang terlalu memperhatikan,” terang anak pertama dari dua bersaudara ini.
Meski terbilang usia muda, namun Raja selalu berprestasi. Ia menyampaikan bahwa selama di bangku sekolah dasar ia selalu berada di rangking tiga besar. “Dari SD saya selalu berada di tiga besar,” imbuhnya.
Hanya saja di bangku Sekolah Menengah Pertama, kata Raja, ia tidak masuk rangking. “Di SMP mungkin lagi masa pubertas, biasa saja tidak rangking,” katanya.
Lalu di bangku menengah atas, Raja ikut mendaftar program akselerasi pada semester dua dan ia diterima program akselerasi di kelas IPS. Di kelas IPS hanya ada tujuh orang anak yang lolos program akselerasi.
Baca juga: LaNyalla Minta Pemerintah Hadirkan Kebijakan Tekan Kesenjangan Pendidikan
Lewat kelas akselerasi ini pula Raja bisa menyelesaikan bangku MAN Negeri 2 Pekanbaru dalam waktu dua tahun. ‘Karena program akselerasi, kita diharuskan untuk belajar dan memahami lebih cepat dari siswa yang lain. Saya di program itu tidak ikut ekstrakurikuler atau organisasi,” ujarnya.
Selama di program akselerasi, ia tidak memikirkan soal ranking, namun untuk pelajaran seperti sosiologi, ekonomi, sejarah dan geografi ia mendapat nilai akademik yang cukup baik. “Untuk mata pelajaran paling tinggi nilai sosiologi,” ujarnya.
Soal ketertarikannya dengan filsafat, Raja mengaku bahwa ia sudah tertarik dengan filsafat saat berada di kelas sepuluh SMA lewat buku dan internet.
“Saya mengenal filsafat itu ketika saya di kelas sepuluh. Saya sejak kecil sering menggunakan logika filsafat berarti selama ini saya menerapkan nilai-nilai filsafat,” kata Raja yang bercita-cita setelah lulus akan meneruskan kuliah S2 di jurusan yang sama.
Lihat Juga: Prof. Bob Foster Ingatkan Urgensi Kewirausahaan di Inaugurasi Maba dan Dies Natalis IT Del 2024
Raja tak menyangka jika ia akan dipanggil ke depan panggung bersama Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru di lapangan Grha Sabha Pramana, Senin (1/8/2022 ). “Saya bangga dan senang bisa masuk UGM,” katanya, dikutip dari laman UGM, Selasa (2/8/2022).
Baca: Pendaftaran Beasiswa Chevening S2 ke Inggris Dibuka Besok Pagi, Ini Syaratnya
Raja, demikian ia akrab disapa, menyebutkan bahwa ia dalam usia muda kuliah di UGM karena ia didaftarkan masuk bangku sekolah dasar pada usia 5 tahun. Meski terbilang paling muda sendiri, namun ia mengaku teman-temannya sebayanya banyak yang tidak tahu bahwa ia paling muda di kelasnya.
Apalagi fisiknya hampir sama dengan teman sekelasnya. “Sejak SD tidak terlalu terganggu, tidak ada yang peduli dengan usia saya yang muda, tidak ada yang terlalu memperhatikan,” terang anak pertama dari dua bersaudara ini.
Meski terbilang usia muda, namun Raja selalu berprestasi. Ia menyampaikan bahwa selama di bangku sekolah dasar ia selalu berada di rangking tiga besar. “Dari SD saya selalu berada di tiga besar,” imbuhnya.
Hanya saja di bangku Sekolah Menengah Pertama, kata Raja, ia tidak masuk rangking. “Di SMP mungkin lagi masa pubertas, biasa saja tidak rangking,” katanya.
Lalu di bangku menengah atas, Raja ikut mendaftar program akselerasi pada semester dua dan ia diterima program akselerasi di kelas IPS. Di kelas IPS hanya ada tujuh orang anak yang lolos program akselerasi.
Baca juga: LaNyalla Minta Pemerintah Hadirkan Kebijakan Tekan Kesenjangan Pendidikan
Lewat kelas akselerasi ini pula Raja bisa menyelesaikan bangku MAN Negeri 2 Pekanbaru dalam waktu dua tahun. ‘Karena program akselerasi, kita diharuskan untuk belajar dan memahami lebih cepat dari siswa yang lain. Saya di program itu tidak ikut ekstrakurikuler atau organisasi,” ujarnya.
Selama di program akselerasi, ia tidak memikirkan soal ranking, namun untuk pelajaran seperti sosiologi, ekonomi, sejarah dan geografi ia mendapat nilai akademik yang cukup baik. “Untuk mata pelajaran paling tinggi nilai sosiologi,” ujarnya.
Soal ketertarikannya dengan filsafat, Raja mengaku bahwa ia sudah tertarik dengan filsafat saat berada di kelas sepuluh SMA lewat buku dan internet.
“Saya mengenal filsafat itu ketika saya di kelas sepuluh. Saya sejak kecil sering menggunakan logika filsafat berarti selama ini saya menerapkan nilai-nilai filsafat,” kata Raja yang bercita-cita setelah lulus akan meneruskan kuliah S2 di jurusan yang sama.
Lihat Juga: Prof. Bob Foster Ingatkan Urgensi Kewirausahaan di Inaugurasi Maba dan Dies Natalis IT Del 2024
(nnz)