6 Kegiatan Sekolah untuk Mendukung Kesehatan Mental Siswa dan Guru

Selasa, 23 Agustus 2022 - 20:30 WIB
loading...
6 Kegiatan Sekolah untuk...
Sejumlah siswa mengikuti program kesehatan mental Kinderfield Highfield School Bekasi. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Laporan UNICEF yang berjudul The State of the World's Children 2021; On My Mind: promoting, protecting, and caring for children’s mental health mengungkap bahwa 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun menderita penyakit mental , seperti burnout dan rasa cemas atau anxiety.

Hal ini menunjukkan bahwa durasi fokus yang lama atau berkurangnya komunikasi tatap muka karena pandemi dapat memengaruhi keadaan siswa dan guru . Bahkan, sebelum pandemi meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan, dapat dikatakan bahwa baik guru maupun siswa rentan terhadap burnout dan rasa cemas.



Kepala Pengajaran & Pembelajaran, Cambridge Assessment International Education, Paul Ellis menyebutkan, ketidakpastian di tengah pandemi menjadi salah satu sumber gangguan pada kesehatan mental. Beberapa siswa sudah menderita rasa cemas yang melelahkan dengan adanya tekanan dari sekolah.

Dalam keseharian di sekolah, terdapat juga tuntutan yang perlu mereka penuhi, terutama saat mempersiapkan ujian penting. Di mana beberapa siswa mungkin merasa takut dengan jenis tes tertentu.

"Beberapa orang lebih percaya diri terhadap kemampuan akademis, motivasi, dan metode yang mereka gunakan untuk mengatasi situasi stress jika dibandingkan dengan orang lain. Selain itu, beberapa siswa lebih rentan daripada yang lain terhadap pengaruh guru, orang tua, atau teman sebaya,” kata Paul Ellis dalam keterangan pers, Selasa (23/8/2022).



Pada saat di rumah, orang tua dapat memproyeksikan kecemasan mereka kepada anak, yang dapat mengakibatkan pelimpahan perasaan dan harapan kepada anak. Solusi yang lebih baik adalah guru atau orang tua dapat memotivasi mereka sambil menunjukkan kasih sayang dan pengertian ketika terjadi masa-masa sulit.

Tidak diragukan lagi beberapa masalah kesehatan mental memerlukan bantuan medis profesional, namun, sekolah dapat mempertimbangkan intervensi dini untuk mengurangi kecemasan dalam kehidupan sehari-hari seperti meninjau rutinitas sekolah dan mengevaluasi kembali tekanan pada kinerja siswa dengan memperkenalkan rencana penilaian yang seimbang.

Kinderfield Highfield School Bekasi telah memperkenalkan berbagai cara untuk meningkatkan wellbeing siswa, Yasmine Hadiastriani, Koordinator Non-Akademik dan Petugas Ujian berbagi pandangannya tentang bagaimana sekolah mendukung keseimbangan bagi murid.

Kinderfield Highfield School Bekasi bermitra dengan Cambridge Assessment International Education (CAIE) untuk menerapkan kurikulum yang akuntabel dan terstandarisasi yang menghasilkan kualifikasi yang diakui secara internasional, yaitu Cambridge International General Certificate of Secondary Education (IGCSE).

Pada 2020, Yasmine dan staf lainnya di Kinderfield Highfield School melihat kelelahan yang dialami siswa selama pandemi. Mereka melihat kesempatan bahwa guru dapat berperan untuk membantu siswa untuk mengatasinya. Dengan demikian, sekolah dan guru membentuk program kesehatan mental untuk murid tingkat SMP dan SMA di Kinderfield Highfield School Bekasi.

Berikut beberapa kegiatan yang diterapkan di Kinderfield Highfield School, Bekasi, yang mungkin bisa menjadi referensi untuk sekolah lain:

1. Konseling

Siswa mungkin menghadapi kesulitan di rumah atau merasa membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, oleh karena itu penting untuk membentuk program konseling atau Bimbingan Konseling (BK) dengan konselor dan Psikolog.

Sekolah juga dapat mengintegrasikan kegiatan Pengembangan Pribadi dalam jadwal siswa di mana mereka dapat mendorong siswa untuk berdiskusi dengan konselor.

2. Mentoring

Beberapa siswa mungkin merasa mereka tidak berkembang dan membutuhkan bimbingan individu dari guru mereka, di sinilah guru dapat memainkan peran penting sebagai mentor.

Di sekolah, siswa dapat memilih seorang guru untuk menjadi mentor dari kelompok siswa yang terdiri dari tiga orang untuk melakukan sesi diskusi. Dalam pertemuan tersebut, guru dapat menggali lebih dalam untuk memahami kesulitan atau tantangan yang dihadapi siswa saat ini.

3. Hari Motivasi atau Motivation Day

Siswa kelas 10 dan 12 berada di puncak kelelahan selama masa ujian karena pelajaran tambahan dan belajar larut malam. Dengan Hari Motivasi, sekolah dapat menyisihkan waktu untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa selama masa-masa yang penuh tekanan ini.

4. Sesi Mindfulness

Bahkan dengan tekad yang kuat sekalipun, guru terkedang tidak dapat membantu siswa mengatasi masalah yang guru masih hadapi sendiri.

Kinderfield Highfield School Bekasi menjadikan sesi mindfulness ini sebagai sarana bagi siswa untuk menerapkan rasa syukur ke alam bawah sadar mereka dan menenangkan pikiran mereka saat mempersiapkan diri untuk masa ujian.

Sesi ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan mental semua orang, di mana mengundang guru dan siswa untuk melakukan sesi bersama.

5. Klub Hobi

Sekolah hendaknya berusaha menyeimbangkan kegiatan akademik dan non-akademik agar siswa dapat melepaskan stres sekaligus mengekspresikan perasaannya. Siswa juga didorong untuk terlibat dalam perencanaan kegiatan. Berbagai klub didirikan oleh para siswa di Kinderfield Highfield School Bekasi, dari klub bisnis online, klub manga, klub jurnalistik, hingga klub film.

6. Penilaian Terhadap Siswa

Ini adalah waktu yang penting bagi guru untuk mengevaluasi kembali metode penilaian mereka untuk beradaptasi dengan masa-masa yang tidak pasti dan penuh tekanan yang dialami siswa.

Dalam merencanakan kegiatan untuk mengatasi kesehatan mental, Ibu Yasmine dan Kinderfield Highfield School Bekasi menggarisbawahi pentingnya bagi siswa untuk memiliki keseimbangan yang baik dalam semua aspek pendidikan, mulai dari fisik, kognitif, estetika, dan spiritual, tidak hanya di bidang akademik. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi skor akademik dan perilaku.

Jay Surti, Assessment Specialist untuk mata pelajaran STEM di Cambridge International, merangkum, Pembelajaran, pengajaran, dan penilaian harus menjadi perjalanan di mana guru dan siswa terus mencari tahu di mana mereka berada sehingga mereka dapat ditantang untuk mengambil langkah selanjutnya.

"Dengan menilai peserta didik secara bertanggung jawab di usia muda, kami dapat membantu mereka mengembangkan semangat belajar seumur hidup dan mempromosikan kesehatan mental yang baik sehingga mereka dapat memenuhi potensi di setiap tahap," pungkasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2039 seconds (0.1#10.140)