Kemeriahan Journalism Day 2022: Bahas Tantangan Profesi Jurnalis Perempuan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Journalism Day, kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Media Club dari Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Bakrie , kembali digelar secara hybrid. Kali ini, topik yang diangkat adalah “Tantangan Jurnalis Perempuan dalam Mengawal Isu-isu Perempuan”.
Tema ini di bahas tuntas oleh dua orang pemateri yang berprofesi sebagai Jurnalis perempuan , mereka adalah Uni Zulfiani Lubis, Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), dan Putri Ayuningtyas yang merupakan seorang News Anchor di salah satu media besar di Indonesia.
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari sejumlah pelajar, akademisi, dan mahasiswa dari beberapa universitas di Indonesia. Bersama Theresia Aprillie, Moderator yang merupakan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie, sesi seminar pun dibuka.
Uni Lubis, yang menjadi pemateri pertama menyatakan bahwa adanya pergeseran dalam menggali keterangan dari narasumber pada era teknologi seperti sekarang ini. “Dulu, narasumber harus ditemui secara langsung dalam melakukan wawancara. Jumlah media juga belum terlalu massive seperti sekarang. Tapi makin ke sini, kita bisa wawancara narasumber via online messaging dan juga jumlah persaingan media semakin besar,” terangnya.
Ia mengakui bahwa persaingan membuat jurnalis di era digital mendapatkan beban kerja yang semakin besar.
Tantangan lainnya juga datang dari isu diskriminasi. Walaupun pada media mainstream isu ini tidak kerap terjadi, tapi diskriminasi terjadi di daerah terutama bagi jurnalis perempuan untuk urusan penugasan antara laki-laki dan perempuan. “Tantangannya sama, tinggal bagaimana sikap kita sebagai jurnalis perempuan menghadapinya,” terangnya.
Putri Ayuningtyas, yang menjadi pembicara kedua menyatakan bahwa media tempatnya bekerja memberikannya ruang yang cukup untuk mengeksplor berbagai tantangan kerja. Ia juga membahas bahwa sesama perempuan, memberinya sensitivitas yang lebih tinggi dalam membahas isu-isu perempuan.
“Apabila ada peliputan yang mengangkat tema seperti pelecehan seksual, kami bisa berusaha lebih dekat dan memberi support moril bagi korban meski butuh waktu,” terangnya.
Keduanya memberikan pesan kepada para peserta, bahwa menjadi jurnalis memerlukan pemikiran kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Selanjutnya, menjadi seorang jurnalis khususnya perempuan harus selalu mengandalkan hati dan empati.
Sebagai penutup acara, terdapat special performance dari seorang content creator Tiktok yang juga ahli dibidang musik yakni AkuJejez. Ia membawakan 3 lagu dan berhasil membuat peserta yang hadir ikut bernyanyi bersama.
Tema ini di bahas tuntas oleh dua orang pemateri yang berprofesi sebagai Jurnalis perempuan , mereka adalah Uni Zulfiani Lubis, Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), dan Putri Ayuningtyas yang merupakan seorang News Anchor di salah satu media besar di Indonesia.
Baca Juga
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari sejumlah pelajar, akademisi, dan mahasiswa dari beberapa universitas di Indonesia. Bersama Theresia Aprillie, Moderator yang merupakan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie, sesi seminar pun dibuka.
Uni Lubis, yang menjadi pemateri pertama menyatakan bahwa adanya pergeseran dalam menggali keterangan dari narasumber pada era teknologi seperti sekarang ini. “Dulu, narasumber harus ditemui secara langsung dalam melakukan wawancara. Jumlah media juga belum terlalu massive seperti sekarang. Tapi makin ke sini, kita bisa wawancara narasumber via online messaging dan juga jumlah persaingan media semakin besar,” terangnya.
Ia mengakui bahwa persaingan membuat jurnalis di era digital mendapatkan beban kerja yang semakin besar.
Baca Juga
Tantangan lainnya juga datang dari isu diskriminasi. Walaupun pada media mainstream isu ini tidak kerap terjadi, tapi diskriminasi terjadi di daerah terutama bagi jurnalis perempuan untuk urusan penugasan antara laki-laki dan perempuan. “Tantangannya sama, tinggal bagaimana sikap kita sebagai jurnalis perempuan menghadapinya,” terangnya.
Putri Ayuningtyas, yang menjadi pembicara kedua menyatakan bahwa media tempatnya bekerja memberikannya ruang yang cukup untuk mengeksplor berbagai tantangan kerja. Ia juga membahas bahwa sesama perempuan, memberinya sensitivitas yang lebih tinggi dalam membahas isu-isu perempuan.
“Apabila ada peliputan yang mengangkat tema seperti pelecehan seksual, kami bisa berusaha lebih dekat dan memberi support moril bagi korban meski butuh waktu,” terangnya.
Keduanya memberikan pesan kepada para peserta, bahwa menjadi jurnalis memerlukan pemikiran kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Selanjutnya, menjadi seorang jurnalis khususnya perempuan harus selalu mengandalkan hati dan empati.
Sebagai penutup acara, terdapat special performance dari seorang content creator Tiktok yang juga ahli dibidang musik yakni AkuJejez. Ia membawakan 3 lagu dan berhasil membuat peserta yang hadir ikut bernyanyi bersama.
(mpw)